Selasa, 22 Maret 2011

WARGA ANTI KHADAFI: KENAPA AS SERANG KAMI?


Sejumlah warga Libya yang menentang rezim Muammar Khadafi justru mengaku heran dengan tindakan militer Amerika Serikat. Mereka justru ditembaki militer AS terkait jatuhnya pesawat tempur F15E awal pekan ini.

Menurut harian The Guardian, pesawat tempur F-15E itu jatuh di pinggir desa Bu Mariem, dekat kota Benghazi, yang merupakan basis pasukan anti Khadafi. Saat itu pesawat tersebut menjalankan misi "zona larangan terbang" pada Senin pagi waktu setempat. Departemen Pertahanan AS mengklaim penyebab jatuhnya pesawat itu akibat "kerusakan teknis" dan bukan akibat tembakan dari rezim Khadafi.

Sejumlah warga berkisah bahwa pada awalnya kontak dengan kedua pilot yang berhasil selamat dengan parasut itu berjalan baik. Namun, tak lama kemudian terdengar bunyi ledakan dan tembakan saat pasukan AS lainnya datang ke lokasi jatuhnya pesawat dengan helikopter untuk mengevakuasi kedua pilot. Menurut Guardian, enam orang terluka akibat tembakan itu. 

"Kami saat itu mengira bahwa pesawat yang jatuh itu adalah milik Khadafi. Kami mulai berseru kepada pilot, tapi kami cuma bisa berbahasa Arab," kata seorang warga lokal bernama Hamid Moussa el-Amruni kepada kantor berita Associated Press.

"Kami lalu melihat pilot itu di dekat jatuhnya pesawat dengan parasut. Seorang warga yang bisa berbahasa Inggris lalu berkata kepada dia, 'kami di sini, kami bersama dengan pihak pemberontak' dan kemudian pilot itu mendekat," lanjut Hamid.

Lalu muncul pula asisten pilot yang memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja dan kemudian mendekat kepada kerumunan orang. Mereka lalu menyalami dan memeluk dia, pertanda ungkapan terima kasih atas pihak-pihak yang melindungi langit Libya dari serbuan pesawat rezim Khadafi.  

Namun, tak lama kemudian muncul laporan bahwa enam warga lokal tertembak. Di antara mereka adalah Hamad Abdul Ati. Pria 43 tahun itu terkena timas panas dan pecahan bom.

Kepada wartawan stasiun berita Inggris, Channel Four News, dia marah bercampur bingung, karena tidak habis pikir bagaimana bisa pasukan Amerika bisa begitu agresif saat menjemput kedua rekan mereka.

"Kami menganggap bahwa siapapun yang ditembak atau jadi tahanan perang, maka yang bersangkutan harus kami selamatkan dan kami serahkan," kata Hamad, sambil terbaring di ranjang rumah sakit. "Tapi pesawat yang lain malah menembaki saya dan putra saya, Hamdy. Saya punya pecahan bom yang menempel di tangan."

Staf rumah sakit mengungkapkan bahwa Hamdy, yang baru berusia 20 tahun, harus diamputasi salah satu kakinya.

Menurut seorang warga lokal, jet F-15 yang jatuh itu kemudian dihancurkan oleh tembakan dari pesawat lain. Kemungkinan, tembakan itu sengaja dilancarkan untuk memastikan tidak ada teknologi pesawat F-15 yang masih berfungsi.

Pihak militer AS belum bersedia memberi komentar atas misi penyelamatan berdarah itu.

0 komentar:

Posting Komentar