Kamis, 24 Februari 2011

VIDEO AMATIR KEKERASAN DI TRIPOLI LIBYA

Kondisi dalam negeri Libya terutama di Tripoli kian buruk. Pemerintah berusaha membatasi hubungan komunikasi dan pemberitaan media. Namun video-video amatir dari Libya terus membanjiri dunia maya salah satunya situs Youtube. Seperti video yang merekam kengerian saat milisi menyerbu rumah-rumah penduduk sipil Libya.

Kekerasan di Libya terus terjadi di Tripoli dan kota-kota besar lainnya sejak lebih dari sepekan lalu. Rezim Muammar Khadafi mengerahkan militer untuk mengambil alih situasi keamanan Tripoli.

Militer juga diperintahkan untuk melakukan segala hal yang dianggap perlu guna menghentikan unjuk rasa rakyat. Beberapa kali kendaraan militer termasuk jet tempur digunakan untuk melawan rakyat.

Laporan dari LSM Pemerhati HAM menyebutkan 173 orang tewas di Libya hingga Senin lalu. Belum diketahui jumlah korban tewas saat ini di mana kekerasan militer terhadap rakyat kian meningkat. Konon angka kematian menembus 1.000 orang.

Sementara itu, koran swasta Libya yang berbasis di London menyebutkan 285 orang tewas di Kota Benghazi. Tidak ada laporan resmi yang bisa dikutip media internasional untuk jumlah korban tewas tersebut.

1000 ORANG TEWAS DI LIBYA


Para dokter yang baru kembali dari kota Benghazi menduga korban tewas capai 2.000 orang.
Kekerasan antara pendemo dan tentara pendukung Pemimpin Libya Moamar Khadafi semakin parah. Korban tewas  pun terus bertambah. Perdana Menteri Italia, Franco Martini, bahkan memperkirakan korban tewas mencapai seribu orang.

Berbicara di sebuah organisasi Katolik di Roma sebelum pertemuan parlemen membahas kekerasan di Libya, Rabu, 23 Februari 2011, Frattini mengatakan laporan dari para saksi mata dan rumah sakit di Libya menunjukkan korban tewas telah mencapai 1.000 orang.

“Informasi korban tewas masih belum lengkap, namun kami percaya bahwa informasi jumlah korban tewas 1.000 orang cukup kredibel,” ujar Frattini dilansir dari laman Associated Press.
Jumlah berbeda dan lebih besar disampaikan para dokter yang baru kembali dari kota Benghazi. Dilansir dari laman CBS News, para dokter mengatakan bahwa korban tewas mencapai 2.000 orang sejak hari Minggu lalu.

“Ambulans kami menghitung sekitar 75 orang di hari pertama, lalu bertambah menjadi 200, setelah itu lebih dari 500,” ujar Dr Gerard Buffet. Sementara Libya menyatakan korban tewas cuma 300 orang.

CBS melaporkan setelah pidato Khadafi yang menyatakan tidak akan mundur pada Selasa, 22 Februari 2011, tentara dan pembunuh bayaran semakin banyak berkeliaran di jalanan. Sepanjang malam, suara tembakan masih terdengar di beberapa sudut kota.

"Para tentara bayaran sudah berkeliaran dengan senjata. Kami tidak berani membuka jendela atau pintu. Para penembak jitu mengincar siapa saja," kata seorang warga Tripoli yang mengaku semalaman mendengar bunyi tembakan senjata api. "Kami sudah siaga di tengah situasi yang dikendalikan oleh seorang yang bukan Muslim sejati," kata warga itu, merujuk kepada Khadafi.

Kendati tuntutan untuk turun kepada Khadafi gencar di Libya. Namun, pada pidatonya, Selasa, 22 Februari 2011, Khadafi menyatakan tidak akan mundur dan meminta para demonstran menghentikan aksinya. Khadafi bahkan mengatakan bahwa para demonstran adalah para pemuda pecandu obat yang akan diberantasnya. Dia juga mengatakan bahwa para demonstran terpengaruh kekuatan dari luar dan aksi mereka juga ditunggangi oleh para ekstremis Islam.

TOLAK PERINTAH KADAFI PILOT HANCURKAN JET TEMPUR


Salah satu pilot itu kabarnya berasal dari kampung yang sama dengan Muammar Khadafi.
Daripada dipakai membunuh rakyat, lebih baik pesawat ini dihancurkan saja. Tampaknya, itulah logika dua pilot pesawat tempur Libya. Mereka memilih menghancurkan pesawat yang mereka awaki setelah mendapat perintah menembaki kota yang telah dikuasai massa anti rezim Muammar Khadafi.

Menurut harian USA Today - dengan mengutip surat kabar Libya, Quryna - aksi dua pilot itu berlangsung pada Rabu, 23 Februari 2011. Kedua pilot adalah Kapten Attia Abdel Salem al Abdali sebagai awak utama dan Ali Omar Khadafi sebagai asisten.

Mereka berdua mendapat perintah dari atasan untuk menyerang Benghazi, kota kedua terbesar Libya yang telah dikuasai massa anti Khadafi. Dari pangkalan di Tripoli, mereka menerbangkan sebuah pesawat tempur Sukhoi 22 buatan Rusia.

Namun, di tengah penerbangan, kedua pilot itu membangkang. Keduanya kompak meninggalkan pesawat dengan kursi pelontar, yang dilengkapi dengan parasut.

Abdali dan Khadafi mendarat dengan selamat. Namun, tanpa ada lagi yang mengendali, pesawat tempur itu tak lama kemudian meluncur tajam ke bumi hingga jatuh di suatu gurun pasir di dekat Kota Ajdabiya, yang berjarak sekitar 150 km dari Benghazi.

Salah satu pilot itu kabarnya berasal dari kampung yang sama dengan Muammar Khadafi, demikian menurut seorang warga Ajdabiya bernama Faraq al-Maghrabi. Namun, pilot itu rupanya tidak setuju dengan perintah dari saudara sekampung untuk menyerang sesama orang Libya.

Bukan kali ini saja pilot-pilot Libya membangkang. Menurut kantor berita Associated Press, pada Senin 21 Februari 2011, dua pesawat tempur asal Libya mendarat darurat di Malta.

Pilot kedua jet tempur Mirage buatan Prancis itu rupanya ingin membelot ke Malta dan minta suaka politik. Mereka tidak mau diperintah rezim Khadafi untuk menembaki rakyat sendiri.    (umi)