Masyarakat tidak bisa menyalahkan mode atau pakaian yang dikenakan
wanita dalam berbagai kasus pelecehan dan pemerkosaan yang belakangan
kerap terjadi di dalam angkutan kota (angkot). Hal itu tak bisa
dijadikan alasan pelecehan dapat dilakukan.
"Tempatkan diri kita pada mereka. Jngan salahkan pihak wanita soal memakai baju apa. Mereka tidak berhak dilecehkan atau diperkosa," kata kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, kepada VIVAnews.com.
Menurut Adrianus, menyikapi persoalan ini, seharusnya soal keamanan yang dijadikan titik perhatian utama. Mekanisme pasar yang menuntut adanya sopir tembak, misalnya, harus khusus disoroti polisi karena keberadaan mereka sering kali sulit diidentifikasi.
Selain itu, menurut dia ketentuan hukum baru bisa saja diterapkan. Sanksi misalnya bisa saja diterapkan kepada sopir asli atau pemilik kendaraan, bila ada sopir tembak yang melakukan kejahatan menggunakan angkutan mereka.
"Tanggung jawab dibuat berjenjang. Bila angkot milik mereka digunakan untuk tindak kejahatan bisa saja mereka dimintai tanggung jawabnya," kata Adrianus lagi.
Adrianus melihat hal ini perlu dilakukan agar tidak ada orang yang cuci tangan atau pura-pura tidak tahu dengan kasus pemerkosaan semacam ini, yang belakangan jadi kian memprihatinkan. Soal busana ini pernah jadi isu dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang mahasiswi Universitas Binus, Livia Pavita Soelistio, belum lama ini di Kemanggisan, Jakarta. Beberapa hari lalu, kasus pemerkosaan di angkot kembali terjadi, juga di Jakarta, di kawasan Lebak Bulus. Kali ini menimpa seorang karyawati
Hingga kini polisi masih memburu tiga tersangka pelaku perampokan dan pemerkosaan karyawati di dalam angkutan kota (angkot). Salah satu pelaku langsung diidentifikasi dan dilaporkan korban, lalu ditangkap polisi. Seperti dijelaskan Kepala Humas Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Aswin, sambil mengumpulkan fakta-fakta dari pelaku yang sudah ditangkap, pengejaran terhadap tiga pelaku lain terus dilakukan.
"Tiga pelaku masih dalam pengejaran, tapi konsentrasi kami masih mengumpulkan keterangan pelaku," ujar Aswin, Kamis, 15 September 2011.
Untuk memulihkan mental korban, polisi sudah membawa yang bersangkutan untuk menjalani rehabilitasi dan konseling oleh psikolog.
Dari keterangan awal yang dihimpun VIVAnews, korban diperkosa beberapa kali oleh dua pelaku, yaitu YG dan PT. Setelah dua pekan, rupanya RSR--inisial nama korban--masih mengenali wajah pelakunya yang sedang mengetem di perempatan Lebak Bulus, Jakarta.
Korban lalu mengadu kepada polisi lalu lintas di dekat situ. Si sopir mencoba kabur saat akan ditangkap, tapi tanpa ampun dia diringkus dan digelandang ke kantor polisi.
Sebelum ini, juga terjadi pemerkosaan di dalam angkot yang menewaskan seorang mahasiswi Universitas Binus, Jakarta, Livia Pavita Soelistio. Peristiwa laknat ini terjadi di kawasan Kemanggisan, Jakarta. Almarhumah diculik ketika menaiki angkot M24 jurusan Slipi-Binus-Kebon Jeruk
"Tempatkan diri kita pada mereka. Jngan salahkan pihak wanita soal memakai baju apa. Mereka tidak berhak dilecehkan atau diperkosa," kata kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, kepada VIVAnews.com.
Menurut Adrianus, menyikapi persoalan ini, seharusnya soal keamanan yang dijadikan titik perhatian utama. Mekanisme pasar yang menuntut adanya sopir tembak, misalnya, harus khusus disoroti polisi karena keberadaan mereka sering kali sulit diidentifikasi.
Selain itu, menurut dia ketentuan hukum baru bisa saja diterapkan. Sanksi misalnya bisa saja diterapkan kepada sopir asli atau pemilik kendaraan, bila ada sopir tembak yang melakukan kejahatan menggunakan angkutan mereka.
"Tanggung jawab dibuat berjenjang. Bila angkot milik mereka digunakan untuk tindak kejahatan bisa saja mereka dimintai tanggung jawabnya," kata Adrianus lagi.
Adrianus melihat hal ini perlu dilakukan agar tidak ada orang yang cuci tangan atau pura-pura tidak tahu dengan kasus pemerkosaan semacam ini, yang belakangan jadi kian memprihatinkan. Soal busana ini pernah jadi isu dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang mahasiswi Universitas Binus, Livia Pavita Soelistio, belum lama ini di Kemanggisan, Jakarta. Beberapa hari lalu, kasus pemerkosaan di angkot kembali terjadi, juga di Jakarta, di kawasan Lebak Bulus. Kali ini menimpa seorang karyawati
Hingga kini polisi masih memburu tiga tersangka pelaku perampokan dan pemerkosaan karyawati di dalam angkutan kota (angkot). Salah satu pelaku langsung diidentifikasi dan dilaporkan korban, lalu ditangkap polisi. Seperti dijelaskan Kepala Humas Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Aswin, sambil mengumpulkan fakta-fakta dari pelaku yang sudah ditangkap, pengejaran terhadap tiga pelaku lain terus dilakukan.
"Tiga pelaku masih dalam pengejaran, tapi konsentrasi kami masih mengumpulkan keterangan pelaku," ujar Aswin, Kamis, 15 September 2011.
Untuk memulihkan mental korban, polisi sudah membawa yang bersangkutan untuk menjalani rehabilitasi dan konseling oleh psikolog.
Dari keterangan awal yang dihimpun VIVAnews, korban diperkosa beberapa kali oleh dua pelaku, yaitu YG dan PT. Setelah dua pekan, rupanya RSR--inisial nama korban--masih mengenali wajah pelakunya yang sedang mengetem di perempatan Lebak Bulus, Jakarta.
Korban lalu mengadu kepada polisi lalu lintas di dekat situ. Si sopir mencoba kabur saat akan ditangkap, tapi tanpa ampun dia diringkus dan digelandang ke kantor polisi.
Sebelum ini, juga terjadi pemerkosaan di dalam angkot yang menewaskan seorang mahasiswi Universitas Binus, Jakarta, Livia Pavita Soelistio. Peristiwa laknat ini terjadi di kawasan Kemanggisan, Jakarta. Almarhumah diculik ketika menaiki angkot M24 jurusan Slipi-Binus-Kebon Jeruk