Sekitar 150 rumah di Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, rusak barat.
Gempa besar 7,7 Skala Richter yang terjadi Senin malam kemarin, 25 Oktober 2010, pada pukul 21.42 WIB, tak hanya memicu tsunami di Sikakap, wilayah yang terletak di Pulau Pagai Utara. Tsunami juga memporakporandakan Pulau Pagai Selatan, yang hanya dipisahkan sebuah selat sempit dari Pulau Pagai Utara.
Di Selatan, akibat terjangan tsunami jauh lebih parah. Menurut keterangan warga Sikakap, Supri Lindra, Pulau Suroso--pulau kecil di dekat Pagai Selatan--rusak parah dan merenggut dua nyawa penduduk setempat.
“Dua orang dikabarkan meninggal, sedangkan satu orang dinyatakan hilang. Tapi ini masih data sementara,” kata Supri yang juga wartawan Pualiggoubat, koran lokal Mentawai, kepada VIVAnews, Selasa, 26 Oktober 2010.
Sementara itu, meski tak ada korban tewas, sekitar 150 rumah di Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, rusak barat. Demikian juga halnya di Desa Piri, Desa Silabu, Pagai Selatan. Sejumlah rumah warga di situ porak-poranda diguncang gempa.
“Ini informasi dari kepala dusun yang baru saya terima,” tambah Supri.
Kata dia, data ini belum pasti. Sebab, informasi tentang data kerusakan dan korban jiwa di Kepulauan Mentawai masih simpang siur.
Dari kepolisian setempat, diperoleh informasi bahwa ketinggian gelombang yang menghantam Pulau Pagai Utara dan Selatan mencapai 1 hingga 1,5 meter.
Ini berbeda dengan data Pusat Pengendalian Operasi Sumbar yang mengatakan ketinggian gelombang saat sampai di daratan hanya berkisar antara 30 hingga 35 cm.
Supri menambahkan, saat ini warga yang mengungsi ke Bukit Pasoran di Sikakap mulai kembali ke rumah masing-masing. Warga mulai membersihkan kediaman mereka setelah diterjang gelombang tsunami tadi malam. Suasana masih mencekam.
Adanya tsunami ini sebelumnya diungkapkan seorang warga Australia, Rick Hallet. Pada Nine Network ia mengaku menyaksikan datangnya gelombang tsunami setinggi tiga meter yang terjadi tak lama setelah gempa Mentawai datang mengguncang. Saat itu, dia dan 14 orang lainnya berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing. Tiba-tiba dinding air raksasa berbuih putih setinggi tiga meter menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul 22.00 WIB kemarin. (Laporan: Eri Naldi, Padang | kd)
Gempa besar 7,2 Skala Richter di Mentawai, Sumatera Barat yang terjadi Senin malam pada pukul 21.42 WIB, menimbulkan gelombang tsunami sampai sekitar 1,5 meter di sekitar Pulau Pagai Utara dan Selatan.
Hingga kini diduga tiga orang tewas dan ratusan lainnya hilang.
"Dusun yang berpenduduk 200 orang ini, kini tinggal 40 orang yang berada di lokasi. Yang lainnya belum jelas nasibnya," kata Supri Lindra, warga Sikakap, saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 26 Oktober 2010.
Sekitar 160 warga Dusun Munte baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dilaporkan hilang. Supri mendapat informasi bahwa korban tewas mencapai 3 orang.
"Dusun yang berpenduduk 200 orang ini, kini tinggal 40 orang yang berada di lokasi. Yang lainnya belum jelas nasibnya," kata Supri Lindra, warga Sikakap, saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 26 Oktober 2010.
Sekitar 160 warga Dusun Munte baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dilaporkan hilang. Supri mendapat informasi bahwa korban tewas mencapai 3 orang.
Jumlah korban tewas ini masih simpang siur. Data terakhir yang didapat VIVAnews menyebutkan baru dua dua orang meninggal di Pagai Selatan yakni, bayi berusia tiga bulan di Dusun Bulasat dan seorang perempuan di Beleraksok, Desa Malakotak. Sedangkan warga Dusun Munte Baru-Baru.
Namun saat dikonfirmasi kepada Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Barat Ade Edward, ia mencatat satu orang meninggal di Dusun Munte Baru-Baru. "Baru satu orang yang dinyatakan meninggal, ratusan lainnya belum ada kabarnya," ujar Ade.
Supri melanjutkan, kemungkinan ratusan warga Desa Munte Baru-Baru yang dikabarkan hilang ini berada di pengungsian dan belum kembali ke desa. "Kondisinya belum jelas, apakah hilang atau masih di pengungsian karena mereka lari secara berpencar," katanya.
Namun saat dikonfirmasi kepada Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Barat Ade Edward, ia mencatat satu orang meninggal di Dusun Munte Baru-Baru. "Baru satu orang yang dinyatakan meninggal, ratusan lainnya belum ada kabarnya," ujar Ade.
Supri melanjutkan, kemungkinan ratusan warga Desa Munte Baru-Baru yang dikabarkan hilang ini berada di pengungsian dan belum kembali ke desa. "Kondisinya belum jelas, apakah hilang atau masih di pengungsian karena mereka lari secara berpencar," katanya.
Supri mengabarkan, saat ini warga mulai membangun tenda-tenda pengungsian dan posko bencana.
Tsunami yang menghantam Pagai Utara Selatan terjadi 15 menit pasca gempa 7,2 Skala Richter juga merusak sejumlah kawasan di Kabupaten Mentawai. Kawasan resort Makaroni dikabarkan rusak berat akibat dPublik Australia menaruh perhatian khusus pada peristiwa gempa 7,2 skala Richter (versi BMKG, versi USGS 7,7 SR) yang mengguncang Mentawai, Senin 25 Oktober 2010 malam.
Tak hanya karena Mentawai memiliki ombak terbaik nomor tiga di dunia, setelah Hawaii dan Tahiti -- yang jadi magnet bagi para surfer 'pencari ombak' Australia, tapi juga karena kabar adanya 10 warga asing, sebagian besar Australia, yang hilang di Mentawai pasca gempa mengguncang tadi malam.
Kedutaan Besar Australia di Jakarta sedang berusaha mengontak kapten kapal, WN Australia, Chris Scurrah. Namun selain jaringan komunikasi sedang buruk, kapal juga tak dilengkapi telepon satelit.
"Ada satu kapal yang belum bisa dikontak," kata Yuli staf perusahaan pemilik kapal, Sumatran Surfariis, seperti dimuat situs The Age, Selasa 26 Oktober 2010.
"Di antara para penumpang, 9 di antaranya dari Australia," kata dia.
Perahu sepanjang 23 meter dengan dua tingkat dibangun pada 2002 ditumpangi Scurrah, seorang pria Jepang bernama Akinori Fujit, dan 8 warga Australia lainnya.
Sementara, manajer LSM Surfaid yang berbasis di Australia, Tom Plumer mengkonfirmasi, kapal itu telah hilang. "Kapal itu ada di dekat episentrum, sungguh menakutkan," kata dia.
Apalagi, ia mendengar ada tsunami yang merusak desa-desa di wilayah itu.
"Kami mendapat laporan banyak penduduk lokal luka dan hilang setelah dinding air menghantam desa," kata dia.
Helikopter segera diterbangkan untuk mencari keberadaan korban.
Sebelumnya, warga Australia, Rick Hallet mengaku menyaksikan peristiwa tsunami setinggi tiga meter yang terjadi setelah gempa Mentawai.
Saat itu ia dan 14 orang lainnya berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing -- tiba-tiba dinding air berwarna putih setinggi tiga meter menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul 22.00 WIB.
Untung penumpang kapal langsung menyelamatkan diri dengan cara melemparkan benda-benda mengapung dan berenang ke daratan.
Mereka lalu memanjat pohon dan tetap tinggal sampai suasana aman hingga datang kapal penyelamat. (umi)iterjang tsunami. Kapal pesiar yang ditumpangi turis asing juga dikabarkan masih hilang kontak.
Jumlah korban tewas akibat tsunami di Mentawai, Sumbar terus bertambah. Catatan Kepala Badan Provinsi Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Provinsi Sumbar, Harmensyah, korban tewas mencapai 23 orang dan 103 hilang.
"Itu dari 10 desa di Mentawai. Upaya pencarian terus dilakukan," kata Harmensyah saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2010).
Dia menjelaskan, tsunami terjadi menyusul gempa 7,2 SR pada Senin (25/10) malam. Ketinggian air mencapai sekitar 3 meter di Mentawai.
"Air menyapu rumah penduduk yang berada di pinggir pantai," terangnya.
Dia mengakui, bahwa di daerah itu tidak ada alat pendeteksi dini tsunami. "Itu daerah terisolir," tutupnya.
Diketahui ratusan warga kini juga berada di pengungsian. Mereka khawatir akan bencana susulan. Di Kecamatan Sikakap, Desa Sikakap ada 150 KK, Desa Muara Taikako 100 KK, Kecamatan Pagai Utara, Desan Silabu ada 150 KK, Kecamatan Pagai Selatan, Desa Malakopak ada 25 KK, Desa Sinakok 50 KK, Desa Malako 45 KK, Kecamatan Sipora, Desa Bosowa 125 KK.
"Itu dari 10 desa di Mentawai. Upaya pencarian terus dilakukan," kata Harmensyah saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2010).
Dia menjelaskan, tsunami terjadi menyusul gempa 7,2 SR pada Senin (25/10) malam. Ketinggian air mencapai sekitar 3 meter di Mentawai.
"Air menyapu rumah penduduk yang berada di pinggir pantai," terangnya.
Dia mengakui, bahwa di daerah itu tidak ada alat pendeteksi dini tsunami. "Itu daerah terisolir," tutupnya.
Diketahui ratusan warga kini juga berada di pengungsian. Mereka khawatir akan bencana susulan. Di Kecamatan Sikakap, Desa Sikakap ada 150 KK, Desa Muara Taikako 100 KK, Kecamatan Pagai Utara, Desan Silabu ada 150 KK, Kecamatan Pagai Selatan, Desa Malakopak ada 25 KK, Desa Sinakok 50 KK, Desa Malako 45 KK, Kecamatan Sipora, Desa Bosowa 125 KK.