Tanpa ampun, aliran piroklastik Gunung Merapi menghancurkan apapun yang dilewatinya. Pohon, rumah, hewan dan juga manusia.
Sebuah foto satelit yang diambil DigitalGlobe pada Kamis 11 November 2010 menunjukkan adanya bekas sapuan gas, lahar, dan abu panas Merapi di tempat latihan golf. Aliran piroklastik Merapi meninggalkan 'bekas luka' berwarna hitam.
Sejak meletus kali pertama pada Selasa 26 Oktober 2010, Merapi telah menewaskan ratusan jiwa dan memaksa ratusan ribu orang menyingkir ke pengungsian.
Merapi juga memuntahkan lebih dari 140 juta meter kubik material, termasuk abu vulkanik yang melapisi seluruh lerengnya dengan abu, juga mengganggu penerbangan.
DigitalGlobe menjalankan satelit komersil yang mengumpulkan data geospasial di ketinggian 450-770 kilometer di atas Bumi.
Sementara, Badan Antariksa AS (NASA) memiliki foto terbaru Merapi yang diambil pada Senin 15 November 2010.
Foto ini diambil oleh instrumen Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) pada Satelit Terra milik NASA.
Foto didominasi warna merah tua ini menunjukkan bahaya aliran priroklastik Merapi. Longsoran berupa gas panas, debu, dan batuan membara meluncur dengan cepat. Bahkan mencapai kecepatan lebih dari 150 kilometer per jam.
Aliran piroklastik ini biasanya mengikuti medan tertentu, namun bisa menyebar ke area yang lebih luas.
Gambar dari instrumen ASTER pada Satelit Terra NASA menunjukkan aliran piroklastik yang besar di sepanjang Sungai Gendol, di Selatan Merapi.
Deposit lahar mengalir ke Sungai Gendol. Sementara di utara tempat latihan golf, fitur merah menggambarkan daerah terdampak aliran piroklastik yang menyebabkan kehancuran nyaris total.
Sementara, wilayah abu-abu gelap, sebagian besar pohon tumbang dan tanah dilapisi abu dan batu.