Selasa, 18 Januari 2011
Dapat Kado Senapan, Ayah Sendiri Ditembak
Pelaku mengaku tidak tahu mengapa sampai tega membunuh ayahnya
Seorang ayah di Amerika Serikat (AS) tewas ditembak anak sendiri. Ironisnya, dia mati akibat tembakan senjata api, yang merupakan kado dari korban untuk anaknya yang berulang tahun.
Menurut stasiun televisi CNN, peristiwa itu berlangsung Senin tengah malam, 17 Januari 2011, di kota Spartanburg, negara bagian South Carolina. Korban adalah pria berusia 44 tahun bernama Joe Lankford, sedangkan identitas pelaku yang juga anak korban tidak diungkapkan polisi karena masih tergolong di bawah umur.
Malapetaka terjadi setelah Lankford memberi kado kepada putranya, yang berulangtahun ke-14, berupa sebuah senapan laras panjang kaliber 22, lengkap dengan peluru tajam. Pelaku lantas langsung menguji-coba kado ayahnya itu.
Masalahnya, senapan itu lantas ditembakkan ke ayah pelaku, berikut nenek dan kakak neneknya. Dua orang tewas dan satu lainnya luka parah.
Usai penembakan, remaja itu langsung menelepon polisi setempat. Pejabat Keamanan Publik Spartanburg, Tony Fisher, mengatakan bahwa anak itu terlihat tenang sekali kendati telah menembak tiga orang anggota keluarganya.
“Anak itu menelepon karena ayahnya tewas. Dengan suara yang tenang, terkontrol dan bahasa yang tertata, dia mengatakan akan menunggu di luar rumah sampai polisi datang, dan meletakkan senapannya di atas meja makan,” ujar Fisher.
Ketika polisi datang, ujar Fisher, anak itu juga dengan tenang dan tanpa rasa takut menyerahkan diri dengan meletakkan tangannya di atas kepala. Polisi menemukan Lankford tewas tertembak di atas tempat tidurnya. Bibi Lankford, Virginia Gaston (83), juga ditemukan tewas di tempat tidur. Sementara itu, nenek pelaku, Rachel Gaston Lankford (80), dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis.
Anak itu mengatakan tidak tahu alasan dia melakukan penembakan tersebut. Pada pemeriksaan kejiwaan, juga tidak ditemukan kelainan pada dirinya. Di sekolah, dia juga tidak mempunyai masalah apa-apa.
Dia akan menjalani sidang dengar beberapa hari lagi, penuntut mencoba apakah dia dapat dikenakan dakwaan terhadap orang dewasa atas tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.
Penembakan brutal di Amerika Serikat semakin marak karena bebasnya kepemilikan senjata api di negara tersebut. Kasus yang paling menarik perhatian adalah penembakan yang menewaskan enam orang dan melukai 14 orang lainnya di Pheonix, Arizona. Saat ini, pelaku, Jared Lee Loughner tengah diadili. Sementara itu, kondisi anggota DPR AS tertembak di kepala, Gabrielle Giffords, mulai menunjukkan perkembangan.
Selain di South Carolina, penembakan dilaporkan juga oleh laman Foxnews, Selasa 18 Januari 2011, di California dan Los Angeles. Di California, beberapa peluru bersarang di lengan seorang bocah enam tahun. Dia ditembak oleh sekelompok pemuda bersenjata tanpa alasan yang jelas. Para pemuda ini dilaporkan kerap melakukan penembakan membabi buta ke arah kerumunan orang.
Di Los Angeles, dua orang pelajar SMA Gardena dalam keadaan kritis setelah tertembak oleh peluru nyasar. Diduga pistol yang dibawa seorang siswa di dalam tas tiba-tiba meletus ketika tas dijatuhkan. Polisi saat ini masih melakukan investigasi terkait kasus tersebut, dan mencari kemungkinan kesengajaan penembakan
Dunia WikiLeaks: AS Andalkan Blogger Indonesia
Komunitas internet di Indonesia telah jadi kekuatan politik yang kuat bagi reformasi.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengandalkan laman-laman sosial media dan para blogger lokal untuk mempromosikan kepentingan Washington di Indonesia. Bagi AS, komunitas internet Indonesia terus tumbuh dan telah menjadi "kekuatan politik yang kuat bagi reformasi."
Demikian salah satu memo diplomatik Kedubes AS di Jakarta. Laporan untuk Departemen Luar Negeri AS di Washington itu bocor ke pengelola laman WikiLeaks dan dimuat di laman harian The Guardian, Selasa 18 Januari 2011.
Dalam laporan itu, Kedubes AS ingin mengajukan anggaran sesegera mungkin untuk mendanai promosi kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia melalui perangkat jaringan sosial dan media baru. Kunjungan Obama saat itu dijadwalkan akhir Maret 2010, yang akhirnya ditunda menjadi November 2010.
Dalam memo itu, Kedubes di Jakarta melaporkan bahwa mereka sudah menjadi kantor misi diplomatik AS yang memiliki jumlah penggemar paling besar di laman Facebook. Saat itu, jumlah fans Kedubes AS di Facebook sudah mencapai hampir 50.000.
Kedubes di Jakarta juga mengklaim sebagai salah satu kantor diplomatik AS yang terdepan dalam menggunakan Twitter, YouTube, dan melibatkan para bloger lokal untuk mempromosikan pesan-pesan dan informasi pemerintah AS. "Posisi unik itulah yang kami manfaatkan untuk menyampaikan topik-topik dan tema-tema penting untuk mendukung kunjungan Presiden Obama," demikian laporan Kedubes AS.
Maka, saat itu, Kedubes AS meminta anggaran US$100.000 untuk mengoptimalkan aktivitas mereka di laman-laman jejaring sosial, seperti mendongkrak jumlah fans menjadi satu juta orang, dan ini bisa disanggupi dalam jangka 30 hari.
Kedubes AS di Jakarta, menurut memo yang bocor itu, menilai bahwa komunitas internet di Indonesia terus berkembang, bahkan baru-baru ini telah menjadi kekuatan politik yang kuat bagi reformasi di negeri itu. "Sekitar 10 persen dari total populasi mampu memiliki akses internet, setidaknya setiap bulan. Ini mewakili lebih dari 25 juta orang, hampir setengah dari mereka terhubung di Facebook," tulis memo itu.
Indonesia diakui sebagai pasar ketujuh terbesar di Facebook dan ini terus berkembang. Memo tersebut juga menjabarkan bagaimana Kedubes AS di Jakarta menerapkan cara-cara untuk mempromosikan kunjungan Obama saat itu.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengandalkan laman-laman sosial media dan para blogger lokal untuk mempromosikan kepentingan Washington di Indonesia. Bagi AS, komunitas internet Indonesia terus tumbuh dan telah menjadi "kekuatan politik yang kuat bagi reformasi."
Demikian salah satu memo diplomatik Kedubes AS di Jakarta. Laporan untuk Departemen Luar Negeri AS di Washington itu bocor ke pengelola laman WikiLeaks dan dimuat di laman harian The Guardian, Selasa 18 Januari 2011.
Dalam laporan itu, Kedubes AS ingin mengajukan anggaran sesegera mungkin untuk mendanai promosi kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia melalui perangkat jaringan sosial dan media baru. Kunjungan Obama saat itu dijadwalkan akhir Maret 2010, yang akhirnya ditunda menjadi November 2010.
Dalam memo itu, Kedubes di Jakarta melaporkan bahwa mereka sudah menjadi kantor misi diplomatik AS yang memiliki jumlah penggemar paling besar di laman Facebook. Saat itu, jumlah fans Kedubes AS di Facebook sudah mencapai hampir 50.000.
Kedubes di Jakarta juga mengklaim sebagai salah satu kantor diplomatik AS yang terdepan dalam menggunakan Twitter, YouTube, dan melibatkan para bloger lokal untuk mempromosikan pesan-pesan dan informasi pemerintah AS. "Posisi unik itulah yang kami manfaatkan untuk menyampaikan topik-topik dan tema-tema penting untuk mendukung kunjungan Presiden Obama," demikian laporan Kedubes AS.
Maka, saat itu, Kedubes AS meminta anggaran US$100.000 untuk mengoptimalkan aktivitas mereka di laman-laman jejaring sosial, seperti mendongkrak jumlah fans menjadi satu juta orang, dan ini bisa disanggupi dalam jangka 30 hari.
Kedubes AS di Jakarta, menurut memo yang bocor itu, menilai bahwa komunitas internet di Indonesia terus berkembang, bahkan baru-baru ini telah menjadi kekuatan politik yang kuat bagi reformasi di negeri itu. "Sekitar 10 persen dari total populasi mampu memiliki akses internet, setidaknya setiap bulan. Ini mewakili lebih dari 25 juta orang, hampir setengah dari mereka terhubung di Facebook," tulis memo itu.
Indonesia diakui sebagai pasar ketujuh terbesar di Facebook dan ini terus berkembang. Memo tersebut juga menjabarkan bagaimana Kedubes AS di Jakarta menerapkan cara-cara untuk mempromosikan kunjungan Obama saat itu.
Langganan:
Postingan (Atom)