Minggu, 20 Maret 2011

PESAN-PESAN MEMILUKAN MISI BUNUH DIRI PEKERJA NUKLIR



PESAN-PESAN memilukan dikirim para pekerja yang mencoba untuk mencegah bencana nuklir skala penuh di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang bermasalah di Jepang. Pesan-pesan itu mengungkapkan, mereka tahu betul bahwa mereka sedang menjalankan misi bunuh diri.
Seorang dari mereka, yang disebut sebagai Fukushima Fifty, mengatakan, mereka menerima dengan tabah nasib mereka seperti suatu hukuman mati. Seorang yang lain, setelah menyerap dosis radiasi yang hampir mematikan, mengatakan kepada istrinya, "Tolong terus lakoni hidup dengan baik, untuk sementara saya tidak bisa pulang."
Tingkat radiasi di pintu masuk PLTN itu berada pada level yang akan langsung membunuh para pekerja atau menyebabkan mereka menderita penyakit mengerikan dalam sisa hidup mereka. Para ahli mengatakan, pakaian kedap udara yang mereka kenakan hanya sedikit bisa menghentikan paparan radiasi.
Harian Inggris, The Dailymail, akhir pekan lalu melaporkan, kelompok Fukushima Fifty (Limapuluh Orang Fukushima) itu tetap bertahan setelah 700 rekan mereka melarikan diri saat tingkat radiasi menjadi terlalu berbahaya. Identitas mereka belum terungkap, tetapi para ahli mengatakan, mereka sepertinya para teknisi garis depan dan petugas pemadam kebakaran yang sangat mengetahui pembangkit itu.
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka adalah laki-laki paruh baya yang menjadi sukarelawan karena mereka sudah memiliki anak—pekerja muda mungkin akan menjadi tidak subur oleh dosis radiasi yang tinggi. Mereka disebut Fukushima Fifty, tetapi sesungguhnya kelompok itu berjumlah 200 orang yang bekerja empat shift secara bergiliran. Mereka bekerja untuk menghidupkan kembali sistem pendingin reaktor Fukushima yang rusak akibat hantaman tsunami.
Jumat lalu, pesan-pesan menyayat hati mereka kepada keluarganya dipublikasikan televisi nasional Jepang yang telah mewawancarai kerabat mereka. Seorang anggota keluarga mereka berkata, "Ayah saya masih bekerja di pembangkit itu. Dia mengatakan, dia menerima nasibnya, seperti sebuah hukuman mati." Seorang perempuan mengatakan, suaminya yang berada di pembangkit itu terus bekerja dan sepenuhnya menyadari ia sedang dibombardir radiasi.
Perempuan yang lain mengatakan, ayahnya yang berusia 59 tahun secara sukarela mengajukan diri untuk tugas di Fukushima. Ia menambahkan, sebagaimana dikutip Dailymail, "Saya mendengar bahwa ia secara sukarela meskipun ia akan pensiun dalam waktu setengah tahun dan mata saya jadi penuh dengan air mata. Di rumah, ia tidak tampak seperti seseorang yang bisa menangani pekerjaan besar. Tapi hari ini, saya benar-benar bangga padanya. Saya berdoa agar dia kembali dengan selamat."
Gadis lain yang ayahnya bekerja di reaktor Fukushima itu berkata, "Saya tidak pernah melihat ibu saya menangis begitu kencang." Dia menulis di Twitter, "Orang-orang di pembangkit itu berjuang, mengorbankan diri mereka untuk melindungi Anda. Semoga Ayah kembali dalam keadaan hidup."
Dari semua mereka yang bertahan di pembangkit itu, lima diantaranya diketahui meninggal dan dua hilang. Sedikitnya 21 orang lainnya terluka. Seorang pekerja perempuan yang mengaku bertugas di reaktor Fukushima Nomor 2 saat tsunami melanda telah mem-posting di akunnya di internet tentang apa yang terjadi.
Michiko Otsuki, yang sejak saat itu mencari perlindungan, menulis pada sebuah situs jejaring sosial Jepang yang diterjemahkan The Straits Times sebagai berikut: "Di tengah suara alarm tsunami pada pukul 03.00 pada malam hari ketika kami tidak bisa melihat ke mana kami pergi, kami terus bekerja untuk memulihkan reaktor-reaktor di tempat kami, yang berada tepat di tepi laut, dengan kesadaran bahwa ini bisa berarti kematian. Mesin yang mendinginkan reaktor itu betul-betul berada di tepi laut, dan hancur oleh tsunami. Setiap orang bekerja mati-matian untuk mencoba memulihkannya."
"Memerangi kelelahan dan perut kosong, kami menyeret diri kembali bekerja. Ada banyak yang belum dapat berhubungan dengan anggota keluarga mereka, tetapi menghadapi situasi ini dan bekerja keras."
Dr Michio Kaku, seorang ahli fisika teoritis, mengatakan kepada jaringan televisi AS, ABC, bahwa situasi telah memburuk dalam hari-hari terakhir. "Kami berbicara tentang para pekerja yang masuk ke reaktor itu mungkin sebagai misi bunuh diri," katanya.
Michael Friedlander, yang telah bekerja di manajemen krisis di pembangkit nuklir yang sama di Amerika, menambahkan, para pekerja mungkin makan ransum militer dan minum air dingin untuk bertahan hidup. "Di tengah rasa dingin, gelap, dan Anda melakukan hal itu sambil mencoba untuk memastikan Anda tidak mencemari diri Anda saat Anda sedang makan," katanya.
"Saya dapat memberitahu Anda dengan kepastian 100 persen bahwa mereka benar-benar berkomitmen untuk melakukan apa pun yang secara manusiawi perlu untuk membuat pembangkit itu berada dalam kondisi aman, bahkan dengan risiko hidup mereka sendiri."

19 PESAWAT AMERIKA GANYANG LIBYA


Sebanyak 19 pesawat Amerika Serikat, termasuk tiga pesawat pembom B2, "mengganyang" negeri berdaulat Libya, Minggu (20/3/2011). Ini diakui Komando Afrika AS yang bermarkas di Jerman.
"Apa yang kami lakukan, bersama mitra-mitra koalisi kami, adalah tahap awal dari sebuah operasi untuk berusaha menciptakan kondisi yang diperlukan bagi pemberlakuan zona larangan terbang," kata juru bicara komando itu, Kenneth Fidler.
Serangan-serangan pagi hari itu juga melibatkan jet tempur F-15 dan F-16 dan ditujukan pada "sistem pertahanan udara terpadu" Libya, katanya.
Ia juga mengatakan, rudal Tomahawk yang ditembakkan oleh AS dan Inggris pada Sabtu berjumlah 124. Panglima Militer AS Michael Mullen yang juga Ketua Kepala Staf Gabungan mengatakan sebelumnya, tahap awal dari operasi internasional untuk menegakkan zona larangan terbang di Libya "telah berhasil".
Menurut jenderal AS tersebut, pasukan yang setia kepada Moammar Khadafy "tidak lagi bergerak menuju Benghazi", kota wilayah timur yang dikuasai kubu oposisi Libya, akibat serangan Barat itu.

RUMAH KHADAFI DI BOM

Tripoli - Serangan udara terhadap gedung administrasi di sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat tempat tinggal Moammar Kadhafi di Tripoli, menghancurkan kemampuan "komando dan kendali" pemimpin Libya itu.

"Koalisi  aktif menegakkan UNSCR (Resolusi Dewan Keamanan PBB) tahun 1973, dan yang sesuai dengan misi itu, kami terus menyerang target yang menimbulkan ancaman langsung kepada masyarakat Libya dan kemampuan kita untuk menerapkan zona larangan terbang," kata seorang pejabat pasukan koalisi kepada AFP, Minggu (21/3/2011) waktu setempat.

Bangunan yang berjarak sekitar 50 meter dari tenda tempat Kadhafi umumnya bertemu tamu rata dengan tanah.
Serangan pasukan koalisi berhasil "mengurangi secara signifikan" kemampuan pertahanan udara rezim Libya, dan zona larangan terbang secara efektif berlaku di negara itu, menurut militer Amerika Serikat, Minggu waktu setempat."Kami menilai serangan itu sangat efektif menurunkan secara signifikan kemampuan pertahanan udara rezim tersebut," kata juru bicara Pentagon, Laksamana Madya Bill Gortney, ketika  memberikan perkembangan informasi tentang situasi Libya kepada wartawan.
Pasukan Perancis, Amerika, dan Inggris telah melancarkan intervensi terbesarnya di dunia Arab sejak invasi pimpinan AS di Irak tahun 2003, dengan menembakkan lebih dari 120 rudal jelajah Tomahawk dan melakukan serangan pemboman pada sasaran-sasaran penting Libya. "Zona larangan terbang secara efektif telah berlaku," kata Gortney. Ia menjelaskan, Khadafy telah kehilangan kemampuan untuk meluncurkan banyak dari rudal-rudal darat ke udaranya.
"Tidak ada indikasi tentang korban sipil," tambah Gortney. Ia membantah laporan yang berlawanan dari para pejabat Khadafy yang menyatakan banyak warga sipil jadi korban dalam gempuran rudak pasukan koalisi itu.




Jurnalis AFP pada hari Minggu melihat asap mengepul dari kompleks kediaman dan barak di Bab el-Aziziya, di selatan ibukota Libya, tanda senjata anti-pesawat ditembakkan.

Sebelumnya, militer AS mengatakan serangan sekutu telah melumpuhkan pertahanan udara rezim Kadhafi dan zona larangan terbang telah berhasil dilaksanakan di negara itu.

Pasukan Prancis, Amerika dan Inggris telah meluncurkan intervensi terbesar di dunia Arab sejak invasi 2003 pimpinan AS ke Irak, menembakkan lebih dari 120 rudal Cruise Tomahawk dan melakukan serangan bom terhadap sasaran-sasaran kunci Libya.

Presiden AS Barack Obama dan Hillary Clinton, serta pemimpin Barat lainnya, mendesak Kadhafi segera lengser.

VIDEO TSUNAMI JEPANG DI TENGAH LAUT

Dalam video itu terlihat, gelombang yang awalnya kecil tiba-tiba 'membengkak'.
Gelombang tsunami yang muncul akibat gempa berkekuatan 9 skala richter yang menghantam Jepang menewaskan lebih dari 10.000 orang. Seorang awak kapal penjaga pantai di Jepang merekam dahsyatnya gelombang tsunami perdana dari tengah laut.

Seperti dilansir ninemsn.com, Senin, 21 Maret 2011, video rekaman gelombang mematikan yang menewaskan 10.000 orang lebih itu terekam kapal bernama Matsushima yang berada sekitar 5 kilometer dari garis pantai.

Video yang berisi tiga gelombang dansyat tsunami itu dirilis penjaga pantai Jepang. Dalam video itu, seorang awak kapal terdengar meneriakkan kepada awak lainnya untuk berpegangan erat karena ada gelombang dahsyat yang sedang terjadi.

Dalam video itu terlihat, gelombang yang awalnya kecil tiba-tiba 'membengkak' dan mencapai ketinggian luar biasa. Sontak saja kru kapal langsung panik dan meminta awak lainnya mengantisipasi adanya gelombang dahsyat itu

SEKUTU MELANCARKAN SERANGAN KEDUA DI TRIPOLI






Tripoli: Suara tembakan dan serangan udara Amerika Serikat dan sekutu terhadap Tripoli, Ahad (20/3) malam, terdengar sangat keras. Serangan tersebut dibalas dengan rentetan tembakan antipesawat di sekitar Ibukota Libya itu.

Serangan udara tersebut berlangsung sekitar pukul 20.30 waktu setempat atau pukul 01.30 WIB. Bunyi tembakan terdengar dari pusat kota Tripoli. Tembakan-tembakan tersebut langsung menuju ke atas. Pusat tembakan diperkirakan terletak di pangkalan militer yang berada tak jauh dari kediaman yang berada Moammar Khadafi.

Bersamaan dengan serangan itu, lalu lintas di sekitar Tripoli langsung ramai. Sejumlah orang membunyikan klakson mobil yang mereka kendarai. Sejauh ini belum ada laporan resmi dari Pemerintah Libya mengenai kondisi yang sedang terjadi.(****)

JET TEMPUR PERANCIS DI TEMBAK JATUH

KHADAFI BERSUMPAH AKAN BALAS SERANGAN SEKUTU


Serangan udara Amerika Serikat dan sekutunya ke beberapa daerah Libya, membuat Presiden Moammar Khadafi murka.

Diktator Libya ini menegaskan, negaranya siap untuk "perang panjang" dengan kekuatan-kekuatan Barat yang telah menyerang pasukannya dengan serangan rudal.

Dalam keterangannya kepada media televisi pemerintah, Khadafi mengatakan "tidak ada pembenaran" untuk campur tangan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Ia mengakui, serangan udara itu sebagai terorisme.

Seperti dilansir laman VOA, serangan udara AS dan Eropa pada Sabtu 19 Maret 2011 kemarin, ditujukan untuk menegakkan zona larangan terbang yang merupakan mandat PBB untuk menghentikan Khadafi.

Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa lebih dari 112 rudal Tomahawk ditembakkan dari kapal AS dan Inggris di Mediterania. Lebih dari 20 target dianggap sebagai ancaman langsung terhadap pasukan koalisi dan warga sipil Libya.

Sementara itu, pesawat jet Prancis menyerang melalui udara dengan menembakkan rudal salvos ke daerah timur. Di sisi lain, pasukan Inggris juga melesatkan rudal mereka ke daerah utara.

Televisi Libya menyebutkan, 48 orang tewas dan 150 terluka akibat serangan sekutu ke kawasan Mediterania itu.

Khadafi bersumpah untuk membalas atas serangan sekutu terhadap sarana militer dan sipil di Mediterania. Khadafi mengatakan wilayah itu telah berubah menjadi "medan perang nyata."

Usai serangan sekutu, ribuan pendukung Khadafi berkumpul di tempat perlindungan Khadafi di Tripoli, untuk membentuk perisai manusia terhadap kemungkinan serangan udara. (art)

VIDEO PENYELAMATAN GADIS TERSERET BANJIR DI KOTA

VIDEO ULAR NAKAL GIGIT MODEL CANTIK



LAHAR DINGIN MERAPI TEERJANG 41 RUMAH

Sedikitnya 41 rumah milik warga di Dusun Jaranan, Guling, dan Banaran, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, dan Dusun Tambahaan/Jambon, Desa Sindumartani Kecamatan Ngemplak, hancur diterjang lahar dingin Merapi yang mengalir melalui Kali Gendol.

"Banjir lahar dingin yang terjadi pada Sabtu 19 Maret 2011, merupakan banjir lahar dingin yang paling besar selama ini dan mengakibatkan 41 rumah
warga yang berada tak jauh dari aliran Sungai Gendol dan Kali Opak hancur diterjang banjir lahar dingin," kata Camat Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Samsul Bakri, Minggu 20 Maret 2011.

Menurut dia, saat ini, kawasan Merapi masih terus diguyur hujan yang setiap waktu dapat meruntuhkan material di puncak gunung, yang kemudian akan mengalir melalui dua sungai tersebut, sehingga warga yang berada di 30 dusun di Kecamatan Cangkringan dan Ngemplak harus waspada datangnya banjir lahar dingin.

"Banjir lahar dingin akan selalu datang manakala puncak Merapi diguyur hujan lebat, sehingga warga yang tinggal di dekat aliran Sungai Gendol dan Kali Opak harus waspada," ujar Samsul.

Seorang kepala desa, Sutrisno, mengatakan tidak hanya rumah warga yang hancur, banjir lahar dingin juga menyebabkan enam ekor sapi mati akibat terjangan lahar dingin di Dusun Jaranan dan 12 unit sepeda motor yang hanyut. "Banjir lahar dingin juga menyebabkan tiga warga harus dilarikan ke rumah sakit Pakem, karena menderita luka bakar pada kakinya. Mereka terkena lahar dingin pada saat akan mengungsi Sabtu malam," ujarnya.



Lebih lanjut, Sutrisno mengatakan, banjir lahar dingin Sabtu malam itu juga menyebabkan sekitar 10 hektare lahan persawahan di Desa Argomulyo
tertimbun material Merapi.

"Banjir lahar dingin yang dahulu merupakan ancaman sekunder saat ini menjadi ancaman primer bagi warga yang tinggal di sekitar aliran Sungai Gendol dan Kali Opak, sehingga harus terus waspadai dan semaksimal mungkin melakukan normalisi sungai agar lahar dingin tak melimpah ke permukiman dan persawahan,'' tuturnya.

Sementara itu, paska kejadian banjir lahar dingin, terlihat rumah-rumah warga tertimbun hampir setinggi tiga meter dan rata-rata hanya terlihat bagian atapnya. Warga yang rumahnya hancur tersebut kini tinggal di pengungsian Balai Dinas Sosial di Kecamatan Ngemplak dan jumlahnya hingga ratusan jiwa.

VIDEO SERANGAN SEKTU KE LIBYA 48 TEWAS 148 LUKA-LUKA







Tripoli: Amerika Serikat bersama sejumlah negara Eropa menyerbu kekuatan dan pertahanan udara Moammar Khadafi, Ahad (20/3). Serangan dengan rudal balik melalui laut dan serangan udara ke Tripoli.

Letusan senjata diikuti ledakan di udara bergema di Ibu Kota. Televisi pemerintah menyebut 48 orang meninggal. Sebanyak 150 orang terluka. Semuanya akibat serangan tentara gabungan.

Ternyata banyak anak-anak ikut menjadi korban. Laporan belum bisa dikonfirmasi segera lantaran kejadian sulit disaksikan dengan jelas.

Pemimpin Libya bersumpah mempertahankan negeri dari serangan Negara Barat. Kejadian itu dilihat sebagai agresi militer. Mereka mengingatkan Barat, serangan begini bisa membahayakan kawasan Mediterania dan Afrika Utara
Serangan udara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dari Uni Eropa ke sejumlah titik di Libya diperkirakan telah menewaskan sedikitnya 48 orang. Serangan udara ini adalah terbesar kedua setelah perang Irak yang menjatuhkan rezim Saddam Husein.

TV Libya mengutip angkatan bersenjata mengatakan 48 orang tewas dan 150 terluka dalam serangan sekutu. Sebagian besar dari korban adalah anak-anak, namun tak ada rincian lebih lanjut mengenai korban tersebut.

Seperti dikutip VIVAnews dari laman Associated Press (AP), Minggu, 20 Maret 2011, militer AS menembakkan 112 misil Tomahawk dari kapal Amerika dan Inggris, dan kapal selam pada 20 target guna menjatuhkan pertahanan laut Libya.

Sementara itu, pesawat jet Perancis menyerang melalui udara dengan menembakkan rudal salvos ke daerah timur. Di sisi lain, pasukan Inggris juga melesatkan rudal mereka ke daerah Utara.

Serangan tersebut bertujuan menegakkan zona larangan terbang sesuai resolusi PBB yang merupakan upaya internasional menghentikan Khadafi.  Presiden Barack Obama yang tengah melakukan kunjungan ke Brasil mengatakan aksi militer bukanlah pilihan pertama bagi dirinya. AS juga menegaskan tidak akan mengirim pasukan darat ke Libya.

"Ini bukan keputusan Amerika Serikat atau salah satu mitra kami," kata Obama dari Brasil. "Kita tidak bisa berpangku tangan ketika seorang tiran memberitahu orang-orang di sana tidak akan ada belas kasihan."

Menghadapi serangan udara dari AS dan negara sekutunya itu, Pemimpin Libya Muammar Khadafi bersumpah untuk membela negaranya dari perang yang disebutnya sebagai agresi perang salib.  Khadafi juga mengancam keterlibatan kekuatan internasional akan menyebabkan wilayah Mediterania dan Afrika Utara dalam bahaya.

Ribuan pendukung rezim Khadafi dilaporkan berkemas menuju kamp militer Al-Aziziya di Tripoli. Lokasi ini adalah tempat perlindungan pemimpin yang telah berkuasa puluhan tahun ini dari serangan.