Tripoli: Amerika Serikat bersama sejumlah negara Eropa menyerbu kekuatan dan pertahanan udara Moammar Khadafi, Ahad (20/3). Serangan dengan rudal balik melalui laut dan serangan udara ke Tripoli.
Letusan senjata diikuti ledakan di udara bergema di Ibu Kota. Televisi pemerintah menyebut 48 orang meninggal. Sebanyak 150 orang terluka. Semuanya akibat serangan tentara gabungan.
Ternyata banyak anak-anak ikut menjadi korban. Laporan belum bisa dikonfirmasi segera lantaran kejadian sulit disaksikan dengan jelas.
Pemimpin Libya bersumpah mempertahankan negeri dari serangan Negara Barat. Kejadian itu dilihat sebagai agresi militer. Mereka mengingatkan Barat, serangan begini bisa membahayakan kawasan Mediterania dan Afrika Utara
Serangan udara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dari Uni Eropa ke sejumlah titik di Libya diperkirakan telah menewaskan sedikitnya 48 orang. Serangan udara ini adalah terbesar kedua setelah perang Irak yang menjatuhkan rezim Saddam Husein.
TV Libya mengutip angkatan bersenjata mengatakan 48 orang tewas dan 150 terluka dalam serangan sekutu. Sebagian besar dari korban adalah anak-anak, namun tak ada rincian lebih lanjut mengenai korban tersebut.
Seperti dikutip VIVAnews dari laman Associated Press (AP), Minggu, 20 Maret 2011, militer AS menembakkan 112 misil Tomahawk dari kapal Amerika dan Inggris, dan kapal selam pada 20 target guna menjatuhkan pertahanan laut Libya.
Sementara itu, pesawat jet Perancis menyerang melalui udara dengan menembakkan rudal salvos ke daerah timur. Di sisi lain, pasukan Inggris juga melesatkan rudal mereka ke daerah Utara.
Serangan tersebut bertujuan menegakkan zona larangan terbang sesuai resolusi PBB yang merupakan upaya internasional menghentikan Khadafi. Presiden Barack Obama yang tengah melakukan kunjungan ke Brasil mengatakan aksi militer bukanlah pilihan pertama bagi dirinya. AS juga menegaskan tidak akan mengirim pasukan darat ke Libya.
"Ini bukan keputusan Amerika Serikat atau salah satu mitra kami," kata Obama dari Brasil. "Kita tidak bisa berpangku tangan ketika seorang tiran memberitahu orang-orang di sana tidak akan ada belas kasihan."
Menghadapi serangan udara dari AS dan negara sekutunya itu, Pemimpin Libya Muammar Khadafi bersumpah untuk membela negaranya dari perang yang disebutnya sebagai agresi perang salib. Khadafi juga mengancam keterlibatan kekuatan internasional akan menyebabkan wilayah Mediterania dan Afrika Utara dalam bahaya.
Ribuan pendukung rezim Khadafi dilaporkan berkemas menuju kamp militer Al-Aziziya di Tripoli. Lokasi ini adalah tempat perlindungan pemimpin yang telah berkuasa puluhan tahun ini dari serangan.
0 komentar:
Posting Komentar