Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan ada anomali cuaca di Yogyakarta. Akibat anomali itu, curah hujan di kawasan Yogya lebih tinggi dari kondisi normal.
"Anomali cuaca itu disebut Maiden Julian Osilation atau biasa disingkat MJO biasanya terjadi hanya sesaat dan tidak akan lama," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta, Tony Agus Wijaya, Minggu, 6 November 2011.
Saat ini, kata Tony, sebenarnya Yogya masih dalam masa transisi musim, dari kemarau ke hujan. Normalnya, pada masa transisi itu curah hujan biasanya masih ringan. Namun, beberapa hari belakangan curah hujan di Yogya intensitasnya lebih tinggi dan dikategorikan sedang.
Menurut Tony, anomali ini menyebabkan awan bertekanan rendah berkumpul di sekitar selatan garis khatulistiwa, sehingga hujan yang tidak normal terjadi di awal musim. Normalnya, dalam sepuluh hari memasuki musim hujan intensitasnya hanya di bawah 60 milimeter. "Saat ini intensitas hujannya memang di atas 60 milimeter karena terjadinya anomali cuaca," terangnya.
Akibat curah hujan berintensitas sedang yang mengguyur itulah terjadi banjir lahar dingin lereng Gunung Merapi pada awal musim hujan ini. Kali-kali yang berhulu di puncak Merapi seperti Kali Code dan Kali Putih dan Kali Code telah meluap dan membawa material hasil letusan akhir 2010 silam. Banjir lahar dingin menghajar Magelang, Jawa Tengah.
Lebih lanjut Tony menyatakan anomali cuaca MJO ini diperkirakan akan selesai pada pekan depan, sehingga curah hujan di Yogyakarta akan kembali normal. "Minggu depan ini curah hujan akan kembali dengan intensitas ringan," ujarnya.
"Anomali cuaca itu disebut Maiden Julian Osilation atau biasa disingkat MJO biasanya terjadi hanya sesaat dan tidak akan lama," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta, Tony Agus Wijaya, Minggu, 6 November 2011.
Saat ini, kata Tony, sebenarnya Yogya masih dalam masa transisi musim, dari kemarau ke hujan. Normalnya, pada masa transisi itu curah hujan biasanya masih ringan. Namun, beberapa hari belakangan curah hujan di Yogya intensitasnya lebih tinggi dan dikategorikan sedang.
Menurut Tony, anomali ini menyebabkan awan bertekanan rendah berkumpul di sekitar selatan garis khatulistiwa, sehingga hujan yang tidak normal terjadi di awal musim. Normalnya, dalam sepuluh hari memasuki musim hujan intensitasnya hanya di bawah 60 milimeter. "Saat ini intensitas hujannya memang di atas 60 milimeter karena terjadinya anomali cuaca," terangnya.
Akibat curah hujan berintensitas sedang yang mengguyur itulah terjadi banjir lahar dingin lereng Gunung Merapi pada awal musim hujan ini. Kali-kali yang berhulu di puncak Merapi seperti Kali Code dan Kali Putih dan Kali Code telah meluap dan membawa material hasil letusan akhir 2010 silam. Banjir lahar dingin menghajar Magelang, Jawa Tengah.
Lebih lanjut Tony menyatakan anomali cuaca MJO ini diperkirakan akan selesai pada pekan depan, sehingga curah hujan di Yogyakarta akan kembali normal. "Minggu depan ini curah hujan akan kembali dengan intensitas ringan," ujarnya.