Dalam tiga hari terakhir ini, cuaca ekstrim hampir melanda sebagian wilayah Indonesia. Bahkan, cuaca di sebagian wilayah di Indonesia seperti Medan mencapai 36,3 derajat Celcius.
"Cuaca ekstrim ini disebabkan pergerakan suhu matahari yang berada di belahan bumi utara, sehingga pemanasan sangat efektif,” kata Hartanto, Kasi Data dan Informasi BMKG Polonia Medan.
Sementara United Nations World Meteorological Organization (UNWMO), lembaga khusus PBB yang bertugas untuk memantau cuaca dan iklim melaporkan, pada pekan ini, suhu terpanas di Bumi sempat mencapai 46 derajat Celcius. Adapun suhu terdingin mencapai minus 69,1 derajat.
Sebagai informasi, UNWMO, yang membuat standarisasi untuk pemantauan cuaca dan menyediakan jaringan telekomunikasi global untuk distribusi data, mengumpulkan data lebih dari 10 ribu stasiun pengamat cuaca di seluruh dunia.
Dikutip dari Earth Week, kemarin, temperatur tertinggi pekan ini yang mencapai 114,8 derajat Fahrenheit atau 46 derajat Celcius terjadi di Birni-N’Konni, Nigeria. Adapun suhu terdingin, yakni mencapai minus 92,4 derajat Fahrenheit atau minus 69,1 derajat Celcius, terjadi di Amundsen-Scott, stasiun pemantau di Kutub Selatan.
Meski suhu di kedua tempat tersebut tercatat cukup ekstrem, suhu terpanas dan terdingin tersebut belum memecahkan rekor temperatur tertinggi dan terendah sebelumnya.
Menurut data yang dirilis oleh World Meteorological Organization dan dirangkum oleh Arizona State University, suhu terpanas yang pernah terjadi di Bumi adalah pada 13 September 1922 di El Azizia, Libya. Ketika itu suhu di kawasan yang berada pada ketinggain 112 meter di atas permukaan laut itu tercatat mencapai 136 derajat fahrenheit atau 57,8 derajat celcius.
Suhu terdingin yang pernah melanda kawasan di Bumi sendiri terjadi pada 21 Juli 1983 di kawasan Vostok, Antartika. Suhu kawasan yang berada di ketinggian 3420 meter di atas permukaan laut itu sempat mencapai minus 128,5 derajat Fahrenheit atau minus 89,2 derajat Celcius.