Senin, 08 November 2010

CERITA MERAPI DI KORAN MALAYSIA

 Peristiwa letusan Gunung Merapi menjadi sorotan di beberapa media Malaysia. Salah satu harian,Utusan, dalam edisi Minggu, 7 November 2010, menyediakan satu halaman khusus yang diberi titel "Tragedi Gunung Merapi".
Di halaman tersebut berisi tiga berita yang menampilkan berbagai hal terkait letusan Gunung Merapi pasca-meletus dahsyat 5 November lalu. Sebuah berita berjudul "Seperti Kiamat" menceritakan testimoni warga Malaysia yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mahasiswa bernama Srijesh itu berkisah bagaimana pengalamannya saat terjadi letusan dahsyat Jumat dini hari lalu.
Dalam berita itu pula disampaikan bahwa sekitar 386 mahasiswa asal Malaysia yang tengah bersekolah di Yogyakarta akan kembali ke Malaysia dengan menggunakan pesawat Hercules C130 milik Tentara Udara Diraja Malaysia.
Harian itu juga memuat perkembangan terakhir di Yogyakarta dengan mengutip DPA/AP bahwa Gunung Merapi masih terus mengeluarkan awan panas dan letusan-letusan kecil. Berita ini menjadi headline di halaman tersebut dengan judul "Gunung Merapi masih mengancam". Disebutkan, sudah 138 orang tewas dan 289 orang mengalami cedera.
Media lainnya, Harian Metro, memberi judul "Pelajar Pindah ke Solo" untuk menginformasikan kepada khalayak Malaysia bahwa mahasiswa asal Malaysia yang berada di Yogyakarta telah diungsikan ke Solo.
Pejabat Malaysia yang disebut Pengarah Jabatan Penuntut Malaysia di Indonesia, Datuk Dr Junaidy Abu Bakar, mengatakan bahwa para pelajar itu diungsikan menyusul "Yogyakartadiisytihar kawasan darurat dan tidak selamat diduduki" atau menjadi daerah yang berbahaya.
Otoritas Malaysia di Indonesia meminta agar pelajar asal negaranya diberikan cuti untuk sementara waktu. Abu halus yang membahayakan kesehatan menjadi alasan. Masih diupayakan izin mendarat bagi pesawat Tentara Udara Diraja Malaysia di Bandara Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah.


Awas! Abu Merapi Berbahaya buat Mobil

 Debu vulkanik yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Merapi tak hanya berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan, tetapi juga terhadap kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi sehari-hari. Pengaruh paling kasat mata adalah menjadi begitu kotornya mobil atau motor Anda akibat debu yang menempel, apalagi jika telah bercampur dengan air hujan.

Persoalannya, kandungan silika yang terdapat pada debu vulkanik ini memiliki bentuk yang tajam yang berpotensi merusak cat dan kaca mobil yang Anda miliki. "Dalam kondisi kering, debu ini tak berbahaya karena akan hilang tertiup angin saat mobil berjalan," ujar Usman Adhie, Service Operation Manager Tunas Toyota. "Namun jika bercampur air, dia akan menjadi lumpur dan tetap menempel di badan mobil," tambahnya.

Menurut Usman, hal yang harus diperhatikan justru saat menghilangkan debu yang menempel di badan mobil. "Jika langsung dilap, dipastikan akan membuat cat mobil baret-baret," ujarnya. Saran untuk hal ini, siram badan mobil dengan tekanan yang tidak terlalu keras.
Sebaliknya, semprotan air bertekanan tinggi bisa menggores cat mobil. Untuk itu, cara paling tepat adalah dengan menyiramkan air sabun atau menyemprotnya dengan tekanan yang tidak terlalu tinggi. "Jika debu masih membandel, bisa dibantu dengan menggunakan kuas atau sikat yang berbulu halus," paparnya.

Kaca
Debu vulkanik yang menempel di kaca juga bisa merusak permukaannya hingga baret. Seperti pada cat mobil, solusi menghilangkannya adalah dengan menyiramkan air ke kaca mobil. "Jika kondisinya kering, masih bisa dihilangkan dengan menggunakan kemoceng. Namun, jika sudah menempel, jangan dilap atau menyalakan wiper," saran Usman.

"Intinya, apa yang akan bergesekan dengan abu harus diberi pelumas," tambahnya. "Untuk itu, tambahkan air wiper dengan sampo atau sabun mandi—jangan deterjen—agar saat disemprotkan, permukaan kaca menjadi lebih licin. Debu tak mudah menempel dan lebih aman saat wiperdinyalakan," ujar pria ramah ini.

Mesin
Mesin mobil membutuhkan udara untuk pembakaran. Saat udara mengandung banyak debu vulkanis, yang harus dilakukan adalah meminimalkan debu yang dapat terhisap ke dalam mesin. "Artinya, jangan kendarai mobil terlalu kencang," ujar Usman. "Semakin kencang kendaraan, makin banyak udara yang dihisap oleh mesin. Saringan udara akan mudah kotor dan tidak bekerja optimal," ujarnya.

"Jika sampai masuk ke ruang bakar, debu vulkanik akan menempel dan berubah menjadi seperti ampelas yang merusak dinding silinder. Akibatnya, bisa lebih cepat merusak mesin. Jika rusak, perbaikannya akan sangat mahal," ucap Usman.

Untuk mencegahnya, Usman menyarankan agar pemilik lebih sering memerhatikan kondisi saringan udara. "Jika terlalu kotor, harus dibersihkan atau diganti jika kondisinya sudah tak layak," ujarnya. Tak hanya mobil, pemilik sepeda motor juga perlu memerhatikan saringan udara ini. "Pemilik sepeda motor terkadang tak menggunakan saringan udara. Hal ini sangat berbahaya," ungkapnya

Abu Vulkanik Merapi Tiba di Depok

 
Abu vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi diduga kini sudah dirasakan oleh warga Komplek Departemen Penerangan (Deppen), Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok.

Warga terkejut ketika Senin pagi abu mulai bertiup di lingkungan tempat tinggal mereka dan membuat warga harus melindungi diri menggunakan masker.

Ketua RT 004/007, Dino mengatakan, munculnya abu bermula saat dia sedang mengecek mobilnya yang tertutup abu. “Baru sadar tadi pagi. Di motor dan mobil saya ada banyak debu yang tidak biasa,” katanya di lokasi, Senin (08/11/10).

Menurut Dino, debu yang menerpa komplek perumahan tergolong jenis tidak biasa. Dari tekstur dan warnanya berbeda dengan debu jalanan.

“Ukurannya agak besar dan warnanya abu-abu. Kalau debu biasa kan warnanya cokelat. Kami juga kaget. Apa iya ini abu Merapi, kami harus memakai masker,” ujarnya.

Kejanggalan serupa dirasakan pula oleh Mamat (39), salah satu tukang ojek di komplek tersebut. Dia mengaku mengalami gangguan pernapasan dan iritasi mata beberapa hari belakangan.

“Mata terasa perih dan susah bernafas sejak dua hari lalu, tapi teman–teman tukang ojek belum pakai masker,” kata Mamat.

Menanggapi hal tersebut, Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail mengaku belum mendapat laporan terkait hal tersebut. Nur Mahmudi juga belum dapat memberikan instruksi penggunaan masker karena menunggu verifikasi dari dinas terkait.

“Masih harus diteliti lagi apakah benar itu abu vulkanik Merapi atau bukan. Lihat dulu kandungan yang ada dalam abu tersebut,” kata Nur Mahmudi.
Debu Merapi Setinggi 30 Meter di Glagaharjo
Gunung Merapi telah mengeluarkan lebih dari 100 juta meter kubik material. Debu dan material Gunung Merapi ini di antaranya menumpuk di Desa Banjarsari, Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Lokasi desa ini berjarak sekitar 15 kilometer dari puncak Merapi.

Menurut pengakuan warga setempat, Sriyono (49), debu vulkanik dan material lain Merapi berjumlah sangat banyak menimbun kampungnya. Bahkan, Kali Gendol  yang dalamnya sekitar 25 meter sudah dipenuhi debu Merapi.

"Itu luar biasa dahsyat. Kali Gendol isinya sudah lumpur, pasir, dan debu," kata Sriyono saat mencari anaknya yang juga relawan di RS Sardjito, Yogyakarta, Senin 8 November 2010.

Timbunan debu Merapi tidak hanya sampai permukaan Kali Gendol. Kali utama yang berhulu dari Merapi. Timbunan debu dan material Merapi lainnya juga menimbun rumah-rumah di bantaran Kali Gendol. "Termasuk rumah saya yang setinggi lima meter. Itu juga sudah tertimbun," ujar dia.

Rumah Sriyono hanya berjarak sekitar 50 meter dari bantaran Kali Gendol. Rumah-rumah warga yang berada di pinggiran Kali Gendol memiliki kerusakan sangat parah. Karena aliran lahar dingin dan awan panas 'wedhus gembel' meluncur bebas melalui aliran kali. "Hewan ternak juga banyak yang mati," kata dia.

Pagi tadi, tim evakuasi kembali menemukan satu jenazah. Sebelumnya ada lima jenazah yang tiba lebih pagi. Dua dari lima jenazah itu berasal dari desa Glagaharjo