Gempa Jakarta Dua gempa besar yang mengguncang Aceh Rabu 11 April 2012 lalu, 8,5 dan 8,1 skala Richter menjadi pelajaran berharga sekaligus pengingat, bahwa bagian bumi nusantara bisa berguncang. Hanya soal waktu.
Kewaspadaan menjadi wajib, termasuk di Jakarta, yang menjadi pusat segala hal di Indonesia: kekuasaan, pemerintahan, bisnis, juga keuangan. Para ahli mengingatkan, ada 12 sumber gempa yang mengepung Jakarta berupa sesar dan subduksi. Letaknya di darat maupun di lautan.
Apalagi, Encyclopedia of World Geography mencatat, Batavia, cikal bakal Jakarta pernah luluh lantak diguncang lindu pada tahun 1699. Menyebabkan longsor di sekitar Sungai Liwung (Ciliwung). Lumpur dalam jumlah besar dan pepohonan yang tumbang berjatuhan ke sungai, memicu banjir dan memampatkan kanal-kanal Oud Batavia, Jakarta Lama.
Makalah "Historical Evidence for Major Tsunamis in the Java Subduction Zone" dari Asia Research Institute juga menggambarkan kejadian gempa itu. Pada 5 Januari 1699, Batavia mengalami gempa yang tak pernah terjadi sebelumnya, yang tak pernah dibayangkan.
Kala itu, sejumlah guncangan terjadi selama tiga perempat jam hingga satu jam. Juga beberapa hari sesudahnya. Dilaporkan sejumlah 28 orang tewas, 49 gedung batu nan kokoh hancur, hampir semua rumah mengalami kerusakan.
Namun, apa penyebab terjadinya gempa tak diketahui pasti. Diduga, pusat gempa saat itu ada di selatan Batavia, gempa seismik. Namun, beberapa orang menghubung-hubungkannya dengan letusan Gunung Salak. Hingga saat ini apa penyebab pasti gempa kala itu masih jadi misteri.
Staf pengajar Geofisika dan Meteorologi, Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga anggota Tim 9 Peta Gempa, Wahyu Triyoso mengatakan, sekitar 200 tahun pasca gempa 1699, Jakarta kembali diguncang gempa serupa, yakni pada 27 Februari 1903. Yang efeknya juga cukup besar.
"Sebetulnya yang urgent adalah mencoba mencari korelasi antara gempa 1699 dan 1903," kata dia kepada VIVAnews.com, Rabu 18 April 2012. Jika terbukti berkorelasi, maka ada potensi pengulangan gempa siklus 200 tahunan.
Kejadian lindu 1903, dia menambahkan, adalah sesar geser, mirip dengan apa yang terjadi di Aceh Rabu 11 April 2012, di mana dua gempa besar, 8,5 dan 8,1 skala Richter terjadi hanya selang hitungan jam. "Kita beruntung yang terjadi sesar geser, kemungkinan menimbulkan tsunami cukup kecil," kata dia.
Wahyu menambahkan, pesan atau signature gempa bisa dilacak dari data sejarah. "Peneliti bisa mengoleksi data fault lalu merekonstruksi dengan semacam model, melalui simulasi, akan diketahui di mana kira-kira penumpukan energi strain," kata dia.
Bahwa penyebab gempa Jakarta belum diketahui juga pernah disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief. "Catatan sejarah dan riset kita baru sampai Selat Sunda dan Sesar Lembang. Jakarta pernah luluh lantak tahun 1699, itu jelas. Tapi belum tahu sumbernya dari mana, apakah dari Selat Sunda atau dari mana," kata dia.
Saat ini, dia menambahkan, para ahli gempa sedang melacak siklus gempa-gempa besar di sejumlah wilayah Indonesia. Menurut para ahli, hampir mulai dari Meulaboh, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung sampai Indonesia Timur ini memang ini saat jatuh tempo siklus pengulangan.
"Dulu terakhir 1900, terus nggak ada lagi sampai 100 tahun ini. Terakhir 1903 tidak pernah lagi, terus muncul 2004, jadi ini siklus ratusan tahunan, ada yang 250 tahunan. Kita curiga ada siklus ratusan tahunan, Kalau Aceh kita duga siklus 600 tahunan," kata dia