Senin, 03 Januari 2011

50 Hujan Badai Buatan di Gurun Abu Dhabi

Ilmuwan yang bekerja dengan Seikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, presiden Uni Emirat Arab dan pemimpin Abu Dhabi berhasil menciptakan 50 hujan badai di wilayah Al Ain, Abu Dhabi tahun lalu, wilayah gurun yang notabene sangat kering.
Kami mengoperasikan teknologi inovatif pembuat hujan disebut Wheaternec di daerah Al Ain, Abu Dhabi. Kami memulainya Juni 2010 dan telah mebuat beberapa hujan.
-- Ilmuwan Helmut Fluhrer
Para ilmuwan tersebut bekerjasama dengan perusahaan asal Swiss Metro System International yang dipimpin oleh Helmut Fluhrer dan Max Planck Institute for Meteorology, salah satu lembaga riset atmosfer utama dunia.
Fluhrer mengatakan, "Kami mengoperasikan teknologi inovatif pembuat hujan disebut Wheaternec di daerah Al Ain, Abu Dhabi. Kami memulainya Juni 2010 dan telah mebuat beberapa hujan."
Menurut pengakuan para ilmuwan, kebanyakan hujan berhasil diciptakan pada bulan Juli-Agustus. Para ilmuwan mengkalim bahwa hujan tersebut merupakan hujan pertama yang berhasil diciptakan dalam kondisi langit yang benar-benar cerah.
Untuk menciptakan hujan itu, para ilmuwan menggunakan pengion raksasa sebanyak 5 buah yang berbentuk mirip penutup lampu. Pengion digunakan untuk menghasilkan medan muatan negatif sehingga bisa membentuk awan.

Di samping pengion, terdapat 20 pengemisi yang bisa mengirim ion pembentuk awan ke atmosfer. Selama empat bulan pengemisi itu telah dinyalakan tahun lalu, saat kelembapan atmosfer mencapai 30% atau lebih.
Beberapa ilmuwan yang meragukan keberhasilan proyek ini. Pasalnya, Abu Dhabi terletak di pantai. Biasanya, wilayah tersebut bisa mengalami hujan musim panas, dipicu adanya kelembaban udara lebih tinggi akibat arus laut yang hangat.
Tapi, para ilmuwan yang menjalankan proyek ini tetap yakin. Professor Peter Wilderer dari Technical University of Munich yang menyaksikan secara langsung tetap percaya pada hasil penelitian.
"Kami sampai di langkah besar yang lebih dekat menuju titik di mana kita bisa meningkatkan ketersediaan air tawar untuk semuanya, dalam perubahan global yang dramatis."