Kamis, 27 Januari 2011

HEBOH...MUNCUL CACING NAGA PANJANG 2.5 METER DI SUMSEL



TRIBUNNEWS.COM, BANYUASIN - Warga di kawasan Tanjung Api-api (TAA), Banyuasin, Sumatera Selatan, dihebohkan penemuan cacing nipah sepanjang 2,5 meter. Uniknya lagi, cacing itu punya dua taring besar di kepala.

Karena bentuknya yang unik, warga sekitar menyebut hewan melata itu sebagai cacing naga. Badan cacing naga seukuran jari warna merah ini, sedikit mirip lipan yang punya banyak kaki di sepanjang bagian bawah tubuh. Namun, terlihat dan terasa lebih lunak khas hewan mollusca, yakni lembek.

Cacing naga ini ditemukan oleh Timan. War (26), putra Timan, mengatakan, cacing tersebut ditangkap dengan menggunakan besi yang dibentuk seperti garpu. "Saya tidak ikut karena takut," kata War, Kamis (27/1/2011).

Timan yang sehari-hari bekerja sebagai pencari cacing tak menyangka mendapat cacing naga sepanjang 2,5 meter.

Rosinta, mahasiswi pascasarjana Unsri yang sedang survei tesis kajian lingkungan di Pelabuhan Fery/Kargo TAA kaget melihat cacing ini. "Saya baru lihat ada cacing panjang seperti itu," kata Rosinta.(*)

FOTO CROP CIRCLE SLEMAN DARI UDARA TERBARU



TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tim dari Teknik Geodesi UGM mengambil foto terbaru Crop Circle Berbah Yogyakarta dari udara, Kamis (27/1/2011). Dua foto hasil jepretan udara itu diberikan kepada Tribun Jogja. Komunitas pesawat mini aeromodelling Capung, mengeluarkan VCD kumpulan foto dan rekaman video crop circle dari udara. Video dengan durasi 18 menit ini berisi panorama crop circle di Berbah dan Piyungan, Sleman.

Tidak hanya kejadian di dua tempat itu, di video itu juga ada ulasan mengenai sejumlah crop circle yang ada di luar negeri. Menurut Marketing Capung Aerial Photo dan Video, Septi Endrasmoro (24), rekaman itu hanya dikerjakan dalam waktu dua hari. 

"Butuh dua hari, mulai hari Senin dan Selasa lalu, kami melakukan pengambilan gambar dan video dari udara," kata Septi, ditemui di Desa Jogotirta, Berbah, Kamis (27/01/2011). 

Namun rilis rekaman video memang sengaja baru dilakukan hari ini. "Biar tidak ada komplain dari stasiun televisi, soalnya hampir semua stasiun televisi swasta nasional mengambil gambar dari kami," ujarnya. 

Ia menambahkan, tujuan dari pembuatan film ini, bukan mengajak khalayak untuk mempercayai bahwa itu perbuatan makhluk asing atau UFO. Namun mereka sekedar memberi pengetahuan semata, dikarenakan fenomena ini baru sekali terjadi di Indonesia. 

"Mau mempercayai buatan manusia atau UFO, kami serahkan kepada pemirsanya," jelasnya.

Video produksi komunitas Capung rencananya akan dijual seharga Rp 25 ribu per keping. Pihaknya sampai saat ini baru memproduksi 100 keping. "VCD-nya akan kami edarkan di Berbah dan Piyungan dengan menjualnya ke warga setempat," papar Septi.

Proses pengambilan gambar, dilakukan oleh satu pilot dan dua kru. Pesawat yang digunakan berbentuk helikopter mini dan dilengkapi kamera kecil di bagian bawah pesawat. 

Kamera yang digunakan jenisnya HD Go Pro, diletakkan pada dudukan, kemudian diterbangkan. "Kamera ini biasanya digunakan pada kejuaraan Moto GP dan bersifat waterproff," urainya.

Pesawat mini yang diterbangkan mampu bertahan walaupun dengan kondisi hujan. Pesawat aeromodeling yang digunakan pihaknya, sempat diterbangkan pada saat hujan untuk pengambilan gambar. "Bisa bertahan asal hujan tidak deras dan tidak ada angin kencang," kata Septi.

Integritas Lapan Soal Kesimpulan Crop Circle Dipertanyakan

TRIBUNNEWS.COM - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melalui Bapak Sri Kolaka telah menyimpulkan bahwa crop circle yang terjadi di Yogjakarta adalah buatan manusia, hal ini berdasarkan temuan bahwa ada bekas tekanan dan ada patok sebagai alat bantu untuk membuat crop circle tersebut.

Saya sangat menyayangkan kesimpulan tersebut, karena hanya didasarkan pada pengamatan di lapangan saja. Metode penelitian Lapan tersebut sama sekali tidak ada bedanya dengan metode polisi mengolah TKP (tempat kejadian perkara), hanya dengan memeriksa kondisi fisik lokasi dan sekitarnya, sangat jauh dari metode metode ilmiah yang sudah ada, apalagi Lapan merupakan lembaga research, yang tentunya juga dapat mengembangkan metode yang lebih scientific.

Dengan metode TKP tersebut, harusnya Lapan yakin betul bahwa tidak ada orang yang telah melewati atau berjalan di daerah crop circle, karena hal ini akan membuat bias. 

Satu metode yang sudah popular untuk membedakan apakah crop circle tersebut buatan manusia atau bukan adalah dengan meneliti ruas ruas batang/stem. Metode ini sudah banyak dipakai di seluruh dunia. Karena crop circle yang asli, akan mengalami perpanjangan pada titik titik ruas. Perpanjangan tersebut tidak dapat dilakukan oleh manusia. 

Sedangkan crop circle buatan manusia, tidak akan mengalami perpanjangan pada titik ruasnya dan pada titik belokan (bagian sudut) pasti akan terjadi patahan atau retak. Hal ini karena adanya tekanan paksa. Sifat dari lapisan luar batang (tissue) sebenarnya tidak elastis, gampang patah.

Metode yang lain adalah dengan menganalisa sample tanah di laboratorium, apakah ada perbedaan magnetik atau campuran unsur lain dibandingkan dengan yang bukan daerah crop circle.

Saya tidak mengatakan bahwa crop circle yang di Yogja adalah buatan manusia atau bukan. Karena ada juga crop circle yang benar-benar terbukti buatan manusia. Tapi sebaiknya para ilmuwan yang dari Lapan tersebut, dan ilmuan lainnya melakukan penelitian lebih mendalam terlebih dahulu. 

Selain karena sudah menarik perhatian masyarakat Indonesia, juga dunia. Dan kita juga harus tetap terbuka dengan kemungkinan lainnya, mungkin saja sesuai hal yang baru telah datang menghampiri kita tanpa disadari.

Saya tetap menyarankan agar Lapan mendalami lebih dalam fenomena tersebut, dengan membawa sampel batang, buah dan tanah ke laboratorium. Karena metode sains dan polisi dalam memecahkan masalah seharusnya berbeda.

*Wahyu Sunduseng,mahasiswa master bidang ilmu pertanian, Universitas Bonn, Jerman

SEOARMG PRIA BAWA 6 BNEKA SILIKON UNTUK BERLIBUR




TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria rela menghabiskan uang sebesar 26 ribu dollar AS atau sekitar Rp 234 juta dengan melakukan perjalanan ke Inggris dan Amerika dengan membawa enam boneka seksnya.

Pria bernama Dave Hockey (57) ini menganggap boneka seksi itu adalah kekasihnya. Ia pergi melakukan perjalanan ke Stonehenge, Grand Canyon, dan air terjun Niagara.

Hockey yang sudah menikah dan berasal dari Nova Scotia, Kanada, terbang dengan Realdoll' Bianca dan 'Teddy Babe Deluxe' Carey ke Inggris dan berkunjung keOxford, Wiltshire, dan Abergavenny, Wales.o

Hockey yang memiliki anak laki-laki berusia dua tahun ini mengaku sang istri tidak keberatan dengan hobinya itu. "Istri saya mengerti itu adalah sekadar hobi saja. Ia merasa tidak terancam dengan boneka tersebut dan saya tidak akan melarikan diri dengan boneka seberat 36 kilo yang terbuat dari silikon," katanya.

Selama liburan, Hockey membawa pacarnya bernama Bianca melakukan sky diving, berkuda, dan juga naik Harley Davidson. Boneka Bianca harganya 3.239 dollar AS (Rp 29,2 juta). "Saya membeli boneka itu pada November 2006. Mereka terlihat cute. Saya kira boneka sangat cantik. Bohong jika pria tidak menyukainya," katanya.

Ia juga menghabiskan uang sebesar 2.026 dollar AS (Rp 18,2 juta) untuk membelikan pakaian, mulai dari pakaian dalam hingga sepatu hak tinggi.