Serangan udara Amerika Serikat dan sekutunya ke beberapa daerah Libya, membuat Presiden Moammar Khadafi murka.
Diktator Libya ini menegaskan, negaranya siap untuk "perang panjang" dengan kekuatan-kekuatan Barat yang telah menyerang pasukannya dengan serangan rudal.
Dalam keterangannya kepada media televisi pemerintah, Khadafi mengatakan "tidak ada pembenaran" untuk campur tangan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Ia mengakui, serangan udara itu sebagai terorisme.
Seperti dilansir laman VOA, serangan udara AS dan Eropa pada Sabtu 19 Maret 2011 kemarin, ditujukan untuk menegakkan zona larangan terbang yang merupakan mandat PBB untuk menghentikan Khadafi.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa lebih dari 112 rudal Tomahawk ditembakkan dari kapal AS dan Inggris di Mediterania. Lebih dari 20 target dianggap sebagai ancaman langsung terhadap pasukan koalisi dan warga sipil Libya.
Sementara itu, pesawat jet Prancis menyerang melalui udara dengan menembakkan rudal salvos ke daerah timur. Di sisi lain, pasukan Inggris juga melesatkan rudal mereka ke daerah utara.
Televisi Libya menyebutkan, 48 orang tewas dan 150 terluka akibat serangan sekutu ke kawasan Mediterania itu.
Khadafi bersumpah untuk membalas atas serangan sekutu terhadap sarana militer dan sipil di Mediterania. Khadafi mengatakan wilayah itu telah berubah menjadi "medan perang nyata."
Usai serangan sekutu, ribuan pendukung Khadafi berkumpul di tempat perlindungan Khadafi di Tripoli, untuk membentuk perisai manusia terhadap kemungkinan serangan udara. (art)
0 komentar:
Posting Komentar