video-detik-detik-tsunami-jepang
Washington - Presiden Obama menghadapi kritik yang terus tumbuh di dalam dan luar negeri atas apakah kampanye militer di Libya adalah kebijakan yang salah, atau kebijakan yang tepat pada waktu yang salah.
Obama, dalam tur lima harinya di Amerika Latin, membela pendekatan pemerintahannya di Libya. Dia menyatakan serangan yang dilakukan Sekutu di Libya bertujuan untuk melengserkan Muammar Kadhafi dari tahtanya. Obama menjamin AS akan berpegang teguh pada mandat PBB.
"Operasi militer kami adalah untuk mendukung mandat internasional Dewan Keamanan PBB yang secara khusus memfokuskan pada ancaman kemanusian yang ditimbulkan oleh Kolonel Khadafi bagi rakyatnya," ujar Obama di Chili.
Dia menuturkan, AS juga akan melakukan cara-cara nonmiliter, termasuk sanksi ekonomi dan embargo senjata, untuk mengakhiri kekuasaan empat dekade Khadafi.
Obama mengirim surat kepada para pemimpin Kongres hari Senin berusaha untuk meyakinkan mereka bahwa pemerintah sedang mencari "transisi cepat namun bertanggung jawab" komando militer kepada anggota lain dari pasukan koalisi yang didukung PBB. Surat itu menyusul kritik bahwa ia telah gagal berkonsultasi dengan Kongres sebelum meluncurkan aksi militer. Demikian dilansir Los Angeles Times, Senin (22/3/2011).
Analis politik mengatakan Obama bisa mendapatkan keuntungan jika Kadafi dengan cepat digulingkan, atau jika ada resolusi lain cepat dan relatif tak berdarah. Tetapi jika konflik menemui jalan buntu, kritik cenderung meningkat.
Saat ini kritik sudah mulai meningkat. Beberapa pendukung awal intervensi militer, termasuk Senator John McCain, mengatakan Obama mungkin telah menunggu terlalu lama untuk membantu oposisi di Libya.
Sejumlah tokoh liberal Demokrat yang biasanya bersekutu dengan Presiden Obama, mengutuk penggunaan kekuatan militer. Kelompok konservatif, serta ahli kebijakan luar negeri, menyebut Libya bukanlah kepentingan AS yang vital.
Sebuah kelompok antiperang mengumumkan rencana untuk menggelar protes di Los Angeles, Chicago dan sembilan kota lainnya minggu ini.
Selain dari dalam negeri, luar negeri juga mengecam serangan itu. Misalnya dari Liga Arab yang awalnya menyerukan zona larangan terbang di Libya, keputusan yang mendorong Gedung Putih untuk bergabung melakukan serangan. Sedangkan PM Rusia Vladimir Putin mengecam Washington atas apa yang disebutnya "perang salib".
0 komentar:
Posting Komentar