Jet-jet tempur pasukan koalisi melancarkan serangan udara ke Sirte, kota asal Pemimpin Libya Kolonel Moammar Khadafy, untuk pertama kalinya Minggu (27/3/2011) malam.
Televisi Libya memberikan konfirmasi bahwa kubu pertahanan Khadafy itu telah menjadi sasaran serangan "agresor kolonial". Laporan televisi negara itu juga menginformasikan adanya pengerahan pasukan besar-besaran di jalan-jalan Sirte.
Para komandan NATO mengatakan, pasukan rezim Libya mulai mengambil posisi di Sirte. Hal itu meningkatkan kemungkinan terjadinya pertempuran berdarah saat pasukan anti-pemerintah bergerak ke arah barat, menuju ke daerah itu. Menurut sumber NATO, pasukan rezim Libya yang mundur ketika menghadapi kemajuan pasukan anti-pemerintah telah mulai menempatkan kendaraan lapis baja dan artilerinya di dalam bangunan sipil di Sirte. Taktik semacam itu dirancang untuk membuat serangan udara koalisi menjadi penuh dengan risiko.
Sirte, yang beberapa kali diupayakan Kolonel Khadafy menjadi ibukota Libya, didominasi oleh anggota suku Khadafy, yang sebagian besar tetap setia kepada rezimnya.
NATO telah menargetkan dua skuadron jet usang dari era-Soviet, Su22, yang ditempatkan di dalam bunker di pangkalan udara Sirte di samping bandara sipil.
Seorang pejabat senior NATO asal Perancis mengatakan kepada The Daily Telegraph bahwa satu strategi bisa bisa gunakan untuk memaksa pasukan Libya keluar dari Sirte. Pasukan tersebut tidak memiliki persediaan yang cukup untuk menghadapi pengepungan yang berkepanjangan.
0 komentar:
Posting Komentar