LIBYA - Serangan udara Pasukan Koalisi di Libya, pada hari Sabtu (2/4/2011), dikabarkan mengenai personil pasukan penetang rezim Presiden Khadafi. Aliansi militer NATO, tengah menyelidiki dugaan tersebut.
"NATO membuka laporan adanya korban jiwa dari warga sipil, namun kita kesulitan untuk memverifikasi laporan tersebut, berhubung kita tidak memiliki sumber daya manusia di darat," ujar Juru Bicara NATO, Oana Lungescu, seperti dikutip dari CNN, Sabtu malam.
Berdasarkan penuturan beberapa tentara oposisi seperti dilansir kantor berita Reuters, disebutkan setidaknya sepuluh orang pasukan pro penetang Khadafy tewas akibat bombardir serangan udara pasukan koalisi.
Pimpinan pasukan penentang Khadafy, menilai insiden itu hanyalah kesalahan kecil, dan menyerukan agar serangan udara terus dilakukan terhadap pasukan Khadafy.
Berdasarkan penuturan seorang anggota pasukan oposisi, Mustafa Ali Omar, insiden tewasnya sepuluh orang tersebut, diawali dengan penyusupan pasukan Khadafy ke tengah-tengah pasukan penentang Khadafy.
Mereka kemudian, menembakan senjata anti pesawat terbang ke pesawat pasukan koalisi yang melintas. Hal itu menurutnya, mengakibatkan pesawat-pesawat pasukan koalisi yang ditembaki membalas serangan tersebut.
Sementara itu, di hari Jumat kemarin, pasukan Khadafy membombardir Kota Brega dengan rudal sepanjang malam, dimana pertempuran diantara pasukan Khadafi dan oposisi semakin merembet ke arah Barat Libya.
Sementara itu, dilaporkan pasukan Khadafy, di hari Sabtu kemarin, menolak tawaran gencatan senjata yang diajukan oleh pasukan penentang Khadafy.
Menurut Juru Bicara Pemerintah, Musa Ibrahim, penolakan itu didasarkan tidak bisa diterimanya sejumlah prasyarat yang diajukan oleh pasukan penentang Khadafy.
Pemerintah Libya juga menilai, ketidakseriusan pasukan oposisi untuk berdamai.
"Mereka meminta kami mundur dari kota kami sendiri, dan membuka kota bagi orang-orang yang membawa senjata, bila ini bukanlah suatu kegilaan, entah apa ini patut disebut," serunya.
Komentar Musa itu menimpali pernyataan yang dilontarkan oleh pimpinan penentang Khadfy, Mustafa Abdul Jalil. Dalam pernyataanya, Mustafa mengajukan gencatan senjata kepada Khadafy, dengan syarat, tidak ada lagi pengekangan terhadap kebebasan berekspresi, dan dikeluarkannya penembak jitu, tentara bayaran, dan milisi pro pemerintah dari kota-kota di wilayah Barat Libya.
0 komentar:
Posting Komentar