Pasukan rezim Muammar Khadafi berhasil memukul mundur pemberontak dari kota Ras Lanouf dan Brega, sehingga membuat mereka menjauh dari Sirte, benteng pertahanan Khadafi.
Kemunduran pasukan pemberontak ini juga mengundang dilema bagi misi koalisi yang digalang Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya atas Libya, yang selama ini hanya sebatas mencegah pasukan Khadafi menembaki warga sipil melalui penerapan zona larangan terbang.
Menurut kantor berita Associated Press, pasukan Khadafi membombardir posisi pemberontak di Ras Lanouf dan Brega dengan tembakan tank serta artileri, Selasa 29 Maret 2011. Sejumlah laporan sepanjang Selasa malam menyebutkan, pemberontak tidak punya pilihan selain kabur meninggalkan kedua kota yang sempat mereka kuasai beberapa hari lalu.
"Sarkozy, di mana kamu?" teriak sejumlah pemberontak dalam bahasa Arab. Mereka mengacu kepada Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, yang selama ini sangat mendukung gagasan agar pasukan koalisi juga menghancurkan pasukan Khadafi.
Menurut sejumlah saksi, dalam pertempuran Selasa kemarin, tidak terlihat serangan udara pasukan koalisi seperti pada hari-hari sebelumnya.
"Kalau mereka [pasukan Khadafi] terus menembak, kami butuh serangan udara [koalisi]," kata Mohammed Bujildein, seorang anggota pasukan pemberontak berusia 27 tahun. Dia yakin, bila mereka terus didukung serangan udara koalisi, "Kami pasti sudah berada di Sirte besok [Rabu] malam," lanjut Bujildein.
Dia mengakui bahwa pemberontak hari ini mengalami kekalahan. "Namun kami akan kembali," kata Bujildein. Sirte, yang terletak 250 kilometer dari Ras Lanouf, merupakan kampung halaman Khadafi. Tidak heran bila kota itu merupakan benteng terkuat pasukan Khadafi dan menjadi titik strategis bagi pemberontak bila ingin masuk ke Ibukota Tripoli.
0 komentar:
Posting Komentar