Sabtu, 12 Februari 2011

CERAMAH SAMBIL BUGIL DIATAS KUBAH MUSHOLA


SURABAYA  - Warga Jl Wonosari Wetan geger, karena Mahir (22) tiba-tiba memanjat kubah musala di belakang rumahnya dalam kondisi telanjang bulat, Jumat (11/2).
Mahir memanjat kubah Musala Baitul Muslim, Jumat (11/2) sekitar pukul 13.00 WIB. Warga yang melihatnya sontak histeris. Tidak menyangka pemuda pendiam itu nekat memanjat kubah setinggi 20 meter itu.
“Kami tidak berani naik karena khawatir Mahir marah dan melompat,” ujar Sakwan, tetangga Mahir. Takut terjadi apa-apa, kerabat Mahir langsung melapor ke anggota Polsek Semampir.
Kelakuan antik Mahir itu menjadi tontonan bagi ratusan warga sekitar. Polisi mengantisipasi keadaan dengan memberi batasan kepada warga agar tidak terus merangsek mendekati musala.
Aksi Mahir kian menjadi. Setelah mencopot tulisan ‘Allah’ yang ada di tengah kubah, Mahir berdiri dan berseru layaknya orang berceramah. “Ayo semua harus telanjang biar dianggap sah sama malaikat,” katanya sambil menuding kerumuman massa.
Polisi dibantu tokoh masyarakat sekitar berusaha membujuknya agar turun. Namun Mahir menolak. Bahkan saat polisi dan warga naik ke atap musala, Mahir memeragakan gerakan silat sebagai tanda perlawanannya.
Ulah ini nyaris memakan korban. Seorang warga yang sempat kena pukulan Mahir, nyaris terjatuh. Untungnya, seorang anggota Reskrim Polsek Semampir, berhasil menarik tubuh Mahir. Pemuda kurus ini dievakuasi petugas dan warga sekitar pukul 14.30 WIB.
Namun Mahir terus berontak dan menuduh polisi berniat menembaknya. Ucapannya bercampur antara sumpah serapah dengan doa-doa memohon keselamatan.
Bakar Korden
Menurut tetangga-tetangganya, Mahir berlaku aneh sejak, Kamis (10/2) malam. Pemuda terlihat mengitari kampung dalam keadaan telanjang. “Dia seperti berceramah, kemudian berdoa dan mengaji. Tapi kami diamkan saja karena takut membuat dia tersinggung,” tandas Sakwan.
Tetangga sempat memanggil dua kerabatnya, tapi Mahir mengusir mereka. Esok harinya, Mahir sempat membakar korden rumahnya. Untung api bisa dipadamkan Sakwan dan Sukiman, tetangganya.
Ibu Mahir, Ny Acik, meninggal dua tahun lalu. Sedangkan Nahrawi, ayahnya, kini sudah menikah lagi dan menetap di Jakarta. Mahir tinggal sendiri setelah adiknya, Fadil (18), mondok di salah satu pesantren di Lamongan.
Sehari-hari Mahir dikenal sosok yang baik. Setiap sore, dia mengajak bocah-bocah kampung ke rumahnya untuk belajar agama. “Dia terobsesi menjadi ustadz. Karena itu dia sering ngajari anak-anak tentang agama. Bapaknya sendiri memang seorang ustadz,” ujar seorang warga.
Kapolsek Semampir Kompol Bambang Suprapto yang ikut dalam proses evakuasi mengatakan, kondisi mental Mahir memang agak terganggu. “Kami melarikan Mahir ke RS Jiwa Menur untuk diobati. Untung kami bisa mengavakuasinya sebelum dia berbuat lebih nekat,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar