Ratusan jiwa melayang dalam aksi demonstrasi di Mesir yang berujung pada tumbangnya rezim Hosni Mubarak.
Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan, setidaknya ada 365 orang yang tewas selama 18 hari aksi yang dimulai pada 25 Januari 2011.
Sepert di dimuat AP, ini adalah jumlah korban komprehensif pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Mesir. Meski demikian, Menteri Kesehatan. Ahmed Sameh Farid mengatakan, jumlah ini masih sementara, itu pun baru dipihak warga sipil. Belum termasuk polisi atau tahanan penjara yang tewas.
Meski demonstrasi menuntut Mubarak turun telah berakhir, aksi demi aksi terus 'menggoyang' negeri Firaun itu.
Rabu (16/2) kemarin karyawan bandara melakukan aksi demonstrasi menuntut pembayaran yang lebih layak. Sementara buruh pabrik tekstil menggelar aksi mogok kerja menuntut investigasi kasus korupsi. Tak ketinggalan, penduduk kota Terusan Suez turun ke jalan menuntut pabrik kimia yang diduga mencemari perairan ditutup.
Di tengah kondisi yang morat-marit -- perekonomian goyah dan politik belum stabil, penguasa militer mengeluarkan pernyataan kedua dalam tiga hari ini, meminta aksi protes dan mogok buruh dihentikan dengan segera.
"Kami minta masyarakat dan anggota serikat profesi, serta serikat buruh kembali bekerja, ke posisi masing-masing," demikian isi pesan pendek dari pihak militer yang dikirimkan ke telepon genggam di Mesir.
Meski demikian, imbauan itu dianggap angin lalu. Salah satu organisasi pemuda, dalam akun Twitter, mengkampanyekan, "pemogokan dan protes tidak boleh berakhir." Kelompok itu juga merencanakan aksi Jumat mendatang di Lapangan Tahrir -- titik nol, lokasi berkumpul para demonstran anti-Mubarak.
Sementara Mesir masih berusaha menata diri, kejatuhan Mubarak, juga Ben Ali di Tunisia menginspirasi para aktivis di dunia Arab lainnya. Gelombang demonstrasi menular ke Yaman, Bahrain, Iran, juga Libya.
0 komentar:
Posting Komentar