JAKARTA- Revolusi di Tunisa dan gejolak Mesir berpotensi merembet ke Indonesia. Pemicu munculnya perakan perlawanan terhadap kekuasaan biasanya akibat adanya oleh krisis pangan, lemahnya daya beli masyarakat, kemiskinan, ketidakadilan dan kelicikan pemerintah yang berkuasa.
"Apakah gelombang perlawnan ini juga akan merambat ke Jakarta? Indonesia pernah mngalami pada akhir dekade 90-an dalam fase Gelombang ke-3. Namun melihat proses reformasi yang ambradul, kepemimpnan nasional yang semkin kehilngan kepercayaan, dan tingginya angka kemskinan, bukan tidak mungkn gelombang kembali ke Indonesia," ujar pengamat internasional dari Univertitas Parahyangan Bandung, Dr Andre Hugo Parera dalam perbincangan dengan Tribunnews, Minggu (30/1/2011).
"Kritik tokoh-tokoh lintas agama, kemarin, yang menyebut pemerintah bohon pada beberapa program kerja merupakan ekspresi ketidakpuasan masyarakat. "menurut hemat saya, ini akan mempercepat proses bergulirnya gerakan perlawanan ketidakpuasan msyarakat terhadap pemeritnah," kata Andre, mantan anggota DPR RI dari Fraksi PDIP.
Andre menjelaskan, pergolakan politik di negara-negara Timur Tengah dalam beberpa minggu terakhir ini ibarat gelombang pergolakan yang bergerak dengan daya dobrak tinggi dari satu negra ke negara yang lain.
Menggunakan frame analysis-nya Samuel Huntington, kata pengajar Hubungan Internarsiaon ini, gejolak di Timur Tengah ibaratnya gelombang demokrasi ke-4 setelah Perang Dunia Ke-2: dari Eropa Selatan, Amerika Latin, Asia Timr-Tenggara sekarang ke Timur Tengah. "Pemicunya adalah kelaliman rezim otoritarian, kemiskinan dn ketidakadilan," kata Andre.
Asalkan saja para politik tidak mementingkan golongannya ... apabila ini merembet ke Jakarta/Indonesia ...
BalasHapus