Sabtu, 25 Desember 2010

Cuaca Ekstrim di Banyak Negara Bukti Nyata Pemanasan Global


PARIS, KOMPAS.com - Para ilmuwan menegaskan, badai salju dan suhu dingin ekstrem yang melanda Eropa akhir-akhir ini adalah efek langsung dari pemanasan global. Anomali iklim tersebut masih mengakibatkan gangguan transportasi hingga Rabu (22/12/2010), pada saat jutaan warga Eropa bersiap mudik untuk merayakan Natal di kampung halaman.
Para peneliti dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (Potsdam-Institut für Klimafolgenforschung/PIK) di Jerman mengatakan, musim dingin ekstrem yang terjadi berturut-turut di benua Eropa dalam 10 tahun belakangan ini adalah akibat mencairnya lapisan es di kawasan Artik, dekat Kutub Utara, akibat pemanasan global.
Hilangnya lapisan es membuat permukaan laut di Samudra Artik langsung terkena sinar matahari. Energi panas matahari, yang biasanya dipantulkan lagi ke luar angkasa oleh lapisan es berwarna putih, kini terserap oleh permukaan laut, membuat laut di kawasan kutub itu memanas dan mengubah pola aliran udara di atmosfer.
Dalam model komputer, yang dibuat PIK dan dimuat di Journal of Geophysical Research awal bulan ini, terlihat kenaikan suhu udara di lautan Artik tersebut menimbulkan sistem tekanan tinggi. Sistem tekanan tinggi inilah yang membawa udara dingin kutub ke daratan Eropa.
”Anomali ini bisa melipat tigakan probabilitas terjadinya musim dingin yang ekstrem di Eropa dan Asia utara,” ungkap Vladimir Petoukhov, fisikawan dan peneliti utama PIK.
Petoukhov menambahkan, efek aliran udara dingin dari kutub utara itu akan makin parah saat terjadi gangguan pada arus udara panas yang melintasi Samudra Atlantik dan perubahan aktivitas matahari.
Itulah yang terjadi saat ini. Para pakar cuaca mengatakan, saat ini arus udara hangat dari pantai timur AS (Gulf Stream) terhalang dan berbelok arah di tengah-tengah Atlantik.
Hal itu membuat aliran udara dingin dari Artik dan Eropa Timur tak terbendung masuk ke Eropa Barat. Saat arus dingin ini melintasi Laut Utara dan Laut Irlandia, uap air dari laut tersebut diubah menjadi salju dalam skala sangat besar dan menyebabkan badai salju parah di negara-negara Eropa Barat.
Mulai pulih
Otoritas penerbangan sipil Perancis, DGAC, Rabu, mengeluarkan peringatan, salju akan turun lagi di kawasan Paris pada Rabu sore dan kemungkinan akan terjadi pembatalan penerbangan lagi untuk jadwal penerbangan setelah pukul 17.00. Peringatan tersebut keluar saat kondisi penerbangan di Eropa baru mulai pulih setelah terpuruk dalam kekacauan total sejak akhir pekan lalu.
Bandara Frankfurt di Jerman baru membatalkan 70 dari total 1.300 penerbangan yang dijadwalkan Rabu. Jumlah ini menurun signifikan dibanding Selasa, saat 550 penerbangan dibatalkan.
Dua landasan pacu di Bandara Heathrow, London, Inggris, juga sudah dibuka sejak Selasa malam dan kini bandara tersibuk di Inggris tersebut sudah beroperasi 70 persen mendekati normal. ”Kami lega karena akan bisa menyingkirkan semua salju hari ini,” tutur juru bicara Bandara Heathrow.
Sekitar 1.000 orang terpaksa bermalam di Heathrow, dan 300 penumpang terdampar di Bandara Frankfurt, Selasa malam.
"Sangat menyedihkan, rasanya seperti berada di negara dunia ketiga," tutur seorang penumpang bernama Janice Phillips (29), yang terdampar di Heathrow dalam perjalanan pulang ke Minneapolis, AS.
Dua bandara utama di Paris, Charles de Gaulle dan Orly, dibuka 24 jam penuh untuk mengurai penumpukan penumpang akibat pembatalan dan penundaan selama berhari-hari. Maskapai Air France-KLM memperkirakan menderita kerugian hingga 35 juta euro (Rp 415,1 miliar) akibat gangguan cuaca bulan ini.
Sementara itu, suhu ekstrem terus melanda Eropa. Kota Holbaek, 65 kilometer sebelah barat Kopenhagen, Denmark, mencatat suhu minus 22,5 derajat celsius, Selasa malam. Ini adalah rekor suhu terendah di Denmark dalam 29 tahun terakhir.
Di Krasnoyarsk, Siberia, Rusia, suhu anjlok hingga 50 derajat celsius di bawah titik beku, menyebabkan sebuah bus mengalami kegagalan teknis dan bertabrakan, menewaskan delapan penumpangnya.
Cuaca dingin juga membuat harga minyak mentah dunia terus naik. Di pasar Asia, Rabu, harga minyak mentah Brent untuk pesanan bulan Februari naik 29 sen menjadi 93,49 dollar AS per barel, atau tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Harga diperkirakan masih akan terus naik seiring cuaca dingin ekstrem yang diramalkan masih akan terjadi sampai akhir tahun.
Warga LA dievakuasi
Cuaca ekstrem juga terjadi di AS. Hujan deras, banjir, dan tanah longsor melanda negara bagian California. Curah hujan yang turun di pusat kota Los Angeles (LA) sepekan terakhir sudah mencapai sepertiga dari curah hujan tahunan di kota tersebut.
Pihak berwajib telah mengevakuasi 232 keluarga di kawasan La Canada Flintridge dan La Crescenta di pinggiran LA, yang terletak di dekat perbukitan yang sudah jenuh oleh air hujan dan dikhawatirkan longsor. Evakuasi juga dilakukan di San Diego.
Cuaca ekstrem yang melanda Eropa belum mengurangi minat warga Indonesia menghabiskan libur akhir tahun ke sana. Hasil pemantauan di sejumlah biro perjalanan di Jakarta, Rabu, belum ada rombongan yang membatalkan rencana kunjungan mereka ke Eropa.
"Beberapa pelanggan memang menanyakan kondisi di Eropa, tapi sejauh ini belum ada pembatalan," kata pegawai perjalanan luar negeri Bayu Buana Tour and Travel, Jonas Sinambela.
Manajer Hubungan Masyarakat dan Media Panorama Tours Anita Hartono menjelaskan, saat ini mereka melayani perjalanan wisata sedikitnya 300 WNI dalam 20 kelompok ke Eropa

0 komentar:

Posting Komentar