Sabtu, 25 Desember 2010

Bromo Muntahkan Vulkanik Bom

Sabtu, 25 Desember 2010 | 18:35 WIB

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Gunung Bromo bukan saja mengeluarkan material abu vulkanik, pasir, kerikil, butiran lempengan lava pijar atau lapili, tetapi juga melontarkan vulkanik bom. Vulkanik bom merupakan bebatuan yang terbentuk dari lava pijar terlontar dari kawah lalu membeku. Letusan Bromo juga membesar dengan tipe letusan freato magmatik tidak lagi letusan freatik.
Saat terjadi dorongan akumulasi energi magma terlontar ke udara, membentuk bulatan dan membeku menjadi vulkanik bom.
-- Agus Budiyanto
Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Api Indonesia Pusat Vulkanologi, Meteorologi, Biofisika, dan Geologi Bandung, Agus Budiyanto, Sabtu (25/12/2010) menjelaskan vulkanik bom berawal dari lava pijar yang terbentuk dari magma yang sudah ada dibibir kawah.
"Saat terjadi dorongan akumulasi energi magma terlontar ke udara, membentuk bulatan dan membeku menjadi vulkanik bom," jelas Agus kepada wartawan.
Letusan Bromo tahun ini termasuk yang terbesar selama kurun waktu 50 tahun terakhir dan terlama dibanding tahun 2000 lalu selama sebulan. Tahun ini letusan Bromo hampir berlangsung dua bulan dan terus-menerus. Letusan tahun ini juga disertai letusan lava pijar, artinya rongga kawah telah terbuka lebar sebagai akumulasi energi yang terus keluar.
"Letusan freato magmatik melontarkan vulkanik bom ke sekitar kawah," kata Agus.
Hasil pengamatan vulkanik bom terlontar di sekitar kawah. Data seismik pada seismograf di Pos Pantau Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, menunjukkan gempa tremor terus terjadi dengan amplitudo maksimal 15 milimeter hingga 30 mm. Tinggi letusan rata-rata 1.000 hingga 1.200 meter bahkan bisa mencapai 2.000 meter jika terbawa angin dengan arah utara dan timur laut.
Akibatnya terjadi hujan abu dan lapili di Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya dan Madura. Bahaya primer lontaran vulkanik bom ada di sekitar kawah hingga radius 2 kilometer sekitar lautan pasir. Bahaya sekunder hujan abu dan pasir menerjang areal pertanian dan perumahan.
Abu dan pasir halus itu harus dibersihkan dari genting agar rumah tidak roboh. Debu abu vulkanik yang mengandung silikon dioksida (SiO2) atau silika (silikat) juga harus dibersihkan dari pakan ternak maupun sayuran karena bisa menimbulkan keracunan.
Warga juga harus menggunakan masker dan kaca mata saat keluar rumah. Debu bisa mengganggu penglihatan dan pernapasan. Bila masuk mulut terasa kasar, terhirup hidung menyesakkan, terkena mata terasa pedih.

0 komentar:

Posting Komentar