Sudah 15 tahun Sumiarti menjadi guru honorer di Subang, Jawa Barat. Saat ini dia harus puas dengan gaji per bulan yang hanya Rp 350 ribu. Karena gaji yang seiprit, Sumiarti hanya bisa menjerit.
"Saya menjadi guru honorer sudah 15 tahun dengan penghasilan Rp 350 ribu per bulan. Guru honorer tidak mendapat tunjangan, hanya gaji saja. Untuk kebutuhan hidup ya jelas tidak cukup," keluh Sumiarti yang tergabung dalam aksi dengan ratusan guru honorer lainnya di depan Istana Negara, Jakarta, Senin (20/2/2012).
Sedangkan suami Sumiarti berprofesi serupa. Namun beruntung, suaminya adalah seorang PNS. Untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, Sumiarti bekerja sampingan sebagai petani.
"Ini masih untung. Untuk gaji, di Sukoharjo ada yang gajinya Rp 50 ribu per bulan," sambung perempuan berumur sekitar 40 tahun itu.
Keluhan yang sama disuarakan Hanafi, guru honorer sebuah SD di Banten. Sudah 7 tahun Hanafi menjalani profesi itu, dan dia harus puas dengan gaji Rp 350 bulan yang dibayarkan setiap 3 bulan sekali.
"Tiga bulan sekali karena dari Biaya Operasional Sekolah (BOS)," ujar Hanafi.
Uang gaji itu tidak bisa menutupi semua kebutuhan hidupnya. Karena itu Hanafi berjualan makanan sebagai usaha sampingan.
"Untuk guru honorer secepatnya diangkat PNS. Karena kalau seperti saya yang sudah 35 tahun, mau daftar PNS pakai jalur umum sudah tidak bisa, karena kepentok umur," keluh Hanafi.
Sementara itu Juher, pengajar honorer di sebuah SD di Cilegon, juga mengaku telah 7 tahun menjalani pekerjaannya. Dengan pendapatan yang hanya Rp 350 ribu sebulan, menurut dia, sudah jelas para guru honorer tidak sejahtera.
"Menuntut perhatian dari pemerintah agar diangkat jadi PNS dan diperhatikan kesejahteraannya," ucap Juher yang mengenakan kacamata hitam.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Juher menjadi guru ngaji di lingkungan tempat tinggalnya.
Guru Honorer Berang
Lebih dari 5 jam guru honorer berunjuk rasa di depan Istana Negara. Mereka menuntut Presiden RI segera menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pengangkatan Tenaga Honorer. Namun hingga hampir 6 jam berselang, mereka belum mendapatkan kepastian akan dipenuhinya tuntutan mereka.
Satu tim yang berisi 10 orang sudah masuk ke dalam Istana. Kepada rekan-rekannya yang menunggu di luar, mereka menginformasikan bahwa Presiden SBY belum bisa menemui dan menandatangani PP tersebut. Demonstran pun berang.
Seorang perempuan maju ke mobil yang mengangkut sound system. Dia lantas berteriak-teriak menumpahkan emosinya.
"Kami nggak minta banyak-banyak. Hanya minta itu disahkan, ditandatangani agar guru sejahtera. Kami bisa saja mengerahkan seluruh guru honorer, tapi kalau mengerahkan nanti kasihan anak murid kami tidak bisa belajar, telantar," ujar perempuan itu berapi-api.
Orasi itu disambut riuh pekikan demonstran, "Sahkan PP!".
0 komentar:
Posting Komentar