Pesawat jet milik Perancis, Dassault Rafale atau disebut Rafale merupakan pesawat tempur andalan pasukan udara tentara koalisi di Libya. Jet tempur serba guna bermesin ganda itu memiliki julukan "Hujan Badai" memiliki daya gempur yang dahsyat.
Pesawat yang dibuat Dassault Aviation, dirancang sebagai pesawat berpangkalan di darat maupun di kapal induk. Pesawat ini dapat dioperasikan di landasan pacu dengan panjang hanya 400 meter itu. Alat tempur ini juga memiliki kecepatan maksimum hingga 2.400 kilometer per jam dengan daya jangkau 1.400 kilometer untuk sekali pengisian bahan bakar.
Dengan teknologi sayap delta yang dimiliki Rafael mampu memaksimalkan kemampuan manuvernya hingga dapat tetap stabil dengan kecepatan maksimumnya 11 G atau sebelas kali gaya gravitasi bumi. Rafale dibuat tahun 2000 lalu dengan biaya pembuatan mencapai Rp500 miliar.
Selain bom dan rudal konvensional dari udara ke darat dan sebaliknya Rafale juga bisa mengangkut senjata nuklir. Untuk pertahanannya Rafale dilengkapi dengan sistem pertahanan elektronik spektra yang menyediakan teknologi siluman virtual yang membuatnya bisa lolos dari deteksi radar musuh.
Dengan teknologi pencitraan tiga dimensi sensor Rafael mampu menciptakan citra kontur tanah dan pegunungan beresolusi tinggi untuk navigasi dalam menentukan sasaran.
Sejak masuknya pasukan jet tempur koalisi Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, kerusakan di Libya semakin parah.
Tentara koalisi dilaporkan mulai memperluas zona serangan dan mengincar beberapa titik vital pertahanan Libya. Di antaranya yang telah dihancurkan adalah artileri, tank, bunker amunisi dan beberapa helikopter yang tengah diparkir di beberapa basis angkatan udara Libya.
Selain mengerahkan pesawat Rafale, Perancis juga melesatkan Mirage 2000s, berpatroli di udara Misurata, wilayah strategis bagi pertahanan Libya. Perancis juga dilaporkan telah memborbardir basis udara di pesisir Libya.
Sementara itu pasukan udara Inggris yang terdiri dari pesawat jet Tornado dan Typhoon dilaporkan telah menyelesaikan 59 misi penghancuran di Libya. Dipersenjatai dengan bom antitank dan pelacak akurasi tinggi dan pasukan Inggris melakukan misi-misinya pada malam hari. (adi)
0 komentar:
Posting Komentar