Rabu, 23 Februari 2011

KADAFI BERSUMPAH AKAN PERTANKAN KEKUASAANYA

 
Pemimpin Libya, Moammar Khadafi bersumpah melawan demonstran yang menuntut pengunduran dirinya. Pemimpin Libya yang telah 40 tahun berkuasa itu mengatakan siap mati syahid. Dia tak bergeming meski protes dan bentrokan berdarah terjadi di kota-kota timur Libya.

Seperti yang dilansir dari situs CBSnews, Khadafi sempat muncul sebentar di TV milik negara Libya pada Selasa 22 Februari 2011 pagi waktu setempat. Dia muncul hanya untuk menghilangkan rumor bahwa ia telah melarikan diri.

Duduk di mobil di depan sebuah gedung yang tampak seperti tempat tinggal dan memegang payung, ia mengatakan kepada seorang pewawancara, dia ingin pergi ke Green Square di Tripoli untuk berbicara dengan para pendukungnya. Tetapi, niatnya itu terhentikan oleh hujan.

"Saya di sini untuk menunjukkan saya ada di Tripoli, dan tidak di Venezuela. Jangan percaya pada omongan menyesatkan," kata Khadafi mengacu pada laporan media bahwa ia telah meninggalkan negaranya.

Meski sejumlah pejabat dan diplomat Libya di beberapa negara ramai-ramai mundur dari jabatannya sebagai bentuk protes mereka, namun Khadafi bertekad untuk tetap bertempur melawan demonstran.
Ucapan itu dipertegasnya lagi dalam pidatonya di TV milik pemerintah itu. Khadafi mengatakan dia bukanlah kepala negara biasa. "Saya tak akan mundur. Saya bukan presiden, saya pemimpin revolusioner," ujarnya seperti ditayangkan oleh BBC, Selasa malam 21 Februari 2011.
Khadafi juga menuding mereka yang berdemonstrasi adalah para anak muda pecandu obat. Dia meminta mereka menghentikan aksi, atau akan menyerukan para pendukungnya "membersihkan" jalanan dari para pemrotes. "Siapa yang melawan negara akan dihukum mati," ujar Khadafi seraya membuka buku konstitusi Libya.
Dalam pidato yang sarat amarah, Khadafi mengatakan kemungkinan besar anak-anak muda di jalanan Benghazi itu tak mengerti kalau mereka dimanfaatkan oleh kekuatan luar. Bahkan, mereka yang beraksi diduga ditunggangi kelompok ekstrimis Islam. "Saya meminta kalian segera hentikan aksi-aksi itu," ujar Khadafi dengan nada geram.
Menghadapi gelombang aksi protes di negerinya, rezim Khadafi menghajar brutal para demonstran di jalan dalam beberapa hari terakhir. Hingga saat ini tak ada angka resmi korban yang dilansir pemerintah. Sejumlah lembaga hak asasi manusia menaksir setidaknya 250 orang tewas, dan ratusan lainnya terluka akibat aksi brutal pemerintah menghadapi demonstran.

0 komentar:

Posting Komentar