alur Magelang-Yogya Lumpuh 12 jam
Jumat, 10 Desember 2010
MAGELANG (Suara Karya): Banjir lahar dingin yang menggelontor di Kali Putih kembali meluap hingga ke ruas badan jalan jalur Magelang-Yogyakarta. Akibatnya, ruas jalan tersebut mengalami kelumpuhan selama 12 jam.
Lapisan pasir dan berbagai material vulkanik Merapi, yang dibawa arus air menyusul hujan deras sejak Rabu (8/12) pukul 16.30 WIB menutup badan jalan di atas jembatan yang dilalui Kali Putih. Ketebalan lapisan yang mencapai 1 m membuat ruas jalan itu tidak bisa dilalui kendaraan. Arus lalu lintas baru bisa sedikit terurai pada Kamis (9/12) sekitar pukul 04.30 WIB. Sebelumnya kemacetan di jalur itu mencapai sepanjang 20 km. Kanit Regiden Polres Magelang AKP Eko Mardiyanto di Magelang, Kamis (9/12), mengemukakan, jalur itu baru bisa dibuka setelah endapan pasir vulkanik dibersihkan dengan menggunakan alat berat. Selain menutupi badan jalan, banjir lahar dingin yang mengalir di tujuh sungai yang membelah Magelang juga mengancam keselamatan warga, khususnya yang tinggal di pinggir sungai. Setidaknya 252 dusun di 79 desa di tujuh kecamatan, di Kabupaten Magelang, dikategorikan rawan terhadap ancaman sekunder. Di antaranya dusun yang tersebar di berbagai kecamatan, seperti Kecamatan Srumbung, Salam, Dukun, Muntilan, Sawangan, dan Ngluwar. Rata-rata dusun tersebut berada di sekitar aliran sungai. Saat ini saja, ratusan warga Dusun Gempol diungsikan ke Balai Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Magelang. "Warga yang berada dekat aliran sungai diminta tetap waspada. Terutama, saat terjadi hujan lebat. Kalau terjadi hujan deras dengan durasi lebih dari dua jam, warga diminta mengungsi ke tempat aman," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang Eko Triyono. Pemkab Magelang sendiri mencatat sedikitnya 80 ribu rumah terancam bahaya banjir lahar dingin. Rumah-rumah itu memang berada di radius rata-rata 300 meter dari aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi itu. Bupati Magelang Singgih Sanyoto menyarankan agar warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Bisa di balai desa atau di rumah-rumah warga di luar radius itu jika sewaktu-waktu terjadi banjir lahar dingin. Yang penting sebaiknya segera mengungsi," tutur dia. Puluhan Ribu Mengungsi Banjir juga terjadi di tiga kecamatan di Bandung, Jawa Barat, yakni di Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang. Akibatnya, tidak kurang dari 13.270 keluarga atau 38.516 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Juhana Atmawisastra di Bandung, Kamis (9/12), menyebutkan, selain rumah warga, banjir juga merendam fasilitas lainnya seperti pabrik, rumah ibadah, dan sekolah. Disebutkannya, jumlah rumah dan fasilitas lain yang terendam di kawasan itu mencapai 11.456 unit. Juhana menjelaskan, angka tersebut belum termasuk data daerah banjir lainnya seperti Rancaekek, Cangkuang, Pameungpeuk, Banjaran, dan Solokan Jeruk. Daerah-daerah tersebut lebih dulu mengalami banjir pada awal Desember. Hingga saat ini, kata dia, BPBD masih melakukan pengumpulan data untuk semua daerah yang terendam banjir. "Kami masih mengumpulkan data. Untuk sementara, data tiga wilayah ini yang dikeluarkan. Tapi, bukan berarti daerah lain tidak kami data," katanya menjelaskan. Terkait dengan masih tingginya curah hujan yang menimbulkan banjir di mana-mana, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa ancaman banjir berpotensi meluas hingga banjir bandang di berbagai daerah di Indonesia. Banjir besar itu diperkirakan berlangsung sepanjang masa puncak musim hujan. Hal itu terjadi mulai Desember ini hingga Februari tahun depan. Perekayasa madya BMKG Achmad Sasmito menjelaskan, secara umum seluruh wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan dan berpotensi menimbulkan banjir. Walau berbeda-beda, curah hujannya melebihi angka normal di musim hujan. "Bervariasi dari 1,5 sampai 3 kali lipat dari curah hujan normal," ujarnya di Bandung, Kamis (9/12). BMKG memperkirakan musim hujan akan berlangsung hingga Maret 2011. Sementara, mencapai masa puncaknya mulai Desember hingga Februari tahun depan. Salah satunya di kawasan ibu kota Jakarta. Sedangkan potensi banjir bandang bisa terjadi jika curah hujan di laut, daratan, dan sungai menggelontorkan air hampir bersamaan atau dalam waktu berdekatan. (Antara/Budi Seno) |
0 komentar:
Posting Komentar