Sleman: Awan panas dari Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (26/10), keluar sekitar pukul 17.02 WIB. Sejumlah warga di lereng gunung panik dan dievakuasi ke posko terdekat.
Awan panas atau dikenal oleh warga sekitar dengan nama Wedhus Gembel tercatat keluar empat kali. Sejumlah warga panik. Mereka berbondong-bondong meninggalkan rumah. Salah seorang warga Kaliurang terkena abu vulkanik saat berupa mengungsi dengan sepeda motor.
Awan panas atau dikenal oleh warga sekitar dengan nama Wedhus Gembel tercatat keluar empat kali. Sejumlah warga panik. Mereka berbondong-bondong meninggalkan rumah. Salah seorang warga Kaliurang terkena abu vulkanik saat berupa mengungsi dengan sepeda motor.
Sementara di posko Babadan di wilayah Magelang, Jawa Tengah, sudah tercium bau belerang. Diprediksikan akan terjadi hujan abu. Wilayah tersebut segera disterilkan.(*)
Tayangan siaran langsung di televisi mengenai proses evakuasi warga lereng Gunung Merapi, menjadi hiburan tersendiri bagi pengungsi. Tiap melihat kelebat tetangga dan kerabatnya, mereka berseru dan mengucap syukur.
Demikian kondisi di balai desa Hargo Binangun, Sleman, DI Yogyakarta, yang menjadi tempat pengungsian warga lereng Merapi, Selasa (26/10/2010) malam. Warga yang sudah terlebih dahulu tiba di sana, bergerombol menonton televisi yang menayangkan hiruk pikuk yang berlangsung di luar ruangan.
Suasana di luar balai desa memang cukup ramai. Warga yang berusia muda hingga paruh baya banyak yang memilih menyaksikan langsung kesibukan evakuasi meski risikonya adalah tersiram hujan abu. Semuanya mengenakan masker dan beberapa mengenakan helm atau topi sebagai pelindung rambut.
Sementara para lansia, bila tidak menonton televisi atau mengobrol, maka mereka merebahkan diri di atas karpet. Sejak dua hari lalu balai desa itu memang sudah disiapkan sebagai tempat pengungsian lengkap dengan fasilitas dapur umum.
Jarak antara balai desa Hargo Binangun dengan puncak Gunung Merapi hanya sekitar 10 km saja. Maka bagunan yang dinding dan atapnya sudah berselimut debu itu merupakan pos pengungsian yang terdepan sehingga pilihan para jurnalis televisi melakukan siaran langsung.
Demikian kondisi di balai desa Hargo Binangun, Sleman, DI Yogyakarta, yang menjadi tempat pengungsian warga lereng Merapi, Selasa (26/10/2010) malam. Warga yang sudah terlebih dahulu tiba di sana, bergerombol menonton televisi yang menayangkan hiruk pikuk yang berlangsung di luar ruangan.
Suasana di luar balai desa memang cukup ramai. Warga yang berusia muda hingga paruh baya banyak yang memilih menyaksikan langsung kesibukan evakuasi meski risikonya adalah tersiram hujan abu. Semuanya mengenakan masker dan beberapa mengenakan helm atau topi sebagai pelindung rambut.
Sementara para lansia, bila tidak menonton televisi atau mengobrol, maka mereka merebahkan diri di atas karpet. Sejak dua hari lalu balai desa itu memang sudah disiapkan sebagai tempat pengungsian lengkap dengan fasilitas dapur umum.
Jarak antara balai desa Hargo Binangun dengan puncak Gunung Merapi hanya sekitar 10 km saja. Maka bagunan yang dinding dan atapnya sudah berselimut debu itu merupakan pos pengungsian yang terdepan sehingga pilihan para jurnalis televisi melakukan siaran langsung.
Dampak semburan hujan abu Gunung Merapi terasa hingga radius 15 km dari puncaknya. Debu yang melapisi sepanjang Jl Kaliurang semakin tebal dan setiap kali ada mobil melintas, pasti mengepul luar biasa.
Sebenarnya tidak terlalu banyak mobil yang berlalu lalang, hanya ambulans dan SAR. Sementara warga sipil dilarang keras oleh polisi yang berjaga untuk memasuki kawasan lereng, apa pun alasan yang disampaikan.
"Kalau mau mengungsi, turun gunung boleh. Tapi naik gunung, maaf. Sampai di sini saja ya Mas, berbahaya," ujar seorang polisi yang mengenakan masker.
Sebenarnya tidak terlalu banyak mobil yang berlalu lalang, hanya ambulans dan SAR. Sementara warga sipil dilarang keras oleh polisi yang berjaga untuk memasuki kawasan lereng, apa pun alasan yang disampaikan.
"Kalau mau mengungsi, turun gunung boleh. Tapi naik gunung, maaf. Sampai di sini saja ya Mas, berbahaya," ujar seorang polisi yang mengenakan masker.
Hujan abu akibat letusan Gunung Merapi sampai ke Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Penduduk memilih untuk tinggal dirumah karena hujan abu disertai bau belerang yang cukup pekat.
"Hujan Abu berbau belerang sejak pukul 21.00 WIB," ujar warga Gombong, Dzakiran, kepada detikcom, Selasa (26/10/2010).
Dzakiran menuturkan, hujan abu cukup deras. Akibatnya, genting rumah dan pepohonan di dekat rumahnya pun mulai memutih.
"Saya lihat abunya cukup tebal," terang Dzakiran.
Hal senada disampaikan Eko. Eko mengaku sulit melihat saat mengendarai motornya ke warung.
"Jadi gelap, jarak pandang terbatas," terang Eko.
Hujan abu tersebut, menurut Eko, terjadi sesaat setelah hujan deras yang turun di Gombong. Hujan abu tersebut hingga kini masih terjadi.
Sampai saat ini, hujan abu yang berasal dari letusan Gunung Merapi merata di kawasan Jateng-DIY. Sementara itu di kawasan lereng merapi, hampir semua benda yang dibiarkan di luar rumah berlapis abu tebal. Oleh karena itu penduduk diminta mengenakan masker.
"Hujan Abu berbau belerang sejak pukul 21.00 WIB," ujar warga Gombong, Dzakiran, kepada detikcom, Selasa (26/10/2010).
Dzakiran menuturkan, hujan abu cukup deras. Akibatnya, genting rumah dan pepohonan di dekat rumahnya pun mulai memutih.
"Saya lihat abunya cukup tebal," terang Dzakiran.
Hal senada disampaikan Eko. Eko mengaku sulit melihat saat mengendarai motornya ke warung.
"Jadi gelap, jarak pandang terbatas," terang Eko.
Hujan abu tersebut, menurut Eko, terjadi sesaat setelah hujan deras yang turun di Gombong. Hujan abu tersebut hingga kini masih terjadi.
Sampai saat ini, hujan abu yang berasal dari letusan Gunung Merapi merata di kawasan Jateng-DIY. Sementara itu di kawasan lereng merapi, hampir semua benda yang dibiarkan di luar rumah berlapis abu tebal. Oleh karena itu penduduk diminta mengenakan masker.
Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan Jateng-DIY terus meningkat hingga terjadi erupsi sore tadi. Hingga saat ini juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, terjebak di lereng merapi bersama 8 orang lainnya.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan detikcom di pegungsian, dilaporkan bahwa Mbah Maridjan bersama 8 orang lainnya, warga dusun Kinahrejo, Sleman, tengah terjebak di lereng Gunung Merapi yang sudah memutih karena abu vulkanik.
Saat ini tim evakuasi tengah mengumpulkan peralatan untuk mengevakuasi mereka. Diduga Mbah Marijan bersama orang tersebut terjebak karena lahar dan tumpukan kayu.
Sementara itu, seorang tetangga Mbah Marijan, Mugio, dilaporkan tewas. Mugio tewas karena luka bakar akibat awan panas yang dihembuskan Gunung Merapi sore tadi.
Sampai saat ini dilaporkan ada tiga penduduk lereng Gunung Merapi yang meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi. Sementara ini 30-an orang tengah menjalani perawatan di RSUD Magelang karena mengalami sesak napas. Sebanyak 13 korban luka bakar juga dilarikan ke RS Panti Nugroho, Sleman.
Sementara itu hujan abu masih terus mengguyur daerah di sekitar lereng Gunung Merapi. Warga sekitar dan yang sedang ada di pengungsian diminta menggunakan masker agar tidak menghirup abu vulkanik yang berbau belerang ini.
Merapi mulai memuntahkan awan panas sekitar pukul 17.30 WIB. Hingga kini, awan panas masih terus dikeluarkan oleh gunung berapi teraktif di dunia itu.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan detikcom di pegungsian, dilaporkan bahwa Mbah Maridjan bersama 8 orang lainnya, warga dusun Kinahrejo, Sleman, tengah terjebak di lereng Gunung Merapi yang sudah memutih karena abu vulkanik.
Saat ini tim evakuasi tengah mengumpulkan peralatan untuk mengevakuasi mereka. Diduga Mbah Marijan bersama orang tersebut terjebak karena lahar dan tumpukan kayu.
Sementara itu, seorang tetangga Mbah Marijan, Mugio, dilaporkan tewas. Mugio tewas karena luka bakar akibat awan panas yang dihembuskan Gunung Merapi sore tadi.
Sampai saat ini dilaporkan ada tiga penduduk lereng Gunung Merapi yang meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi. Sementara ini 30-an orang tengah menjalani perawatan di RSUD Magelang karena mengalami sesak napas. Sebanyak 13 korban luka bakar juga dilarikan ke RS Panti Nugroho, Sleman.
Sementara itu hujan abu masih terus mengguyur daerah di sekitar lereng Gunung Merapi. Warga sekitar dan yang sedang ada di pengungsian diminta menggunakan masker agar tidak menghirup abu vulkanik yang berbau belerang ini.
Merapi mulai memuntahkan awan panas sekitar pukul 17.30 WIB. Hingga kini, awan panas masih terus dikeluarkan oleh gunung berapi teraktif di dunia itu.
Wartawan Vivanews Tewas di Rumah Maridjan
Breaking News / Sosbud / Selasa, 26 Oktober 2010 23:46 WIB
Awan panas yang dimuntahkan Gunung Merapi telah menghanguskan sejumlah rumah warga di kaki gunung. Satu di antaranya kediaman juru kunci Gunung Merapi, Ki Surakso Hargo atau yang dikenal dengan Mbah Maridjan. Seorang wartawan yang diketahui berada di kediaman Mbah Maridjan dilaporkan tewas.
Juru kamera Metro TV Edward AR yang berhasil menembus ke bagian atas kaki Merapi, ke kediaman Mbah Maridjan, mendapati sebagian rumah sang juru kunci sudah hangus. Situasi di lokasi pun sangat mencekam. Selain gelap gulita, udara di sana sangat panas akibat dari awan panas atau wedhus gembel gunung. Sedangkan keberadaan Mbah Maridjan sendiri belum diketahui.
Menurut Edward, di halaman rumah Mbah Maridjan, ditemukan sekitar 10 jenazah. Mereka diduga tamu Mbah Maridjan yang berusaha menyelamatkan diri atau wartawan yang sedang meliput aktivitas Merapi. Satu di antaranya dipastikan adalah Yuniawan Wahyu Nugroho, editor vivanews.com. Hal itu diketahui setelah ditemukan KTP atau disapa Wawan. Hingga berita ini dibuat, belum diketahui pasti jumlah korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi tersebut.
Seorang Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) tewas bersama 15 orang lainnya di sekitar rumah juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan. Relawan TNI ini tewas terhembus awan panas alias wedhus gembel dalam misi menjemput Mbah Maridjan.
"Ada Relawan TNI dari Bantul, Tutur Priyono, tewas di atas dan dibawa ke RS Sarjito," ujar Sekretaris PMI Kecamatan Pakem, Wahyu Dwi Hantoro," kepada wartawan di posko pengungsian Hargobinangun, Sleman, Yogyakarta, Rabu (27/10/2010).
Wahyu menuturkan, Tutur tewas dalam misi menjemput Mbah Maridjan. Tutur terpanggang awan panas alias wedhus gembel yang dikeluarkan Gunung Merapi sore tadi. Rencananya, Tutur akan mengamankan Mbah Maridjan dari wedhus gembel tersebut.
"Tewas di atas bersama tim," terang Wahyu.
Saat ini jenazah para korban awan panas Gunung Merapi yang tewas di sekitar rumah Mbah Maridjan tengah diidentifikasi di RS Sardjito, Yogyakarta. Hingga saat ini baru berhasil diidentifikasi sebanyak 9 korban meninggal akibat awan panas tersebut.
Berikut identitas 9 jenazah korban awan panas Gunung Merapi yang ditemukan di sekitar rumah Mbah Maridjan :
1. Parno (pria/ warga Dusun Kinahrejo)
2. Yuniawan Wahyu Nugroho (pria/ wartawan VIVAnews)
3. Sipon (wanita/ warga Dusun Kinahrejo)
4. Wahono (pria/ relawan lereng merapi)
5. Tutur Priyono (pria/ relawan PMI)
6. Imam (pria/ warga Kinahrejo)
7. Mukiman (pria/ warga Kinahrejo)
8. Ny. Puji Sasono (wanita/warga Kinahrejo)
9. Barno Utama (pria/warga Kinahrejo
Mbah Maridjan Meninggal dalam Posisi Sujud
Nasib juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan sudah diketahui. Pria bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ini diyakini tewas. Anggota Tim SAR, Subur Mulyono, yang menyampaikan kabar duka ini. Jenazah Mbah Maridjan ditemukan pukul 05.00 Waktu Indonesia Barat tadi pagi. "Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sedang sujud di dekat rumahnya," kata Subur di RS Sardjito, Yogyakarta, Rabu 27 Oktober 2010.
Saat dievakuasi, posisi Mbah Maridjan masih sujud dengan luka bakar di tubuhnya. Subur mengaku mengenali jenazah tersebut dari batik yang dikenakan jenazah.
"Karena sering ketemu, saya yakin itu Mbah Maridjan -- dari batik yang dikenakan," tambah dia. Sampai saat ini, jelas dia, proses evakuasi sedang berlangsung.
Sebelumnya , petugas Kamar Jenazah RS Sardjito Yogyakarta, mengakui pihaknya sudah menerima jasad Mbah Maridjan.
"Benar, Mbah Maridjan sudah ada di sini," kata petugas tersebut.
Soal kondisi jenazah Mbah Maridjan, dia mengaku tak berani menggambarkannya. Yang jelas, "kami menerima jenazah tersebut pukul 06.30 WIB," tambah dia.
Mbah Maridjan meninggal di rumahnya bersama belasan orang lainnya. Termasuk, rekan kami, redaktur VIVAnews, Yuniawan Nugroho yang kembali naik ke atas gunung demi juru kunci Merapi itu turun.
Bagaimana kondisi Mbah Maridjan? Nasib sesepuh Merapi itu masih simpang siur. Ada yang mengatakan dia meninggal di dusunnya yang luluh lantak diterjang awan panas letusan Merapi. Tapi ada lagi yang mengatakan, ia ditemukan dalam kondisi lemas dan kini sedang dirawat intensif. Namun, informasi yang didapat VIVAnews, menyebutkan, sesepuh Merapi itu diduga kuat telah meninggal dunia.
0 komentar:
Posting Komentar