Kamis, 15 Maret 2012

AS-Inggris Hilang Kesabaran Atasi Nuklir Iran

  
Pemimpin Amerika Serikat dan Inggris mulai kehilangan kesabaran dalam menggunakan cara diplomasi dalam mengatasi isu nuklir di Iran. Namun, mereka tetap bersikeras tidak perlu adanya agresi militer dalam menghentikan ambisi Iran tersebut.

Hal ini disampaikan Presiden AS Barack Obama usai bertemu Perdana Menteri Inggris David Cameron di Gedung Putih, Rabu 14 Maret 2012. Dilansir CNN, Obama mengatakan bahwa keengganan Iran untuk memenuhi tuntutan global, akan semakin menyulitkan penyesaian secara diplomatis.

"Di masa lalu, ada kecenderungan dari Iran untuk menunda, membatalkan perundingan dan memberi banyak alasan, tapi tidak ada langkah maju. Saya kira mereka harus mengerti, jendela untuk menyelesaikan masalah secara diplomatis mulai tertutup," kata Obama.

Pernyataan Obama ini disampaikan jelang pertemuan antara Barat dengan negara-negara Islam terkait kekhawatiran adanya agresi militer dari Israel terhadap Iran. Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad membantah program nnuklir mereka untuk membuat senjata dan tidak akan menghentikannya.
Akibatnya, Barat menjatuhkan sanksi. Sanksi terbaru dijatuhkan AS dan sekutunya pada sektor minyak Iran, Januri lalu. Baik Obama dan Cameron yakin sanksi ekonomi baru ini akan berhasil menekan Iran. 

"Sanksi-sanksi itu akan lebih 'menggigit' pada musim panas ini, dan kami telah melihat efek yang signifikan pada perekonomian Iran," kata Obama.

Dalam pertemuan selama dua jam tersebut, kedua pemimpin juga membicarakan soal Suriah. Keduanya sepakat untuk tidak menggunakan cara militer dalam menghentikan kekerasan rezim Bashar al-Assad terhadap warga sipil.

Menurut Cameron, situasi yang ada di Suriah saat ini berbeda dengan Libya tahun lalu, dimana PBB meloloskan resolusi yang memungkinkan NATO menyerang markas militer. Terpenting saat ini, ujarnya, adalah mencapai transisi damai tanpa kekerasan.

"Kami kira cara tercepat menghentikan kekerasan, adalah turunnya Presiden Bashar al-Assad. Jadi kita harus mewujudkannya dengan penekanan diplomatis, sanksi, tekanan politik. Itu fokus kami," kata Cameron.