Senin, 12 Maret 2012

Ubi Jalar Bertuliskan 'Allah' Hebohkan Palembang


Warga Jalan Balap Sepeda, Kelurahan Lorok Pakjo, Palembang, Sumatera Selatan dihebohkan dengan penemuan ubi jalar bertuliskan "Allah".

Ubi tersebut ditemukan Marta Logawa Romending (45), Senin (12/3/2012).
Menurut Marta, ubi jalar tersebut ditemukan di kebun sawit kepunyaan mantan Bupati OKI F Rozi Dahlan, di Teluk Gelam, Kabupaten OKI.
"Aku bersih-bersih di kebun itu. Sekitar jam empat, aku merasa lapar dan pengen makan. Aku berinisiatif menggali ubi di kebun. Saat tercabut, terlihat ubi jalar sebesar kepala bayi dengan berat sekitar satu kilogram," ujar Marta.
Kagetnya lagi, ia terkejut karena ada tulisan "Allah" yang berada di kulit ubi tersebut. Karena menganggap aneh, Marta akhirnya tidak jadi memakan ubi itu, dan membawanya pulang ke Palembang. (*)

Mayoritas Warga Kampung Ini Berjari Tiga


Sebuah kampung yang kebanyakan warganya cacat ditemukan di Dusun Ulutaue, Desa Mario, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Hampir semua penduduknya mengalami kelainan fisik, yakni hanya berjari tiga, baik kaki maupun tangan. Kelainan ini dialami warga mulai dari yang berusia bayi hingga lanjut usia.

Salah seorang sesepuh kampung yang ditemui Kompas.com, Minggu (11/3/2012), mengatakan, kelainan fisik itu sudah terjadi turun-temurun. Mereka bahkan sudah pasrah karena meyakini bahwa yang mereka alami itu sudah digariskan oleh nenek moyang.

"Ini sudah keturunan, mulai dari nenek kami begini semua. Keturunan kami yang lahir pasti begini semua. Walaupun ada yang normal, tetapi kalau ada anaknya, begini juga tangannya," kata Umbang, sesepuh kampung tersebut.

Di tengah keterbatasan itu mereka tetap menjalani kegiatan sehari-hari sebagai nelayan. Sebagian besar dari mereka hidup miskin. Mereka juga cenderung menutup diri dari dunia luar.

Mereka mengaku selama ini tidak mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Belum ada layanan kesehatan, apalagi penelitian medis terkait kondisi turun-temurun yang mereka alami itu.

Kurangnya perhatian itu dikeluhnya warga. "Kalau memang mau, mestinya pemerintah datang menyembuhkan kami. Katanya ini penyakit gen, tetapi mana buktinya sampai sekarang mereka tidak datang perhatikan kami," kata Ahmad, warga setempat.