Kamis, 25 Agustus 2011

POSISI INDONESIA DI FIFA NAIK 6 TINGKAT

Zurich - Indonesia berhasil nangkring diperingkat 131 Badan Sepak Bola Dunia(FIFA). Namun, peringkat Indonesia masih kalah jauh dibanding tiga negara;Iran, Qatar, dan Bahrain, penghuni Grup E Pra Piala Dunia 2014.
Seperti dilansir FIFA, Indonesia berhasil naik enam peringkat. Namun, masih kalah jauh dari Iran yang ada diperingkat 53, Qatar(Qatar), Bahrain(101)


Bahkan, peringkat Indonesia berhasol disalip Vietnam. FIFA menempatkan Vietnam dan Singapura satu tangga diatas Indonesia. Sedangkan Thailand ada diperingkat 120. 
Sedangkan Belanda sukses mengeser Spanyol dari pemuncak peringkat FIFA. Belanda menjadi negara ketujuh berhasil duduk dipuncak peringkat FIFA.


Selain Belanda dan Spanyol, negara lain yang pernah memuncaki peringkat FIFA antara lain Brasil, Argentina, Prancis, Jerman, Italia.

TERTEMBAK PAINTSBALL IMPLAN PAYUDARA PECAH

TERTEMBAK PAINTSBALL IMPLAN PAYUDARA PECAH

Jakarta - Anda pemilik dada cantik hasil operasi bedah menggunakan implan payudara, sebaiknya hindari permainan paintball.Bukan kesenangan yang akan Anda peroleh bermain tembak-tembakan itu. Tapi, sebaliknya, Anda bisa kecewa gara-gara salah satu senjata kecantikan Anda pecah mendadak.

Peristiwa nahas ini terjadi pada seorang wanita berusia 26 tahun saat bermainpaintball Croydon, Inggris. Ia tanpa sengaja tertembak di bagian dadanya. Awalnya wanita itu tidak merasakan apa-apa. Tapi dua hari berselang, saat ia memeriksakan diri ke dokter kecantikan, implan di dadanya telah rusak.

Tidak ada proses hukum dalam perkara ini karena pengelola permainan sebelumnya telah mengingatkan pemilik implan bisa berisiko pecah. "Ini sungguh mengejutkan," kata juru bicara pemilik sarana paintball di Inggris dalam Daily Mail, 24 Agustus 2011. Kini pengelola memberikan tambahan pelindung bagi wanita yang berminat main paintball.

Lisa Littlehales, ahli perawatan kecantikan di Inggris, terkejut mendengar musibah ini. "Ini tidak biasa karena implan biasanya terbuat dari bahan yang berkualitas," katanya.

INILAH CALON PENGGANTI KHADAFI SETELAH TRIPOLI JATUH


Pasukan pemberontak anti rezim Muammar Khadafi beserta para simpatisan sudah berani meluapkan kegembiraan setelah berhasil menduduki Ibukota Tripoli dan menembus kompleks milik pemimpin Libya itu.
Masalahnya, selain masih harus memburu Khadafi dan keluarga, para pemberontak dukungan NATO itu harus siap menghadapi tantangan berikut: siapa yang bisa tampil memimpin Libya setelah era Khadafi?

Pertanyaan itu tidak mudah dijawab, mengingat Khadafi sudah 42 tahun berkuasa dan memberangus demokrasi yang seharusnya bisa menyiapkan generasi pemimpin baru. Kalangan pengamat mulai bertanya-tanya apakah pimpinan Dewan Transisi Nasional (NTC), yang memimpin pemberontakan dari Benghazi, sudah menyiapkan kepemimpinan baru Libya sekaligus mendamaikan dan memulihkan negeri mereka yang hancur akibat perang saudara selama enam bulan.
Sejumlah Nama
Sebenarnya ada sejumlah tokoh yang menonjol dalam kepemimpinan NTC. Ironisnya, mereka yang menonjol ini justru pernah menjadi bagian dari rezim Khadafi, yang rata-rata mengaku sudah muak dengan kesewenang-wenangannya terhadap rakyat Libya..
Mereka pun kompak mundur dari kabinet saat pergolakan mulai memanas di Benghazi dan sekitarnya pada Maret 2011. Masalahnya, di kalangan pimpinan NTC belum ada suara yang solid mengenai langkah-langkah selanjutnya bila rezim Khadafi jatuh.  

Berdiri pada 23 Maret 2011, NTC dibentuk sebagai pemersatu mereka yang sudah muak dengan kepemimpinan rezim Khadafi. Dewan ini beranggotakan 45 orang. Mereka terdiri dari sejumlah pejabat rezim Khadafi yang membelot, cendekiawan, para pembangkang dan tokoh-tokoh yang telah kembali dari pengasingan. 

NTC berencana memperluas keanggotaan hingga seratus orang. Mereka juga ingin melibatkan para pakar dan birokrat yang membelot dari rezim Khadafi yang bisa membantu membangun kembali Libya selama masa transisi.

"Di antara serangkaian prioritas, yang paling penting adalah membangun kembali ekonomi. Produksi minyak telah berhenti dan keamanan sangat rawan," kata seorang diplomat Barat di Benghazi kepada Washington Post.
Beberapa tokoh pemberontak yang menonjol saat ini antara lain adalah Mahmoud Jibril. Dia adalah Ketua Badan Eksekutif NTC dan juga memimpin tim diplomasi kelompok itu. Jibril, menurut laman harian Politiken, pernah menjadi bagian dari rezim Khadafi ketika menjabat sebagai Ketua Badan Pembangunan Ekonomi Nasional (NEDB). Saat itu dia diserahi tugas mempromosikan kebijakan-kebijakan privatisasi dan liberalisasi Libya dari 2007 hingga awal 2011. 

Saat Libya mulai bergolak dengan pemberontakan, Jibril pun membelot dari rezim Khadafi dan akhirnya dipercaya memimpin NTC. Dia juga berhasil bernegosiasi dengan sejumlah pemimpin Barat, diantaranya Presiden Nicolas Sarkozy dari Prancis dan Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, untuk menggalang dukungan bagi NTC. Jibril pun mampu menggalang dukungan politik dari sejumlah negara Arab. 

Saat jumpa pers di Qatar, 24 Agustus 2011, Jibril berharap Khadafi harus segera diadili bila ditangkap. Bagi dia, sudah banyak kejahatan yang diperbuat kolonel veteran itu kepada bangsa sendiri, dengan melancarkan pembunuhan politik, penahanan, dan hukuman mati bagi para oposan selama berkuasa.  

"Kami akan memberi dia pengadilan yang adil. Namun saya tidak tahu bagaimana dia akan bisa membela diri dari berbagai tuduhan kejahatan yang dia lakukan atas rakyat Libya dan dunia," kata Jibril seperti dikutip CNN. 

Selain Jibril, nama lain yang menonjol dalam tubuh NTC adalah Mustafa Abdul Jalil. Dia pun pernah menjadi bagian dari pemerintahan Khadafi, saat menjadi Menteri Kehakiman mulai dari 2007 hingga akhirnya membelot pada awal 2011. 

Abdul Jalil dianggap punya pengaruh kuat dalam kepemimpinan NTC, yang berbasis di Benghazi, dengan mengklaim sebagai Ketua Dewan. Di sisi lain, masih ada pihak yang curiga dengan Abdul Jalil karena pernah bertahun-tahun menjabat sebagai pejabat senior rezim Khadafi.  

Dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Arabiya, Abdul Jalil menyatakan bahwa hari-hari Khadafi sebagai penguasa akan segera berakhir. "Kami sebagai rakyat Libya tentu peduli akan kestabilan dan ketentraman. Kami ingin melihat ekonomi tumbuh. Namun, satu hal yang saya ingin sampaikan kepada Khadafi, akan ada saatnya bagi kamu untuk menyerah," kata Abdul Jalil.
Tantangan NTC
Selain mereka berdua, juga ada sejumlah tokoh yang menonjol di NTC seperti pengacara HAM, Abdul Hafiz Ghoga, yang menjadi Juru Bicara Dewan, tokoh muda Fatih Turbel dan lain-lain. Mereka saat ini sama-sama yakin atas kejatuhan Khadafi dan bersuara keras agar dia dan putra-putranya segera diadili begitu ditangkap.  

Masalahnya, rakyat Libya dan publik internasional belum melihat mereka secara solid memaparkan rencana apa yang akan dilakukan untuk segera menstabilkan dan mengendalikan keamanan di Libya pasca rezim Khadafi.
Situasi di Libya masih tidak menentu setelah berbulan-bulan mengalami perang saudara. Bahkan eksodus rakyat Libya ke luar negeri masih berlangsung karena tidak yakin akan masa depan keamanan mereka. Ini bisa membuat Libya bisa kacau bila pimpinan pemberontak tidak segera bertindak mengendalikan situasi.  

NTC juga harus meyakinkan kembali masyarakat dan investor mancanegara, apakah negeri mereka yang kaya minyak dan gas itu bisa segera siap menerima investasi tanpa ada lagi gangguan keamanan. Selain itu, publik menunggu apakah pemberontak tidak akan mengulangi rezim otoriter Khadafi.

Menurut harian The Washington Post, para pemberontak itu sebenarnya terpecah-pecah tapi memiliki musuh yang sama, yaitu Khadafi. Antar pemimpin pemberontak pun tampak berkonflik. Konflik ini terlihat dengan simpang siurnya kasus pembunuhan atas Jenderal Abdul Fattah Younis, 28 Juli 2011.

Younis merupakan komandan pasukan pemberontak dan salah satu pemimpin NTC yang juga punya pengaruh besar. Dia dibunuh bersama dua perwira senior. Younis pernah menjadi bagian dari rezim Khadafi saat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Namun, Februari lalu dia mengundurkan diri dan membelot ke pihak pemberontak.

Sebelumnya muncul kecurigaan bahwa Younis masih menjalin kontak dengan rezim Khadafi. Namun, siapa yang bertanggungjawab atas pembunuhan Younis masih belum jelas kendati TNC mengumumkan bahwa pelakunya telah ditangkap.

"Ada bahaya perpecahan antarfaksi di tubuh pasukan pemberontak," kata wartawan Times of London, James Hider, yang memantau situasi di Benghazi, kepada CNN. "Kini terjadi kekosongan kepemimpinan di tubuh pasukan pemberontak. Kami belum yakin mengenai kejadian sesungguhnya," lanjut Hider.

Pengamat dari North Africa Risk Consulting, Geoff Porter, juga melihat gelagat belum solidnya kubu pemberontak. "Proses pengambilan keputusan di tubuh mereka tidak dapat diprediksi dan jauh dari transparan. Ini menunjukkan bahwa urusan dengan dewan ini bakal menemui rintangan, menantang, dan ganjil," kata Porter.

Padahal, NTC sudah mendapat pengakuan internasional dari banyak negara, termasuk AS. Para pendukung NTC berperan meyakinkan Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan zona larangan terbang sekaligus memberi mandat kepada NATO melancarkan pengeboman atas posisi-posisi militer Khadafi.

NTC pun mendapat dukungan dana yang besar dari sejumlah negara. Turki, misalnya, telah mengumumkan bantuan sebesar US$300 juta, termasuk pinjaman US$100 juta, bagi pemberontak untuk membangun sistem politik yang baru di Libya. AS, Inggris, dan Prancis pun bersiap menserahterimakan aset-aset Libya di negeri mereka kepada kepemimpinan transisi untuk segera memulihkan situasi di negara Afrika Utara itu

KOTA TRIPOLI JATUH DI KUASAI PEMBRONTAK KHADAFI MENGHILANG

 Pasukan pemberontak Libya anti rezim Muammar Khadafi membuat kemajuan luar biasa pada Minggu, 21 Agustus 2011. Setelah enam bulan bertempur sengit melawan pasukan pemerintah, kaum pemberontak berhasil masuk ke Tripoli, ibukota Libya dan basis kekuatan Khadafi. 

Kubu pemberontak juga mengaku telah menangkap para putra Khadafi. Stasiun berita BBC, menyebutkan mereka adalah Saif al-Islam dan Mohamed Khadafi. Mahkamah Kriminal Internasional di Belanda bahkan mengeluarkan pernyataan bahwa mereka ingin mengadili Saif dan Khadafi atas kasus kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan kepada rakyat Libya.
Belakangan, klaim dari pemberontak mengenai penangkapan dua putra Khadafi itu ternyata belum bisa dipercaya. Saif masih melenggang bebas dan mengklarifikasi kabar penangkapannya di depan para wartawan asing.
Sang kolonel Muammar Khadafi, yang sudah 42 tahun berkuasa di Libya itu, belum diketahui keberadaannya. Pimpinan pasukan pemberontak di bawah Dewan Transisi Nasional (NTC) belum bisa menyatakan telah menguasai Tripoli, apalagi sudah mengalahkan Khadafi. 

Para pemberontak yang didukung pasukan koalisi internasional pimpinan NATO dengan sokongan AS dan Inggris itu kian yakin bahwa masa akhir Khadafi sebagai pemimpin Libya telah dekat. Sebagian petinggi pemberontak adalah mantan pejabat rezim Khadafi yang sudah muak dengan kepemimpinan dan kesewenang-wenangan dia. 

"Tamatlah sudah si kribo," ujar para warga Tripoli yang turut bergembira menyambut kedatangan pasukan pemberontak di Lapangan Hijau pada Minggu malam waktu setempat, seperti yang diungkapkan kantor berita Associated Press (AP). Mereka tak lagi takut-takut mengibatkan bendera Libya versi pemberontak, yaitu perpaduan tiga warna. Bahkan ada yang berani membakar bendera resmi Libya warna hijau polos, seperti yang selama ini dikibarkan rezim Khadafi. 

Seorang tentara pemberontak, Abdel-Hakim Shugafa, mengaku terperanjat atas mudahnya mereka masuk ke Tripoli. Dia mengaku hanya butuh baku tembak selama sekitar 20 menit sebelum akhirnya berhasil merangsek ke ibukota. 

"Saya berharap Libya akan jadi lebih baik," ujar pria berusia 26 tahun itu kepada AP. "Dia [Khadafi] menindas segalanya di negeri ini, di sektor kesehatan dan pendidikan. Kini kami bisa membangun Libya," ujar Shugafa, yang bertugas menjaga keamanan di gedung Bank Nasional di dekat Lapangan Hijau.
Taktik pemberontak
Keberhasilan pasukan pemberontak ke Tripoli itu sekaligus memecahkan kebuntuan mereka selama bertempur enam bulan melawan pasukan Khadafi. Ini juga dipandang sebagai keberhasilan pasukan NATO dalam membantu manuver pemberontak dengan membom posisi-posisi militer pasukan Libya.
Saat pasukan pemberontak masih di luar kota, para simpatisan di Tripoli diam-diam sudah dipersenjatai untuk memberi perlawanan kepada pasukan Khadafi sekaligus mempersiapkan penyambutan. Maka, sebagian pasukan yang loyal kepada Khadafi pun terdesak. 

Begitu pasukan pemberontak sudah berada di gerbang Tripoli, batalion khusus yang tadinya dipercaya Khadafi untuk mempertahankan kota akhirnya menyerah. Apalagi komandan batalion ini diam-diam juga bersimpati kepada pemberontak. Dia rupanya masih dendam dengan Khadafi, yang beberapa tahun lalu menghukum mati saudara kandungnya. Demikian ungkap seorang pejabat pemberontak, Fathi al-Baja, kepada AP. 

Al-Baja sendiri adalah ketua komisi politik NTC, yang turut memimpin manuver pasukan pemberontak ke Tripoli dalam tiga bulan terakhir. Dia juga yang berkoordinasi dengan NATO serta agen-agen pemberontak di Tripoli. 

Para agen berhasil membangun jaringan mengerahkan dukungan sekaligus menyebarkan senjata kepada para simpatisan. Pada 18-19 Agustus lalu, NATO mengerahkan jet-jet tempurnya untuk membombardir posisi strategis militer Khadafi di Tripoli. Baru sehari kemudian, 20 Agustus 2011, para agen dan jaringan simpatisan yang mereka bangun mulai bergerak dari Tripoli. 

Bersamaan dengan itu, pada Minggu malam, pasukan pemberontak mulai masuk ke Tripoli. Pada Senin dini hari, mereka mengklaim sudah mengendalikan situasi di hampir semua ibukota Libya. Kepada stasiun berita BBC, juru bicara pemberontak mengakui belum bisa berhasil mengendalikan sepenuhnya situasi di Tripoli. "Pasukan pro Khadafi masih menguasai 15-20 persen Tripoli," ujar dia. 

Namun, dikuasainya Lapangan Hijau adalah pencapaian signifikan bagi pemberontak. Lapangan di jantung Tripoli itu kerap menjadi titik kumpul para pendukung Khadafi dalam setiap aksi demonstrasi. Khadafi pun berkali-kali memberi pidato sekaligus mempertahankan semangat dari balkon di Benteng Merah, yang menghadap ke Lapangan Hijau. 

Begitu menduduki hampir semua wilayah di Libya, pasukan pemberontak bersama simpatisan segera menempatkan sejumlah pos pemeriksaan sambil menyerang wilayah yang masih menjadi basis pendukung Khadafi. 

Itulah sebabnya, menurut stasiun berita Al Jazeera, suara baku tembak senjata antara pasukan pemberontak dengan tentara yang masih loyal dengan rezim Muammar Khadafi terdengar di ibukota Libya, Tripoli, 22 Agustus 2011. Pertempuran kali ini berlangsung di dekat kompleks kediaman Khadafi di distrik Bab Azaziya.
Menurut koresponden Al Jazeera, baku tembak dimulai setelah tank-tank Khadafi keluar dari Bab Azaziya pada Senin pagi waktu setempat untuk menghadapi konvoi pemberontak. Para jurnalis asing pun terperangkap di Hotel Rixos.
Di mana Khadafi?
Sebelumnya, Khadafi menyatakan masih tetap bertahan. "Saya akan tinggal di Tripoli sampai akhir," kata Khadafi seperti dilansir TV NZ, 22 Agustus 2011. Pernyataan Khadafi itu disampaikan lewat fasilitas audio melalui televisi pemerintah.

Dalam kesempatan itu, Khadafi juga menyerukan kepada para pendukungnya di seluruh negeri agar membantu membebaskan Tripoli dari massa yang disebutnya sebagai pemberontak. Khadafi terus berupaya melawan pemberontak. Laporan terakhir, perlawanan itu telah menewaskan 367 orang dari kedua pihak.

Dalam pesan itu, Khadafi juga khawatir, "Tripoli akan terbakar." Khadafi juga berjanji memberikan senjata kepada para loyalisnya untuk menyerang pemberontak yang telah merangsek Tripoli.

Hal senada ditulis Al Arabiya News, yang melaporkan Khadafi menolak menyerahkan kekuasaannya. Bahkan, dalam pesan audio itu, Khadafi berjanji akan muncul dan mendeklarasikan kemenangan di Tripoli. "Keluarlah dari rumah, saya akan bersama kalian hingga penghabisan," seru Khadafi kepada para pendukungnya melalui sambungan telepon yang disiarkan stasiun televisi pemerintah Libya.  

Bila benar masih berada di Tripoli, kepastian nasib Khadafi bisa diketahui dalam waktu hitungan jam, saat pasukannya kian terdesak oleh serangan pemberontak dan pasukan yang membelot. Namun, menurut BBC, muncul pula rumor bahwa Khadafi bisa jadi sudah kabur dari Libya. 

Isu berembus bahwa dia kabur ke Afrika Selatan, yang selama ini melalui Uni Afrika memelopori upaya perdamaian mengatasi krisis di Libya. Namun pemerintah Afrika Selatan pada 22 Agustus 2011 membantah rumor bahwa mereka menyediakan pesawat membantu Khadafi kabur dari negaranya.

"Pemerintah Afrika Selatan ingin meluruskan sekaligus membantah rumor yang menyatakan telah menerbangkan pesawat ke Libya untuk membantu Kolonel Khadafi dan keluarganya ke lokasi tertentu," kata Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Maite Nkoana-Mashabane, seperti dikutip BBC. 

Ada pula isu Khadafi dan keluarga kini sudah berada di dekat perbatasan Aljazair.
Reaksi Barat
Namun, terlepas dari teka-teki keberadaan dia, Khadafi kini tampak kesulitan mempertahankan rezimnya. Ini terlihat dengan mulai jatuhnya Tripoli ke tangan pemberontak.
Presiden AS, Barack Obama, juga mulai yakin akan kejatuhan rezim Khadafi. Dia menyatakan Libya sudah lepas dari cengkeraman seorang tiran sekaligus meminta Khadafi  segera melepas jabatan supaya pertumpahan darah yang lebih besar bisa dicegah. "Masa depan Libya kini di tangan rakyat Libya," kata Obama dari tempat liburannya di Martha's Vineyard.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, juga sudah berkomentar mengenai Khadafi. "Rezimnya sudah berguguran dan kini mundur total," kata Cameron seperti dikutip The Independent. Cameron bahkan pulang dari liburan lebih cepat untuk berkoordinasi dengan para pejabatnya untuk antisipasi perkembangan selanjutnya di Libya.

PASANG IKLAN OBAT GOOGLE DI GUGTAT 4.1 TRILLIUN


Google akhirnya membayar ganti rugi sebesar US$500 juta (Rp4,3 triliun) untuk menyelesaikan masalah hukum antara perusahaan tersebut dengan pemerintah Amerika Serikat.
Google melalui program AdWords digugat karena telah membiarkan perusahaan obat Kanada mempromosikan produk mereka pada warga AS.

Dilansir dari laman BBC, Rabu, 24 Agustus 2011, gugatan diajukan lantaran Google dinilai telah melanggar aturan penjualan obat di AS yang melarang impor obat-obatan dari luar negeri. Jumlah yang dibayarkan merepresentasikan pendapatan Google dari iklan dan pendapatan perusahaan tersebut.

"Departemen Kehakiman AS akan terus menahan perusahaan-perusahaan yang mengambil keuntungan dengan melanggar hukum federal yang berisiko merusak kesehatan dan keselamatan konsumen Amerika," kata Wakil Jaksa Agung James Cole dalam sebuah pernyataan.

"Google juga akan mengkaji ulang praktek periklanannya yang tidak tepat terkait dengan iklan tersebut dan akan membayar denda, salah satu denda terbesar dalam sejarah," lanjutnya.

Di bawah kebijakan ini, Google membenarkan bahwa mereka secara kurang pantas telah membantu perusahaan obat asal Kanada tersebut memasarkan produknya ke masyarakat AS.

Google memiliki kekayaan sebesar US$29,3 triliun (Rp 17,2 biliun) pada 2010. Analis mengatakan kasus ini lebih berdampak kepada reputasi Google dibanding pada kondisi keuangannya.