Rabu, 27 April 2011

TENTARA AFGANISTAN STRESS 9 TENTARA AS DI TEMBAKI


Sembilan warga Amerika Serikat (AS) di Afganistan tewas diberondong peluru. Pelakunya adalah seorang pilot militer Afganistan yang, diduga, tengah stres dengan masalah keuangan. Dia sendiri juga tewas ditembak.

Menurut kantor berita Associated Press, peristiwa itu berlangsung di bandar udara Kabul, Rabu waktu setempat. Menurut pihak berwenang Afganistan, sebagian besar mereka yang tewas adalah tentara dan seorang lagi warga sipil, yang bekerja sebagai kontraktor.

Ini merupakan serangan paling mematikan yang melibatkan personel militer Afganistan dengan AS, yang menjadi sekutu mereka dalam memerangi Taliban dan al-Qaeda selama ini. Tahun ini saja sudah ada tujuh serangan serupa.

Milisi Taliban mengklaim bahwa insiden kemarin adalah berkat peran anggota mereka, yang menyamar sebagai pilot Afganistan. Namun, berdasarkan keterangan dari saudara kandung pelaku, klaim itu diragukan.

Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Afganistan, pelaku penembakan bernama Ahmad Gul (48). Dia sudah berdinas di militer Afganistan selama 20 tahun.   

Adik pelaku, Mohammad Hassan Sahibi, mengungkapkan bahwa Hassan diketahui tengah stres dengan masalah keuangan.

"Dia mengalami tekanan ekonomi dan dan baru-baru ini menjual rumahnya. Gara-gara tekanan itu dia belakangan tampak kurang normal," kata Sahibi.

Dia menegaskan kakaknya bukanlah pengikut Taliban. "Dia mencintai bangsa dan negerinya. Dia tidak punya kaitan dengan Taliban atau al-Qaeda," kata Sahibi.

Pihak berwenang masih menyelidiki motif penembakan. Namun, menurut keterangan saksi, Hassan sempat berdebat dengan sejumlah warga asing. Tidak diketahui apa yang mereka ributkan.

"Tiba-tiba langsung terjadi penembakan," kata juru bicara Angkatan Udara Afganistan, Kolonel Bahader. "Setelah penembakan, kami melihat sejumlah perwira dan serdadu berlarian keluar gedung. Bahkan ada yang melompat lewat jendela untuk segera menyelamatkan diri," lanjut Bahader.

Presiden Hamid Karzai dan pejabat NATO menyatakan prihatin atas insiden itu dan menyerukan agar segera diselidiki motifnya

DETIK-DETIK KEMATIAN PASIEN KANKER JADI TONTONAN PUBLIK


London,Detik-dertik kematian adalah peristiwa sakral yang tak seharusnya jadi tontonan. Namun seorang pasien kanker meminta agar detik-detik kematiannya disiarkan televisi agar orang tahu bagaimana saat-saat kematian itu terjadi.

BBC Two, sebuah program televisi di Inggris berencana menayangkan detik-detik kematian Gerald, pasien kanker berusia 84 tahun. Kanker yang diderita pria tersebut sudah mencapai stadium terminal atau menyebar ke seluruh tubuh dan tidak mungkin disembuhkan.

Atas permintaannya sendiri, Gerald minta dilakukan euthanasia atau suntik mati. Euthanasia dilakukan 1 Januari 2011, namun sebelumnya pada November 2010 ia telah menyatakan persetujuan pada para kru BBC Two untuk mendokumentasikan detik-detik kematiannya.

"Saya tidak ingin mati, tapi itu pasti terjadi kecuali ada mukjizat. Saya tidak akan bertahan lama-lama. Saya tidak takut," pesan Gerald pada para kru dan produser film dokumenter tersebut sebelum meninggal.

Alhasil, kematian Gerald akan mengisi acara Inside the Human Body episode kedua yang segera ditayangkan BBC Two dalam waktu dekat ini. Sang produser acara, Sir Terry Prachett berharap film dokumenter ini bisa membuka wawasan orang tentang kematian.

"Banyak yang menilai tayangan kematian di TV tidak dibenarkan. Tapi kami ingin mengangkat kematian yang damai dan natural dari sudut pandang orang-orang yang pekerjaannya dekat dengan kematian," ungkap Sir Prachett seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (28/4/2011).

Sudah bisa diduga, rencana Prachett langsung mendapat kecaman terutama dari kalangan aktivis anti-euthanasia. Dr Peter Saunders, direktur kelompok anti-euthanasia Care Not Killing mengatakan tayangan tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan.

"Mungkin kami tidak bisa menghalangi rencana BBC Two tersebut, tapi kami rasa kematian adalah sesuatu yang sangat pribadi dan personal. Peristiwa ini sudah sangat sensitif tanpa harus ditayangkan secara luas di televisi," ungkap Dr Sauders.

Meski begitu, juru bicara BBC Two mengatakan bahwa tayangan kematian yang damai seperti yang dialami Gerald akan membuka wawasan orang tentang kematian. Apalagi, alasan Gerald untuk meminta euthanasia cukup masuk akal karena tubuhnya sudah tidak berfungsi normal.

LEBIH DARI 1000 ORANG HILANG KARENA CUCI OTAK NII KW 9


Jakarta - Kisah Laila Febriani kembali mengingatkan kita bahwa ada sebuah gerakan mengatasnamakan agama selain teroris yang harus diwaspadai. Gerakan ini tidak melakukan pengeboman, tapi melakukan pencucian otak.  Mereka berkeliaran di sekeliling kita. Gerakan ini terorganisir rapi dan telah memakan korban yang sangat banyak.

Lian adalah calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Perempuan berkerudung ini hilang Kamis (7/4/2011) lalu setelah makan siang dengan temannya. Ia kemudian ditemukan pada Jumat (8/4/2011) di Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Saat ditemukan, Lian dalam kondisi menyedihkan. Ia hilang ingatan.Jangankan ingat keluarganya, namanya sendiri bahkan ia lupa. Yang dia tahu namanya Maryam bukan Lian. Sang suami yang datang menjemput pun tidak dikenalinya. Saat sang suami, Teguh Simanjuntak, mengajaknya salaman, Lian langsung menepis tangannya dengan alasan bukan muhrim.

Penampilan Lian juga berubah. Ibu satu anak itu yang biasanya mengenakan kerudung berubah menjadi memakai cadar. Ia pun membawa dua buku bertema jihad dan terus-terusan membacanya. "Saya ke sini mau berjihad," kata Lian saat ditanya petugas masjid tentang tujuannya datang ke Masjid Atta'awwun.

Hingga kini Lian masih dalam masa pemulihan untuk mengembalikan ingatannya yang hilang. Polisi belum bisa memintai keterangan CPNS Kementerian Perhubungan itu.

Dari keterangan keluarga dan petugas masjid yang menemukannya, Lian mengaku sempat dibawa ke tempat pengajian yang isinya perempuan bercadar dan laki-laki berjenggot. Ia juga sempat dimandikan oleh kelompok tersebut. Sementara selama perjalanan, mata Lian ditutup dan terus-terusan dicekoki kopi hingga ia muntah-muntah.

Belum ketahuan siapa yang membuat Lian hilang dan kemudian hilang ingatan. Namun keluarga yakin Lian mengalami cuci otak. Karena belum bisa meminta keterangan Lian, polisi pun belum bisa menyimpulkan siapa pelaku cuci otak CPNS Kementerian Perhubungan ini.

Namun sejumlah kalangan meyakini Lian menjadi korban pencucian otak gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9). Pengamat terorisme yang juga mantan anggota NII Al Chaidar menyatakan NII biasa melakukan pencucian otak pada orang yang mengalami kekeringan spiritual.

"Biasanya mereka tidak menggunakan cara hipnotis. Mereka melakukan brainstorming kepada seseorang yang mengalami kekeringan spiritual untuk jalan menanamkan ideologi," ujar eks anggota NII, Al Chaidar.

Dalam gerakan NII, memang biasanya organisasi yang dilarang oleh pemerintah ini melakukan pencucian otak untuk merekrut anggotanya. Pencucian otak dilakukan untuk menanamkan ideologi hingga si korban bisa dibina sesuai tujuan mereka. Setelah cuci otak dan menjadi anggota NII, korban pun diminta berganti nama.

Kisah Lian sangat mirip dengan yang dialami oleh korban NII. Ketua Tim Rehabilitasi NII Crisis Center (NCC) Sukanto yakin Lian korban cuci otak NII. NCC sendiri hingga kini sudah menangani lebih dari seribu korban NII.

"Yang face to face 300 orang ada. Belum yang lewat seminar dan konsultasi via email, SMS. Sepertinya seribu lebih. Tiap hari saja kami terima sepuluh laporan lebih," kata Anto, panggilan akrab Sukanto yang pernah menjabat camat NII untuk wilayah Tebet Jakarta Selatan.

Pencucian otak yang dilakukan NII, menurut Anto, merupakan gerakan yang rapi dan terorganisir. NII memiliki struktur seperti sebuah negara mulai dari presiden yang disebut khalifah sampai pejabat tingkat RT. Meski namanya membawa-bawa Islam, ajaran NII justru menyimpang dari Islam. Nama Islam hanya menjadi kedok untuk tujuan mereka mengumpulkan uang. Tujuan utama gerakan ini hanyalah mengumpulkan uang dengan menghalalkan segala cara. Uang bukan untuk membentuk negara Islam tapi digunakan untuk memperkaya pemimpinnya.

Sayangnya meski korbannya sangat banyak, sangat sedikit kasus korban NII yang ditangani polisi. Kasus korban NII mirip korban perkosaan yang malu melaporkan telah menjadi korban kejahatan gerakan NII. Hingga kini pun polisi belum berbuat banyak untuk menindak gerakan NII ini.

VIDEO LIP SYNC MARINIR AS ALA BRIPTU NORMAN

 
Lihat polah para tentara Amerika Serikat di tengah tugasnya di medan perang Afghanistan. Sedikit saja punya waktu luang, mereka melakukan aksi gila-gilaan. 

Dalam sebuah video yang diunggah ke situsYouTube, para marinir Angkatan Laut AS bertubuh kekar menirukan gerak bibir alias lip sync lagu Britney Spears, "Hold It Against Me".
Tak hanya para tentara perempuan, para pria pun berlenggak-lenggok mengikuti musik berirama break dance itu. Tak hanya satu video klip, peleton ini juga punya rekaman versi lagu Miley Cyrus, "Party In the U.S.A." dan tembang milik Sean Kingston, "Beautiful Girls".

Para marinir ini mengaku masih punya satu proyek lagi, lip sync hits Diddy-Dirty Money,"Coming Home" yang akan jadi video terakhir mereka sebelum mengakhiri masa tugasnya di Afghanistan dan kembali ke Amerika Serikat.

Ternyata, publik menyambut baik video ini. Hanya dalam lima hari mejeng di YouTube, rekaman ini ditonton 1.312.590 kali. Bahkan, CNN menobatkannya sebagai 'video minggu ini' pada 23 April 2011. 

Lantas apa tujuan mereka mengunggah video ke YouTube? Menurut informasi, mereka memendam harapan penyanyi pujaan mereka menonton video ini.

Dan keinginan mereka terkabul. Dalam Twitter-nya Britney Spears rupanya tak keberatan diperankan para pria kekar. Ia justru mengaku sangat senang. "I am in LOVE with this…I always knew our soldiers were fierce! Thanks for everything you guys do…"
Tingkah para tentara AS ini mengingatkan kita pada aksi anggota Brimob Polda Gorontalo, Briptu Norman Kamaru. Ia mencetak hits di YouTube dengan lip sync lagu India, "Chaiyya-chaiyya".

Tak hanya ditonton jutaan orang, Briptu Norman pun mendadak jadi artis. Ia banjir tawaran show, dikerumuni media massa, dan disambut teriakan histeris para penggemarnya. Sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Meski baru 12 hari jadi selebritis, ia ambruk. 

Meski beda aliran, India dan break dance, apa yang dilakukan Briptu Norman dan para marinir AS sama, membunuh rasa bosan. Sah-sah saja menghibur diri. Toh, tentara atau polisi juga manusia biasa.

PENGAKUAN MANTAN KORBAN NII KW 9


Bandung - Gerakan NII KW 9 kembali meresahkan. Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) mengendus beberapa kampus di Bandung jadi sasaran NII KW 9. Bagaimana cara NII mendekati korbannya hingga terjerumus? Detikbandung berhasil mewawancarai mantan Anggota NII KW 9 bernama Quyut (28). Saat bergabung dia berstatus mahasiswi.

Quyut yang kini telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak ini, sempat bergabung dengan NII KW 9 pada Tahun 2000, saat dirinya baru masuk kuliah di salah satu lembaga komputer di Bandung.

Quyut berbicara banyak bagaimana dia direktrut pertama kali. Dia dibaiat di Jakarta. Selama 2,5 tahun, belasan juta rupiah telah ia setorkan untuk infak. Uang itu hasil dia mencuri dari keluarga dan menipu orangtua. Quyut juga sangat meyakini bahwa Panji Gumilang, Pimpinan Ponpes Al Zaytun di Indramayu adalah pemimpin NII KW 9.

"Setiap bulan kami menerima majalah Al Zaytun. Pimpinan saya bilang kalau uang yang telah kami kumpulkan itu untuk membangun Al Zaytun. Jika nanti kami menang, kami semua dijanjikan akan dipekerjakan di sana," tuturnya.

Berikut adalah wawancara lengkap dengan Quyut pada Rabu (27/4/2011).

Kapan dan bagaimana Anda bergabung dengan NII KW 9?
Tepatnya saat saya baru masuk kuliah di sebuah lembaga komputer di Bandung, tahun 2000. Saat pulang kuliah pas mau menyetop angkot, ada seorang perempuan yang menanyakan jam. Lalu dia ajak kenalan, minta nama dan alamat saya. Saat itu enggak menyangka akan jadi panjang. Besoknya tiba-tiba perempuan itu ke rumah. Saya sendiri kaget kenapa dia bisa tahu rumah saya.Padahal saya enggak kasih alamat lengkap, cuma kasih patokan saja. Dia sih bilangnya kebetulan lewat jadi mampir.

Ya saat itu saya juga bingung mau ngobrol apa. Belum ada pembicaraan ke arah ajak gabung NII. Beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah. Nah baru kali ini dia bilang punya kelompok pengajian yang sering diskusi. Terus terang saat itu pengetahuan agama saya masih kurang, jadi saya pun merasa tertarik. Orang ini terus intens datang ke rumah, hingga suatu hari saya pun tertarik dan ikut mengaji.

Diajak kemana Anda saat itu?
Ke sebuah rumah di kawasan Jalan Peta. Setelah gabung sih saya tahu kalau pola mereka begitu, mencari kontrakan berupa rumah. Saat datang ada seorang pria dan perempuan. Akhirnya kami berempat diskusi di ruang tamu. Pria yang belakangan saya tahu adalah pimpinannya, penampilannya necis. Gaya bahasanya enak dan cerdas sekali. Dia awalnya berbicara mengenai indahnya syariat Islam. Makin lama makin enak diskusinya dan penjelasannya semua masuk akal, saya pun merasa tertarik.

Nah tiba-tiba laki-laki itu melontarkan pernyataan yang membuat saya penasaran dan akhirnya balik lagi ke sana. Kata dia, kalau kita Islam, berarti negaranya juga harus Islam. Dia mengumpamakan dengan main bola voli. Menurutnya dikatakan olahraga bola voli kalau bola, aturan main, dan lapangan yang dipakai adalah memang benar untuk voli. Main voli di lapangan tenis dengan aturan tenis juga, tak bisa disebut main voli.

Lalu Anda kembali lagi?
Iya saya kembali lagi ke sana karena penasaran. Kalau pertemuan pertama kan kita diskusinya di ruang tamu, tapi pada pertemuan kedua dan selanjutnya di dalam kamar. Malah si pimpinan itu menjelaskannya dengan white board. Saya dikasih Quran dan si pimpinan itu menafsirkannya. Belakangan saya tahu tafsir yang mereka pakai itu tafsir mereka sendiri. Setelah beberapa kali pertemuan akhirnya saya diajak hijrah. Kalau mau menghapus dosa selama ini katanya harus hijrah, kalau tidak ya akan dibalas di akhirat nanti.

Hijrah seperti apa yang dimaksud?
Saya hijrah ke Jakarta, tapi enggak tahu daerah mana. Maksudnya itu untuk proses baiat. Saya diantar pimpinan saya dan kita langsung masuk mess, berupa rumah. Di rumah itu sudah ada 20 orang yang akan dibaiat juga sama seperti saya. Tapi kami dilarang ngobrol satu sama lain, bahkan berkenalan pun tidak boleh.

Selama berada di Jakarta tiga hari berpindah-pindah rumah terus. Dalam sehari bisa pindah tiga daerah. Nah selama proses perpindahan ke setiap rumah itu, selama perjalanan mata kita harus tertutup. Kalau ada yang bandel, matanya ditutup pakai kain.

Seingat saya rumah yang kami datangi itu berada di komplek elite. Rumahnya besar-besar. Namun jendela semua tertutup. Setiap masuk rumah baru kita dibina. Diberikan lagi doktrin-doktrin hingga saya saat itu benar-benar percaya. Di rumah terakhir barulah kami dibaiat.

Bagaimana prosesi baiat yang dilakukan?
Kami dibaiat oleh tiga orang, yang dianggap Musa dan Isa. Trus kami berdiri semua dan membacakan sembilan baiat. Tapi saya lupa lagi poin-poinnya. Intinya sih kita harus janji setia pada negara Islam Indonesia.

Apakah setelah dibaiat, pembinaan terus dilakukan?
Iya, sepulang saya ke Bandung, teman yang pertama kali mengajak itu terus secara intens mendatangi saya dan setiap seminggu sekali melakukan pertemuan. Sebulan sekali ada orang dari Jakarta yang kembali membina lagi. Kalau ada anggota yang jarang datang ke pertemuan, akan didatangi dan dikasih semangat lagi. Kalau kira-kira agak membandel, dicuci otak lagi dengan tafsir mereka. Kalau sudah kebal dan ada yang mau keluar, diancam akan dibunuh.

Selama Anda bergabung, pernahkah Anda merekrut?
Hehe tidak, gagal semua. Saya coba dekati teman-teman kuliah saya, tapi mereka tidak mau. Malah saya dijauhi teman-teman saya karena takut diajak gabung.

Apakah benar Anda harus menyetorkan sejumlah uang atau infak?
Di NII gadungan itu sistemnya sama kaya di negara, ada struktur pemerintahannya. Tapi saya lupa lagi, yang saya ingat ada distrik, lalu desa itu membawahi qobilah atau kelompok dan kemudian rois.

Setiap desa itu mengontrak sebuah rumah. Nah jaman saya dulu, setiap desa harus menyetor minimal Rp 10 juta per bulan. Nah itu dibebankan pada anggota. Saya waktu itu diminta setor Rp 1 juta per bulan.

Anda kan masih kuliah, bagaimana memenuhi target setoran itu?
Ya pakai uang kuliah. Ya bilang ama orangtua kalau ada ujian anu, praktikum anu, beli buku anu, itu awal-awal. Karena kurangnya setoran, saya juga sempat mencuri uang kakak saya. Caranya mengambil uang di bank. Hebatnya mereka semua ini direncanakan bersama, dibahas bersama. Misalkan saat saya mencuri uang kakak saya. KTP dan buku tabungan kakak saya ambil. Lalu kami mencari orang di kelompok kami yang mirip kakak saya. Trus diajari tandatangan, juga dibahas bagaimana kalau ini gagal dan berujung ke polisi. Tapi ternyata berhasil, saat itu kami berhasil mencuri uang dari kakak saya Rp 3 juta.

Malah ada teman saya yang mencuri berlian ibunya dan sampai sekarang jadi bermasalah dengan keluarganya meski sudah keluar. Pokoknya saat itu kami jadi klepto. Setiap ada kesempatan, barang apa pun kami ambil.

Kenapa bisa seperti itu? Apa yang mendorong Anda melakukan itu?
Ya saat itu merasa benar, apalagi sudah ada buktinya.

Memang apa buktinya?
Jadi setiap bulan, kami menerima majalah Ponpes Al Zaytun. Nah pimpinan di desa saya bilang jika uang hasil jerih payah kami selama dipakai untuk membangun Al Zaytun, misal membangun peternakan, dipakai penelitian, perkebunan. Apalagi sejak awal kami pun didoktrin tidak perlu kuliah karena itu tidak berguna. Kuliah atau tidak kuliah, kami nanti akan dipekerjakan di Al Zaytun, tapi nanti setelah kita futtuh atau menang.

Anda yakin Al Zaytun dibalik NII? Sebab Al Zaytun menyatakan mereka adalah lembaga pendidikan?
Saya sangat yakin, karena sejak awal saya gabung pun, nama Panji Gumilang dan Al Zaytun terus disebut. Menurut pimpinan saya saat itu, sengaja ponpes Al Zaytun itu menerima santri di luar NII. Itu untuk mengelabui saja. Jadi Panji Gumilang itu gerakan di atas, kalau kami ini gerakan di bawah tanah yang pusatnya di Jakarta.

Bagaimana akhirnya Anda bisa keluar NII?
Sebenarnya di tubuh NII itu ada pergolakan juga. Desas desusnya para pimpinan sudah merasa ini ada penyelewengan. Rumor berkembang uang yang kita kumpulkan itu untuk memperkaya Panji Gumilang dan anak-anaknya. Sempat beredar foto rumah, mobil, dan aset-aset Panji Gumilang. Saat dengar ini saya juga mulai ragu.

Namun benar-benar keluar itu saat ada penggerebekan oleh FUUI dan polisi ke rumah kami atau desa kami. Beberapa teman ditangkap. Nah mereka yang dimintai keterangan di polisi termasuk pimpinan saya itu dibina oleh FUUI. Teman-teman yang telah mulai dibina itu lalu mengajak saya.

Anda langsung mau?
Awalnya menolak dan membenci FUUI karena merasa mereka telah mengobrak abrik kelompok kami. Tapi karena pimpinan saya sudah ikut FUUI, ya akhirnya mau. Ustadz Hedi (Sekjen FUUI-red) secara intens membina kami dan merangkul kami. Sebenarnya cukup lama hingga akhirnya saya sadar, butuh waktu 1 tahun.

Setelah sadar kembali apa yang Anda rasakan?
Terus terang saat tersadar dan hingga sekarang, saya sangat marah dengan Panji Gumilang. Saya berharap dia diproses hukum, jangan sampai ada korban selanjutnya. Saya minta pemerintah dan polisi jangan tinggal diam. Kelompok NII gadungan ini harus ditindak tegas.

PENGAKUAN KORBAN MANTAN NII KW 9


Bandung - Gerakan NII KW 9 kembali meresahkan. Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) mengendus beberapa kampus di Bandung jadi sasaran NII KW 9. Bagaimana cara NII mendekati korbannya hingga terjerumus? Detikbandung berhasil mewawancarai mantan Anggota NII KW 9 bernama Quyut (28). Saat bergabung dia berstatus mahasiswi.

Quyut yang kini telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak ini, sempat bergabung dengan NII KW 9 pada Tahun 2000, saat dirinya baru masuk kuliah di salah satu lembaga komputer di Bandung.

Quyut berbicara banyak bagaimana dia direktrut pertama kali. Dia dibaiat di Jakarta. Selama 2,5 tahun, belasan juta rupiah telah ia setorkan untuk infak. Uang itu hasil dia mencuri dari keluarga dan menipu orangtua. Quyut juga sangat meyakini bahwa Panji Gumilang, Pimpinan Ponpes Al Zaytun di Indramayu adalah pemimpin NII KW 9.

"Setiap bulan kami menerima majalah Al Zaytun. Pimpinan saya bilang kalau uang yang telah kami kumpulkan itu untuk membangun Al Zaytun. Jika nanti kami menang, kami semua dijanjikan akan dipekerjakan di sana," tuturnya.

Berikut adalah wawancara lengkap dengan Quyut pada Rabu (27/4/2011).

Kapan dan bagaimana Anda bergabung dengan NII KW 9?
Tepatnya saat saya baru masuk kuliah di sebuah lembaga komputer di Bandung, tahun 2000. Saat pulang kuliah pas mau menyetop angkot, ada seorang perempuan yang menanyakan jam. Lalu dia ajak kenalan, minta nama dan alamat saya. Saat itu enggak menyangka akan jadi panjang. Besoknya tiba-tiba perempuan itu ke rumah. Saya sendiri kaget kenapa dia bisa tahu rumah saya.Padahal saya enggak kasih alamat lengkap, cuma kasih patokan saja. Dia sih bilangnya kebetulan lewat jadi mampir.

Ya saat itu saya juga bingung mau ngobrol apa. Belum ada pembicaraan ke arah ajak gabung NII. Beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah. Nah baru kali ini dia bilang punya kelompok pengajian yang sering diskusi. Terus terang saat itu pengetahuan agama saya masih kurang, jadi saya pun merasa tertarik. Orang ini terus intens datang ke rumah, hingga suatu hari saya pun tertarik dan ikut mengaji.

Diajak kemana Anda saat itu?
Ke sebuah rumah di kawasan Jalan Peta. Setelah gabung sih saya tahu kalau pola mereka begitu, mencari kontrakan berupa rumah. Saat datang ada seorang pria dan perempuan. Akhirnya kami berempat diskusi di ruang tamu. Pria yang belakangan saya tahu adalah pimpinannya, penampilannya necis. Gaya bahasanya enak dan cerdas sekali. Dia awalnya berbicara mengenai indahnya syariat Islam. Makin lama makin enak diskusinya dan penjelasannya semua masuk akal, saya pun merasa tertarik.

Nah tiba-tiba laki-laki itu melontarkan pernyataan yang membuat saya penasaran dan akhirnya balik lagi ke sana. Kata dia, kalau kita Islam, berarti negaranya juga harus Islam. Dia mengumpamakan dengan main bola voli. Menurutnya dikatakan olahraga bola voli kalau bola, aturan main, dan lapangan yang dipakai adalah memang benar untuk voli. Main voli di lapangan tenis dengan aturan tenis juga, tak bisa disebut main voli.

Lalu Anda kembali lagi?
Iya saya kembali lagi ke sana karena penasaran. Kalau pertemuan pertama kan kita diskusinya di ruang tamu, tapi pada pertemuan kedua dan selanjutnya di dalam kamar. Malah si pimpinan itu menjelaskannya dengan white board. Saya dikasih Quran dan si pimpinan itu menafsirkannya. Belakangan saya tahu tafsir yang mereka pakai itu tafsir mereka sendiri. Setelah beberapa kali pertemuan akhirnya saya diajak hijrah. Kalau mau menghapus dosa selama ini katanya harus hijrah, kalau tidak ya akan dibalas di akhirat nanti.

Hijrah seperti apa yang dimaksud?
Saya hijrah ke Jakarta, tapi enggak tahu daerah mana. Maksudnya itu untuk proses baiat. Saya diantar pimpinan saya dan kita langsung masuk mess, berupa rumah. Di rumah itu sudah ada 20 orang yang akan dibaiat juga sama seperti saya. Tapi kami dilarang ngobrol satu sama lain, bahkan berkenalan pun tidak boleh.

Selama berada di Jakarta tiga hari berpindah-pindah rumah terus. Dalam sehari bisa pindah tiga daerah. Nah selama proses perpindahan ke setiap rumah itu, selama perjalanan mata kita harus tertutup. Kalau ada yang bandel, matanya ditutup pakai kain.

Seingat saya rumah yang kami datangi itu berada di komplek elite. Rumahnya besar-besar. Namun jendela semua tertutup. Setiap masuk rumah baru kita dibina. Diberikan lagi doktrin-doktrin hingga saya saat itu benar-benar percaya. Di rumah terakhir barulah kami dibaiat.

Bagaimana prosesi baiat yang dilakukan?
Kami dibaiat oleh tiga orang, yang dianggap Musa dan Isa. Trus kami berdiri semua dan membacakan sembilan baiat. Tapi saya lupa lagi poin-poinnya. Intinya sih kita harus janji setia pada negara Islam Indonesia.

Apakah setelah dibaiat, pembinaan terus dilakukan?
Iya, sepulang saya ke Bandung, teman yang pertama kali mengajak itu terus secara intens mendatangi saya dan setiap seminggu sekali melakukan pertemuan. Sebulan sekali ada orang dari Jakarta yang kembali membina lagi. Kalau ada anggota yang jarang datang ke pertemuan, akan didatangi dan dikasih semangat lagi. Kalau kira-kira agak membandel, dicuci otak lagi dengan tafsir mereka. Kalau sudah kebal dan ada yang mau keluar, diancam akan dibunuh.

Selama Anda bergabung, pernahkah Anda merekrut?
Hehe tidak, gagal semua. Saya coba dekati teman-teman kuliah saya, tapi mereka tidak mau. Malah saya dijauhi teman-teman saya karena takut diajak gabung.

Apakah benar Anda harus menyetorkan sejumlah uang atau infak?
Di NII gadungan itu sistemnya sama kaya di negara, ada struktur pemerintahannya. Tapi saya lupa lagi, yang saya ingat ada distrik, lalu desa itu membawahi qobilah atau kelompok dan kemudian rois.

Setiap desa itu mengontrak sebuah rumah. Nah jaman saya dulu, setiap desa harus menyetor minimal Rp 10 juta per bulan. Nah itu dibebankan pada anggota. Saya waktu itu diminta setor Rp 1 juta per bulan.

Anda kan masih kuliah, bagaimana memenuhi target setoran itu?
Ya pakai uang kuliah. Ya bilang ama orangtua kalau ada ujian anu, praktikum anu, beli buku anu, itu awal-awal. Karena kurangnya setoran, saya juga sempat mencuri uang kakak saya. Caranya mengambil uang di bank. Hebatnya mereka semua ini direncanakan bersama, dibahas bersama. Misalkan saat saya mencuri uang kakak saya. KTP dan buku tabungan kakak saya ambil. Lalu kami mencari orang di kelompok kami yang mirip kakak saya. Trus diajari tandatangan, juga dibahas bagaimana kalau ini gagal dan berujung ke polisi. Tapi ternyata berhasil, saat itu kami berhasil mencuri uang dari kakak saya Rp 3 juta.

Malah ada teman saya yang mencuri berlian ibunya dan sampai sekarang jadi bermasalah dengan keluarganya meski sudah keluar. Pokoknya saat itu kami jadi klepto. Setiap ada kesempatan, barang apa pun kami ambil.

Kenapa bisa seperti itu? Apa yang mendorong Anda melakukan itu?
Ya saat itu merasa benar, apalagi sudah ada buktinya.

Memang apa buktinya?
Jadi setiap bulan, kami menerima majalah Ponpes Al Zaytun. Nah pimpinan di desa saya bilang jika uang hasil jerih payah kami selama dipakai untuk membangun Al Zaytun, misal membangun peternakan, dipakai penelitian, perkebunan. Apalagi sejak awal kami pun didoktrin tidak perlu kuliah karena itu tidak berguna. Kuliah atau tidak kuliah, kami nanti akan dipekerjakan di Al Zaytun, tapi nanti setelah kita futtuh atau menang.

Anda yakin Al Zaytun dibalik NII? Sebab Al Zaytun menyatakan mereka adalah lembaga pendidikan?
Saya sangat yakin, karena sejak awal saya gabung pun, nama Panji Gumilang dan Al Zaytun terus disebut. Menurut pimpinan saya saat itu, sengaja ponpes Al Zaytun itu menerima santri di luar NII. Itu untuk mengelabui saja. Jadi Panji Gumilang itu gerakan di atas, kalau kami ini gerakan di bawah tanah yang pusatnya di Jakarta.

Bagaimana akhirnya Anda bisa keluar NII?
Sebenarnya di tubuh NII itu ada pergolakan juga. Desas desusnya para pimpinan sudah merasa ini ada penyelewengan. Rumor berkembang uang yang kita kumpulkan itu untuk memperkaya Panji Gumilang dan anak-anaknya. Sempat beredar foto rumah, mobil, dan aset-aset Panji Gumilang. Saat dengar ini saya juga mulai ragu.

Namun benar-benar keluar itu saat ada penggerebekan oleh FUUI dan polisi ke rumah kami atau desa kami. Beberapa teman ditangkap. Nah mereka yang dimintai keterangan di polisi termasuk pimpinan saya itu dibina oleh FUUI. Teman-teman yang telah mulai dibina itu lalu mengajak saya.

Anda langsung mau?
Awalnya menolak dan membenci FUUI karena merasa mereka telah mengobrak abrik kelompok kami. Tapi karena pimpinan saya sudah ikut FUUI, ya akhirnya mau. Ustadz Hedi (Sekjen FUUI-red) secara intens membina kami dan merangkul kami. Sebenarnya cukup lama hingga akhirnya saya sadar, butuh waktu 1 tahun.

Setelah sadar kembali apa yang Anda rasakan?
Terus terang saat tersadar dan hingga sekarang, saya sangat marah dengan Panji Gumilang. Saya berharap dia diproses hukum, jangan sampai ada korban selanjutnya. Saya minta pemerintah dan polisi jangan tinggal diam. Kelompok NII gadungan ini harus ditindak tegas.