Kamis, 04 November 2010

MERAPI MELETUS HEBAT YOGYA HUJAN KERIKIL DAN 20 ORANG LUKA BAKAR




 7 KORBAN MENINGGAL DI DESA BANGKALAN TERKENA LAHAR PANAS  DAN 1 BALITA MENINGGAL DUNIA Sejumlah 20 orang yang mengalami luka bakar terus bertambah. Semua korban luka bakar berasal dari kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.

"Sekarang ada 20 orang korban. Semua dari satu kecamatan yang sama," kata juru bicara RS Sardjito Yogyakarta, Trisno Heru Nugroho saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat 5 November 2010.

Sebagian besar korban berasal dari Dusu Bronggan, Kecamatan Cangkringan. Berdasarkan peta wilayah Merapi, Kecamatan Cangkringan sendiri berada pada wilayah antara 5 sampai 10 kilometer dari puncak Merapi. Belum diketahui mengapa para korban bisa berada di lokasi itu.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM sudah mengeluarkan imbauan bahwa zona bahaya Merapi diperluas menjadi 20 kilometer. Ini merupakan perluasan kedua setelah sebelumnya mencapai 15 kilometer.  Saat erupsi pertama Selasa 26 Oktober, zona bahaya itu cuma 10 kilometer.

Saat ini belum dilaporkan ada korban tewas akibat awan panas yang menghantam warga di satu kecamatan itu. "Sampai saat ini belum ada korban tewas. Para korban yang sebagian besar dari Bronggan itu umumnya mengalami luka bakar serius. Semua di atas 40 persen," jelas Heru.
Erupsi Merapi kembali mengejutkan ribuan warga sekitar lereng Merapi yang berada di posko pengungsian, Kamis (4/11) sekitar pukul 23.30 Waktu Indonesia Barat. Ribuan pengungsi di Balai Desa Hargobinangun, Kecamatan cangkringan, Sleman, yang berada di radius 15 kilometer dari puncak Merapi diimbau untuk mengungsi. Puluhan truk dan mobil patroli petugas digunakan untuk mengevakuasi para pengungsi. Tidak boleh ada kendaraan atau warga yang kembali, selain truk-truk yang akan mengevakuasi pengungsi.

Letusan Merapi kali ini, dua kali besar dari letusan Kamis pagi. Menurut Reporter Metro TV Lalita Gandaputri, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono yang dihubungi lewat telepon, Merapi memang sedang mengalami erupsi terus menerus yang sifatnya eksplosif. Untuk itu pihak PVMBG mengimbau warga yang berada di radius aman sejauh 15 kilometer segera menjauh. Malam ini juga PVMBG menetapkan radius aman pengungsi menjadi 20 kilometer dari puncak Merapi.

Erupsi yang disertai gempa dengan suara bergemuruh ini juga menimbulkan hujan abu vulkanik yang disertai kerikil. Untuk itu PVMBG terus mengimbau warga agar menggunakan masker. Apalagi luncuran awan panas tidak terlihat dan sulit diprediksi arahnya. Dari pantauan PVMBG, letusan Merapi kali ini lebih besar dari letusan sebelumnya, karena mengeluarkan asap vulkanik hingga setinggi 8 kilometer dari puncak Merapi.

Hujan Abu dan Kerikil Merata di Seluruh Kota Yogyakarta  


Hujan abu dan kerikil akibat letusan Merapi dirasakan warga yang tinggal di Yogyakarta bagian selatan. Warga panik dan memilih untuk tidak tidur.

"Kita nggak tidur, hujan kerikil di sini," kata Rumi, warga yang tinggal di Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta saat berbincang dengan detikcom, Jumat (5/11/2010).

Rumi dan seluruh keluarganya memilih memantau kondisi Merapi melalui televisi. Untuk berjaga-jaga, pensiunan PNS itu sengaja tidak tidak mengunci pintu dan pagar rumahnya.

"Nanti kalau ada apa-apa kita langsung lari," katanya. Jarak rumah Rumi dari Merapi sekitar 35 km.

Yang membuat Rumi khawatir adalah Kali Code yang berada tidak jauh dari rumahnya. Seperti diketahui, sungai itu merupakan salah satu aliran lahar Merapi.

"Bisa jadi banjir juga, makanya kita pantau terus," katanya.

Hujan pasir juga dirasakan warga yang tinggal di Kemetiran. Daerah itu berada tidak jauh dari Malioboro.

"Genteng bunyi klotak-klotak, pasirnya besar-besar," kata Devi.

Sementara itu, Arif, warga Yogyakarta yang lain mengatakan, Kota Yogyakarta dini hari ini sungguh ramai. Jalan raya seperti di Jalan Kaliurang Km 5 dan
Ring Road Utara dipenuhi kendaraan.

"Rata-rata mereka dari atas, mengungsi," kata Arif.