Senin, 25 Oktober 2010

VIDEO TSUNAMI MENTAWAI, 283 TEWAS DAN 500 ORANG HILANG















Sekitar 150 rumah di Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, rusak barat.
Gempa besar 7,7 Skala Richter yang terjadi Senin malam kemarin, 25 Oktober 2010, pada pukul 21.42 WIB, tak hanya memicu tsunami di Sikakap, wilayah yang terletak di Pulau Pagai Utara. Tsunami juga memporakporandakan Pulau Pagai Selatan, yang hanya dipisahkan sebuah selat sempit dari Pulau Pagai Utara.

Di Selatan, akibat terjangan tsunami jauh lebih parah. Menurut keterangan warga Sikakap, Supri Lindra, Pulau Suroso--pulau kecil di  dekat Pagai Selatan--rusak parah dan merenggut dua nyawa penduduk setempat.
“Dua orang dikabarkan meninggal, sedangkan satu orang dinyatakan hilang. Tapi ini masih data sementara,” kata Supri yang juga wartawan Pualiggoubat, koran lokal Mentawai, kepada VIVAnews, Selasa, 26 Oktober 2010.
Sementara itu, meski tak ada korban tewas, sekitar 150 rumah di Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, rusak barat. Demikian juga halnya di Desa Piri, Desa Silabu, Pagai Selatan. Sejumlah rumah warga di situ porak-poranda diguncang gempa. 

“Ini informasi dari kepala dusun yang baru saya terima,” tambah Supri.

Kata dia, data ini belum pasti. Sebab, informasi tentang data kerusakan dan korban jiwa di Kepulauan Mentawai masih simpang siur.

Dari kepolisian setempat, diperoleh informasi bahwa ketinggian gelombang yang menghantam Pulau Pagai Utara dan Selatan mencapai 1 hingga 1,5 meter.

Ini berbeda dengan data Pusat Pengendalian Operasi Sumbar yang mengatakan ketinggian gelombang saat sampai di daratan hanya berkisar antara 30 hingga 35 cm. 
Supri menambahkan, saat ini warga yang mengungsi ke Bukit Pasoran di Sikakap mulai kembali ke rumah masing-masing. Warga mulai membersihkan kediaman mereka setelah diterjang gelombang tsunami tadi malam. Suasana masih mencekam.

Adanya tsunami ini sebelumnya diungkapkan seorang warga Australia, Rick Hallet. Pada Nine Network ia mengaku menyaksikan datangnya gelombang tsunami setinggi tiga meter yang terjadi tak lama setelah gempa Mentawai datang mengguncang. Saat itu, dia dan 14 orang lainnya berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing. Tiba-tiba dinding air raksasa berbuih putih setinggi tiga meter menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul 22.00 WIB kemarin. (Laporan: Eri Naldi, Padang | kd)


Gempa besar 7,2 Skala Richter di Mentawai, Sumatera Barat yang terjadi Senin malam pada pukul 21.42 WIB, menimbulkan gelombang tsunami sampai sekitar 1,5 meter di sekitar Pulau Pagai Utara dan Selatan.
Hingga kini diduga tiga orang tewas dan ratusan lainnya hilang.

"Dusun yang berpenduduk 200 orang ini, kini tinggal 40 orang yang berada di lokasi. Yang lainnya belum jelas nasibnya," kata Supri Lindra, warga Sikakap, saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 26 Oktober 2010.

Sekitar 160 warga Dusun Munte baru-Baru, Desa Betumonga, Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dilaporkan hilang. Supri mendapat informasi bahwa korban tewas mencapai 3 orang.
Jumlah korban tewas ini masih simpang siur.  Data terakhir yang didapat VIVAnews  menyebutkan baru dua dua orang meninggal di Pagai Selatan yakni, bayi berusia tiga bulan di Dusun Bulasat dan seorang perempuan di Beleraksok, Desa Malakotak. Sedangkan warga Dusun Munte Baru-Baru.

Namun saat dikonfirmasi kepada Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Barat Ade Edward, ia mencatat satu orang meninggal di Dusun Munte Baru-Baru. "Baru satu orang yang dinyatakan meninggal, ratusan lainnya belum ada kabarnya," ujar Ade.

Supri melanjutkan, kemungkinan ratusan warga Desa Munte Baru-Baru yang dikabarkan hilang ini berada di pengungsian dan belum kembali ke desa. "Kondisinya belum jelas, apakah hilang atau masih di pengungsian karena mereka lari secara berpencar," katanya.
Supri mengabarkan, saat ini warga mulai membangun tenda-tenda pengungsian dan posko bencana.
Tsunami yang menghantam Pagai Utara Selatan terjadi 15 menit pasca gempa 7,2 Skala Richter juga merusak sejumlah kawasan di Kabupaten Mentawai. Kawasan resort Makaroni dikabarkan rusak berat akibat dPublik Australia menaruh perhatian khusus pada peristiwa gempa 7,2 skala Richter (versi BMKG, versi USGS 7,7 SR) yang mengguncang Mentawai, Senin 25 Oktober 2010 malam. 

Tak hanya karena Mentawai memiliki ombak terbaik nomor tiga di dunia, setelah Hawaii dan Tahiti --  yang jadi magnet bagi para surfer 'pencari ombak' Australia, tapi juga karena  kabar adanya 10 warga asing, sebagian besar Australia, yang hilang di Mentawai pasca gempa mengguncang tadi malam.

Kedutaan Besar Australia di Jakarta sedang berusaha mengontak kapten kapal, WN Australia, Chris Scurrah. Namun selain jaringan komunikasi sedang buruk, kapal juga tak dilengkapi telepon satelit.

"Ada satu kapal yang belum bisa dikontak," kata Yuli staf  perusahaan pemilik kapal, Sumatran Surfariis, seperti dimuat situs The Age, Selasa 26 Oktober 2010.

"Di antara para penumpang, 9 di antaranya dari Australia," kata dia.

Perahu sepanjang 23 meter dengan dua tingkat dibangun pada 2002 ditumpangi Scurrah, seorang pria Jepang bernama Akinori Fujit, dan 8 warga Australia lainnya.

Sementara, manajer LSM Surfaid yang berbasis di Australia, Tom Plumer mengkonfirmasi, kapal itu telah hilang. "Kapal itu ada di dekat episentrum, sungguh menakutkan," kata dia.

Apalagi, ia mendengar ada tsunami yang merusak desa-desa di wilayah itu.

"Kami mendapat laporan banyak penduduk lokal luka dan hilang setelah dinding air menghantam desa," kata dia.

Helikopter segera diterbangkan untuk mencari keberadaan korban.

Sebelumnya, warga  Australia, Rick Hallet mengaku menyaksikan peristiwa tsunami  setinggi tiga meter yang terjadi setelah gempa Mentawai.

Saat itu ia  dan 14 orang lainnya berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing -- tiba-tiba dinding air berwarna putih setinggi tiga meter menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul  22.00 WIB.

Untung penumpang kapal langsung menyelamatkan diri dengan cara melemparkan benda-benda mengapung dan berenang ke daratan.

Mereka lalu memanjat pohon dan tetap tinggal sampai suasana aman hingga datang kapal penyelamat. (umi)iterjang tsunami. Kapal pesiar yang ditumpangi turis asing juga dikabarkan masih hilang kontak.

Jumlah korban tewas akibat tsunami di Mentawai, Sumbar terus bertambah. Catatan Kepala Badan Provinsi Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Provinsi Sumbar, Harmensyah, korban tewas mencapai 23 orang dan 103 hilang.

"Itu dari 10 desa di Mentawai. Upaya pencarian terus dilakukan," kata Harmensyah saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2010).

Dia menjelaskan, tsunami terjadi menyusul gempa 7,2 SR pada Senin (25/10) malam. Ketinggian air mencapai sekitar 3 meter di Mentawai.

"Air menyapu rumah penduduk yang berada di pinggir pantai," terangnya.

Dia mengakui, bahwa di daerah itu tidak ada alat pendeteksi dini tsunami. "Itu daerah terisolir," tutupnya.

Diketahui ratusan warga kini juga berada di pengungsian. Mereka khawatir akan bencana susulan. Di Kecamatan Sikakap, Desa Sikakap ada 150 KK, Desa Muara Taikako 100 KK, Kecamatan Pagai Utara, Desan Silabu ada 150 KK, Kecamatan Pagai Selatan, Desa Malakopak ada 25 KK, Desa Sinakok 50 KK, Desa Malako 45 KK, Kecamatan Sipora, Desa Bosowa 125 KK.


Kutu Busuk Meneror Kota New York

 
 
 
 
Walikota Michael Bloomberg, mengaku prihatin karena bisa merusak reputasi Kota New York
 

Gerombolan kutu busuk akhir-akhir ini mulai meresahkan penduduk Kota New York. Serangga yang bikin gatal ini tidak hanya mampir di tempat tidur dan sofa, namun sudah mampir di sejumlah gedung terkenal di New York. Akhirnya para turis, terutama wisatawan lokal, berpikir dua kali untuk berkunjung ke kota terbesar di Amerika Serikat (AS) itu. 

Menurut kantor berita Assocciated Press (AP), dalam beberapa hari terakhir muncul keluhan serangan kutu busuk di gedung Empire State Building, Bloomingdale's dan Lincoln Center.

Sejumlah calon turis yang sudah merencanakan liburan di New York akhirnya mengaku mengurungkan niat untuk ke sana setelah hampir setiap hari mendapat laporan keluhan adanya kutu busuk di banyak hotel.

"Kutu busuk itu ada dimana-mana. Namun kayaknya kami kali ini tidak ingin ke sana," kata warga Kota Baltimore, Patty Majerik. Dia tadinya berencana ke distrik Manhattan, New York, bulan depan bersama kedua anaknya, yang masing-masing berusia 7 dan 10 tahun.

Majerik mengaku hampir setiap tahun menyempatkan diri ke New York, baik untuk berbelanja maupun menonton pertunjukan teater di kawasan Broadway dan konser Natal Radio City pada akhir tahun. 

Warga Florida, Suzanne Baldwin, juga tengah pikir-pikir untuk menyambangi New York November mendatang. Baldwin sebenarnya sudah terbiasa memeriksa apakah kamar hotelnya ada kutu busuk, namun dia merasa tidak habis pikir bila serangan kutu busuk juga sampai melanda tempat-tempat lain.

"Setelah berpikir masak-masak, walaupun tidak bisa mendapat ganti atas biaya tiket yang telah dikeluarkan, maka tidak sepadan bila terus-menerus khawatir [adanya kutu busuk]," kata Baldwin dalam email kepada A

Bahkan warga yang tinggal di pinggiran Kota New York pun mengkhawatirkan hal yang sama. Seorang guru yoga bernama Susannah Johnston mengaku tadinya ingin menginap bersama suami di suatu hotel di Manhattan akhir pekan lalu setelah nonton sebuah konser hingga larut malam.

Namun, niat itu mereka tarik kembali. "Kami waktu itu meriset hotel berikut tarifnya. Dari situ, kami menemukan bahwa sejumlah hotel yang kami incar ternyata punya kisah mengerikan mengenai kutu busuk," kata Johnston.

Walikota Michael Bloomberg, Senin lalu mengaku prihatin atas masalah kutu busuk ini karena bisa merusak reputasi Kota New York dan bisa merugikan industri pariwisata. "Kita tidak mau ada hal yang membuat enggan orang untuk datang ke kota ini. Semoga masalah ini bisa segera teratasi," kata Bloomberg.

Dilempar Sepatu, Howard Malah Tertawa

Seorang pria di Australia mencoba meniru perbuatan seorang jurnalis Irak dua tahun lalu, yang melempar sepasang sepatu ke arah Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, George W. Bush. Namun, target kali ini adalah mantan perdana menteri Australia, John Howard.

Menurut kantor berita Associated Press, insiden itu terjadi saat Howard tampil menjadi pembicara di suatu program bincang-bincang "Q&A" yang ditayangkan langsung oleh stasiun televisi ABC Australia, Senin malam, 25 Oktober 2010.

"Ini untuk kematian warga Irak!" seru seorang pria bernama Peter Gray saat melempar sepatu ke arah Howard dari kursi penonton. Lemparan itu meleset dan Gray langsung diusir dari studio oleh petugas keamanan.

Gray mengaku bahwa lemparan itu merupakan ungkapan kekesalan kepada Howard, yang dia anggap sebagai sekutu Bush dalam invasi militer AS ke Irak. Selama memerintah Australia, Howard membantu kampanye militer AS dengan mengerahkan 2.000 tentara ke Irak. 

Namun, Howard tidak marah. Dia bahkan tertawa menanggapi insiden itu. "Lupakan, lupakan," ujar dia. "Apakah ada di antara kalian yang melepas sepatu?" Howard bercanda.

Ini bukan kali pertama Howard dilempari sepatu. Ketika memberi kuliah umum di Universitas Cambridge, Inggris, pada November 2009, Howard pernah dilempari sepatu boot Doc Marten oleh seorang penonton. Motifnya, si pelempar merasa Howard adalah rasis.

Tak heran bila Howard merasa tak kaget atas insiden semalam itu. "Saya pernah kok dilempari oleh para pakar, jadi mengapa saya khawatir?" kata Howard kepada stasiun radio Macquarie. Tidak jelas apa maksud perkataan Howard itu

VIDEO HOWARD DI LEMPAR SEPATU

HEBOH ULAR BERKEPALA MANUSIA


SENIN, 25 OKTOBER 2010, 13:28 WIB
Seorang pria yang mengaku sebagai paranormal pemilik ular berkepala mirip manusia, diperiksa polisi. Khawatir sebagai penipuan, ular berkepala mirip manusia itupun diperiksa di Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor. 
Kode: